KABARBURSA.COM – Pasar saham Asia pada perdagangan awal pekan ini, Senin, 13 Oktober 2025, menampilkan pergerakan yang bervariasi. Sebagian indeks utama terkoreksi akibat tekanan dari sektor teknologi dan ekspor, sementara beberapa bursa lain mencatat penguatan terbatas karena dukungan arus modal dan harapan stimulus ekonomi.
Secara keseluruhan, bursa Asia bergerak campuran pada sesi pembukaan. Penguatan signifikan terlihat di Korea Selatan, sedangkan pasar Jepang dan Hong Kong justru tertekan oleh aksi ambil untung investor setelah reli pekan sebelumnya.
Sementara itu, pasar Tiongkok daratan masih dibayangi oleh kekhawatiran seputar konsumsi domestik dan perlambatan di sektor properti.
Investor regional kini menantikan arah stimulus ekonomi Tiongkok, keputusan kebijakan moneter Bank of Japan dan Bank of Korea, serta sinyal suku bunga dari The Federal Reserve yang menjadi katalis utama dalam beberapa pekan mendatang.
Korea Selatan
Indeks Kospi melesat ke level 3.610,60, naik 61,39 poin atau 1,73 persen. Lonjakan ini ditopang oleh penguatan saham teknologi besar dan eksportir yang diuntungkan dari pelemahan won terhadap dolar AS.
Sementara Kosdaq juga mencatatkan kenaikan tipis, mencerminkan pemulihan minat beli investor ritel setelah tekanan yang terjadi pekan sebelumnya. Sentimen positif turut datang dari laporan ekonomi yang menunjukkan inflasi mulai melandai, membuka peluang Bank of Korea menurunkan suku bunga pada akhir tahun.
Jepang
Indeks Nikkei 225 justru melemah ke 48.088,80, turun 491,64 poin atau 1,01 persen. Tekanan terutama datang dari saham manufaktur dan otomotif yang sensitif terhadap fluktuasi yen.
Investor di Tokyo masih berhati-hati menjelang rilis data inflasi dan arahan Bank of Japan terkait kemungkinan penyesuaian kebijakan moneter. Pergerakan yen yang menguat juga menjadi faktor pembatas bagi kinerja bursa Jepang hari ini.
Tiongkok Daratan
Indeks Shanghai Composite (SSE) melemah ke 3.897,03, turun 36,94 poin atau 0,94 persen. Pelemahan ini terjadi seiring dengan turunnya minat beli di sektor properti dan keuangan.
Pelemahan ini menunjukkan bahwa pasar masih skeptis terhadap efektivitas langkah-langkah stimulus pemerintah dalam menopang pertumbuhan. Investor menunggu sinyal lebih jelas terkait kebijakan fiskal tambahan dan reformasi pasar modal Tiongkok.
Hong Kong
Indeks Hang Seng (HSI) terkoreksi tajam ke 26.290,32, turun 462,27 poin atau 1,73 persen. Tekanan terbesar datang dari sektor teknologi dan properti setelah rilis data ekonomi Tiongkok yang di bawah ekspektasi.
Selain itu, aksi ambil untung turut menekan bursa Hong Kong setelah reli kuat pekan lalu. Meski demikian, analis menilai prospek jangka menengah masih positif, didukung potensi stimulus tambahan dari Beijing serta stabilisasi nilai tukar yuan.
Secara umum, pasar Asia masih bergerak hati-hati di tengah ketidakpastian global, termasuk arah suku bunga AS, dinamika inflasi kawasan, serta tensi geopolitik yang memengaruhi arus investasi lintas negara. (*)