Logo
>

Badai AS dan Ketegangan Timur Tengah Dorong Kenaikan Harga Minyak Empat Persen

Ditulis oleh Syahrianto
Badai AS dan Ketegangan Timur Tengah Dorong Kenaikan Harga Minyak Empat Persen

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak mentah dunia melonjak sekitar 4 persen pada perdagangan hari Kamis, 10 Oktober 2024, akibat tiga penyebab utama antara lain yang pertama adalah lonjakan penggunaan bahan bakar di Amerika Serikat (AS) sebelum Badai Milton.

    Dikutip dari Reuters, minyak Brent naik USD2,82 atau 3,7 persen menjadi menetap di level USD79,40 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di pasar berjangka AS naik USD2,61 atau 3,6 persen menjadi USD75,85.

    Badai tersebut, yang menerjang negara bagian Florida, mengakibatkan seperempat stasiun bahan bakar dan menyebabkan pemadaman listrik di lebih dari 3,4 juta rumah dan bisnis.

    "Penutupan beberapa terminal produk, penundaan pengiriman truk tangki, dan gangguan pada pergerakan pipa kemungkinan akan memengaruhi pasokan hingga minggu depan mengingat luasnya pemadaman listrik," kata analis di perusahaan penasihat energi Ritterbusch and Associates dalam sebuah catatan.

    "Ketidakpastian besar ini di seluruh infrastruktur minyak bumi Florida secara umum telah mendukung nilai bensin," lanjut Ritterbusch, menjelaskan.

    Pada gilirannya, harga bensin berjangka AS memimpin kenaikan dalam kompleks energi, ditutup naik sekitar 4,1 persen pada hari Kamis, 10 Oktober 2024.

    Tolok ukur minyak mentah melonjak awal bulan ini adalah risiko pasokan dari Timur Tengah, sebagai pemicu kedua kenaikan harga ini. Ini terjadi setelah Iran meluncurkan lebih dari 180 rudal ke Israel pada 1 Oktober 2024, meningkatkan prospek pembalasan terhadap fasilitas minyak Iran. Karena Israel belum merespons, tolok ukur minyak mentah telah kembali turun dan tetap relatif stabil sepanjang minggu.

    Namun investor tetap waspada, mengingat Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berjanji bahwa setiap serangan terhadap Iran akan mematikan, presisi, dan mengejutkan.

    Di Yaman, Houthi mengatakan bahwa mereka menargetkan kapal-kapal di Laut Merah dan Samudra Hindia. Houthi telah meluncurkan serangan terhadap pengiriman internasional di dekat Yaman sejak November lalu sebagai solidaritas dengan Palestina dalam perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

    Negara-negara Teluk, sementara itu, melobi Washington untuk menghentikan Israel menyerang situs-situs minyak Iran karena mereka khawatir fasilitas minyak mereka sendiri dapat menjadi sasaran serangan dari sekutu-sekutu Teheran jika konflik meningkat.

    Permintaan di AS dan China

    Permintaan konsumsi energi AS dan China menjadi penyebab ketiga yang membuat harga minyak naik sekitar 4 persen. Dalam langkah yang dapat meningkatkan permintaan minyak di konsumen minyak terbesar kedua di dunia, China menerbitkan rancangan undang-undang yang bertujuan untuk mempromosikan pengembangan sektor swasta. Langkah terbaru negara tersebut untuk meningkatkan kepercayaan investor di tengah perlambatan ekonomi.

    Di AS, pasar semakin yakin bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada bulan November mendatang setelah data menunjukkan peningkatan klaim pengangguran mingguan dan kenaikan inflasi tahunan yang terendah sejak Februari 2021.

    "Pertarungan antara angka pekerjaan AS dan data inflasi terkait prospek kebijakan The Fed masih belum terselesaikan, dasar asumsi kami tetap pada pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada November dan Desember," kata analis di ING, sebuah bank, dalam catatannya.

    Setelah menaikkan suku bunga secara agresif pada 2022 dan 2023 untuk meredam lonjakan inflasi, The Fed mulai menurunkan suku bunga pada bulan September.

    Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya pinjaman bagi konsumen dan bisnis, yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

    Wall Street Ditutup Melemah

    Indeks utama Wall Street berakhir lebih rendah pada perdagangan Kamis, 10 Oktober 2024. Penurunan ini disebabkan oleh investor yang memerhatikan data inflasi dan pengangguran di Amerika Serikat (AS).

    Seperti dikutip dari Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 57,88 poin atau 0,14 persen menjadi 42.454,12, S&P 500 kehilangan 11,99 poin atau 0,21 persen menjadi 5.780,05, dan Nasdaq Composite turun 9,57 poin atau 0,05 persen menjadi 18.282,05.

    Baik S&P 500 dan Dow Jones, mencatatkan penutupan tertinggi sepanjang masa pada sesi sebelumnya. Hanya tiga dari 11 sektor utama S&P 500 yang menguat perdagangan Kamis, 10 Oktober 2024, dengan sektor energi naik 0,8 persen dan mengungguli yang lainnya karena harga minyak meningkat.

    Beberapa saham individu mengalami pergerakan yang signifikan. Saham Delta Air Lines, salah satu maskapai penerbangan terbesar di dunia, mengalami penurunan sebesar 1 persen. Penurunan ini terjadi setelah perusahaan tersebut memperkirakan bahwa pendapatan kuartalan akan berada di bawah ekspektasi para analis.

    Hal ini sebagian besar disebabkan oleh proyeksi bahwa pengeluaran untuk perjalanan, khususnya perjalanan udara, akan melambat dalam beberapa bulan mendatang. Kondisi ekonomi global yang tidak pasti serta fluktuasi harga bahan bakar juga turut menjadi faktor yang mempengaruhi performa maskapai ini.

    Secara keseluruhan, volume perdagangan di bursa AS mencapai 11,02 miliar saham yang berpindah tangan. Angka ini sedikit di bawah rata-rata perdagangan selama 20 sesi terakhir, yang berada di kisaran 12,06 miliar saham.

    Rasio saham yang turun terhadap yang naik di New York Stock Exchange (NYSE) mencapai 1,39 banding 1, mengindikasikan adanya tekanan jual yang lebih kuat. Di NYSE, tercatat 185 saham yang mencapai level tertinggi baru, sementara 55 saham mencatatkan level terendah baru. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.