Logo
>

Bambang Brodjonegoro: Rupiah Sudah Baik, tak Perlu Pasang Target

Ditulis oleh Yunila Wati
Bambang Brodjonegoro: Rupiah Sudah Baik, tak Perlu Pasang Target

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Sepanjang akhir pekan Agustus 2024, rupiah sudah menunjukkan performa maksimalnya. Ekonom senior Bambang Brodjonegoro mengatakan, rupiah sudah dalam posisi terbaiknya. Dia menyarankan, tidak perlu memasang target di kala kondisi baik-baik saja.

    Memang, dalam beberapa hari terakhir, rupiah telah menunjukkan tren kenaikan yang signifikan, mencapai level Rp15.400/USD. Banyak yang bertanya-tanya, apakah mata uang Indonesia ini bisa mencapai level Rp 14.000/USD?

    Menurut mantan Menteri Keuangan ini, masyarakat sebaiknya tidak terlalu fokus pada target spesifik untuk nilai tukar rupiah. Menurutnya, yang lebih penting adalah menjaga tren penguatan rupiah itu sendiri.

    "Kita tidak perlu menetapkan target khusus. Yang penting adalah rupiah menunjukkan tren menguat," ungkap Bambang saat berbicara di kantor Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) pada Jumat, 30 Agustus 2024.

    Fokus pada tren penguatan dinilai lebih bermanfaat daripada menetapkan target angka tertentu, karena tren yang positif menunjukkan bahwa kondisi ekonomi dan kebijakan moneter yang diterapkan saat ini sudah berada di jalur yang benar.

    Bambang juga menekankan bahwa penguatan nilai tukar tidak boleh berlebihan.

    "Penguatan yang terlalu besar bisa mengganggu daya saing ekspor," tambahnya.

    Menurutnya, ada angka optimal untuk nilai tukar, tetapi angka tersebut sulit ditentukan karena bergantung pada pergerakan pasar.

    Selama pekan ini, rupiah masih bergerak dalam zona penguatan dan mempertahankan level terkuatnya sejak awal tahun. Data Refinitiv menunjukkan pada akhir pekan, Jumat, 30 Agustus 2024, rupiah ditutup melemah 0,26 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS), menjadi Rp15.450/USD. Meskipun ada pelemahan pada hari itu, rupiah masih mempertahankan level terkuatnya tahun ini.

    Secara mingguan, rupiah mengalami apresiasi sebesar 0,23 persen, menandai penguatan berkelanjutan selama lima pekan berturut-turut. Namun, pelemahan pada akhir pekan kemungkinan disebabkan oleh kenaikan indeks dolar AS (DXY), yang naik hampir 1 persen dalam sepekan, berakhir di 101,69 pada akhir pekan. Kenaikan DXY ini dipicu oleh data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan, serta peningkatan belanja konsumen.

    Menguat di Tengah Optimisme Ekonomi AS

    Rupiah menunjukkan penguatan yang solid di tengah sentimen positif di pasar global, didorong oleh kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Amerika Serikat (AS) yang mencapai 103,3 pada bulan ini. Angka ini merupakan level tertinggi dalam enam bulan terakhir.

    Kenaikan IKK ini melampaui ekspektasi para ekonom yang sebelumnya memperkirakan indeks hanya akan berada sekitar 100,3, dan meningkat dari angka 101,9 pada Juli lalu. Peningkatan ini mencerminkan optimisme terhadap prospek ekonomi AS, meskipun ada kekhawatiran mengenai pasar tenaga kerja yang menunjukkan tingkat pengangguran mendekati level tertinggi dalam tiga tahun, yaitu 4,3 persen pada periode sebelumnya.

    Indeks Ekspektasi Conference Board, yang mengukur pandangan konsumen terhadap pendapatan, bisnis, dan kondisi pasar tenaga kerja dalam jangka pendek, juga naik menjadi 82,5, level tertinggi sejak Agustus 2023, dari 81,1 pada Juli.

    Namun, meskipun ada optimisme terhadap ekonomi, konsumen masih khawatir tentang pasar tenaga kerja, dengan persentase yang menganggap pekerjaan "banyak tersedia" turun menjadi 32,8 persen dari 33,4 persen bulan sebelumnya.

    Kendati inflasi telah menurun secara signifikan, kondisi pasar tenaga kerja yang belum sepenuhnya pulih mungkin menjadi pertimbangan tambahan bagi bank sentral dalam penyesuaian kebijakan ke depan.

    Di samping itu, pelaku pasar juga memantau dengan cermat data pertumbuhan ekonomi AS untuk kuartal II-2024. Data ini diharapkan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kekuatan ekonomi AS dan dampaknya terhadap kebijakan moneter serta pasar global.

    Prospek Ekonomi AS

    Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat pada kuartal II-2024 akan tumbuh sebesar 2,8 persen, sesuai dengan perkiraan awal yang diumumkan pada Juli lalu.

    Angka ini akan memainkan peran krusial dalam menilai ketahanan ekonomi AS dan mempengaruhi ekspektasi terhadap kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed) ke depan. Meski The Fed telah mengindikasikan rencana untuk memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan September mendatang, revisi data PDB ini bisa memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi ekonomi dan seberapa kuat tekanan untuk penyesuaian lebih lanjut.

    Menurut pasar, ada kemungkinan sebesar 71,5 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunganya pada pertemuan yang dijadwalkan pada 18 September 2024. Pasar saat ini melihat peluang besar bahwa The Fed akan mengurangi suku bunga sebesar 25 basis poin, menjadikannya antara 5,00 persen-5,25 persen.

    Perubahan pada kebijakan suku bunga The Fed dapat mempengaruhi berbagai aspek ekonomi global, termasuk nilai tukar mata uang dan aliran modal internasional. Oleh karena itu, data PDB yang akan dirilis ini sangat dinanti-nanti, karena dapat mempengaruhi arah kebijakan moneter serta sentimen pasar secara keseluruhan.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79