KABARBURSA.COM - Kabar mengejutkan datang dari PT Bank Permata Tbk. Pemegang saham pengendali bank dengan kode emiten BNLI, yakni Bangkok Bank Public Company Limited, baru saja melakukan langkah besar dengan melepas 1,74 miliar lembar saham Bank Permata pada 23 Agustus 2024.
Langkah ini mencuri perhatian karena dilakukan dengan harga Rp920 per saham, melalui pasar negosiasi di Bursa Efek pada 21 Agustus 2024, dan diselesaikan dua hari kemudian. Dari transaksi ini, Bangkok Bank berhasil mengantongi dana segar sebesar Rp1,6 triliun.
Dalam keterangan resmi, manajemen Bangkok Bank menyatakan bahwa transaksi ini dilakukan untuk memenuhi kewajiban pengalihan saham pasca-Penawaran Tender Wajib, sesuai dengan Peraturan OJK No. 9/POJK.04/2018 tentang Pengambilalihan Perusahaan Terbuka.
Namun, apa arti dari transaksi besar ini bagi struktur kepemilikan di Bank Permata? Sebelum transaksi, Bangkok Bank menguasai 33,98 miliar saham atau 93,94 perseh dari total saham Bank Permata. Setelah transaksi, kepemilikan tersebut menyusut menjadi 32,24 miliar saham atau 89,12 persen. Artinya, ada penurunan sekitar 4,82 persen dalam porsi kepemilikan mereka.
Berdasarkan data yang dirilis pada 22 Agustus 2024, Bangkok Bank sebelumnya menguasai 98,71 persen dari total saham Bank Permata, sementara publik hanya memiliki 1,22 persen. Namun, setelah transaksi ini, kepemilikan publik meningkat signifikan menjadi 10,81 persen, atau setara dengan 3,9 miliar saham.
Walaupun terjadi pergeseran dalam struktur kepemilikan, manajemen Bank Permata menegaskan bahwa transaksi ini tidak akan memberikan dampak material yang signifikan terhadap operasional dan keberlangsungan usaha Bank Permata. Justru, dengan dilakukannya transaksi ini, Bank Permata dapat memenuhi ketentuan minimal saham free float yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Peraturan No. I-A.
Sebelumnya, Bank Permata telah mendapatkan perpanjangan waktu hingga 7 Oktober 2024 untuk memenuhi ketentuan minimal saham free float, dengan persetujuan dari OJK dan BEI. Bangkok Bank, sebagai pemegang saham pengendali, terus berupaya untuk memastikan bahwa target tersebut tercapai tepat waktu, sehingga Bank Permata dapat kembali ke Papan Utama di bursa.
Sebagai informasi, BEI mewajibkan perusahaan tercatat untuk memiliki minimal 50 juta saham free float dan 7,5 persen dari total saham tercatat. Saham free float ini merupakan saham yang dapat diperdagangkan di BEI oleh investor yang memiliki kurang dari 5 persen saham perusahaan, dan tidak termasuk saham yang dimiliki oleh pengendali, afiliasi, atau hasil buyback.
Dengan langkah ini, Bangkok Bank tampaknya serius untuk memastikan Bank Permata tetap berada di jalur yang benar dalam memenuhi peraturan yang berlaku, sekaligus memberikan lebih banyak kesempatan bagi publik untuk memiliki saham di Bank Permata. Kita tunggu bagaimana dampak jangka panjang dari transaksi ini terhadap posisi Bank Permata di bursa.
Sentuh ARA
Pada awal sesi pertama perdagangan 23 Agustus 2024, saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) mengalami lonjakan tajam hingga mencapai batas atas auto reject (ARA). Lonjakan ini sejalan dengan pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan dilaksanakan.
Berdasarkan indeks saham Bursa Efek Indonesia (BEI), pada pukul 09.25 WIB saham BNLI tercatat melonjak hingga Rp 1.435, atau mengalami kenaikan sebesar 23,18 persen.
Rita Efendy, analis pasar modal Indonesia, menjelaskan bahwa kenaikan ini berkaitan erat dengan RUPSLB BNLI yang dijadwalkan pada 9 September 2024.
Menariknya, agenda dari RUPSLB tersebut masih disimpan rapat-rapat, ujar Rita dalam pernyataannya pada Jumat, 23 Agustus 2024.
Tim analis dari Stockbit mengungkapkan bahwa RUPSLB ini kemungkinan akan membahas pemenuhan aturan free float. Saat ini, free float BNLI berada di angka 1,29 persen, jauh di bawah batas minimum 7,5 persen yang ditetapkan oleh BEI.
Tenggat waktu untuk memenuhi syarat free float ini adalah 7 Oktober 2024. Peningkatan free float akan berdampak pada likuiditas saham yang menjadi lebih tinggi, terang tim analis.
Free float adalah saham yang tersedia bagi masyarakat dan bukan saham yang dimiliki oleh orang dalam. Biasanya jumlah saham ini kurang dari 5 persen saja dari seluruh saham yang tercatat sehingga disebut juga sebagai saham minoritas.
pada perdagangan 22 Agustus, saham BNLI melejit 24,60 persen mentok auto reject atas (ARA) ke Rp 1.165. Dalam sepekan terakhir saham BNLI melambung lebih dari 50 persen.
Padahal jika menelisik kinerja sah BNLI selama dua bulan terhitung sejak 11 Juli 2024 hingga 21 Agustus 2024 bergerak sideways pada rentang yang sempit Rp900 dan Rp940, tiba-tiba melonjak tajam.
Mengutip laporan keuangan per 26 Juli, BNLI membukukan laba bersih sebesar Rp1,53 triliun, yang menunjukkan kenaikan sebesar 8,75 persen secara tahunan (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,41 triliun.(*)