Logo
>

Bank Himbara Kompak Hijau berkat Rencana Suntikan Rp200 Triliun

Saham bank BUMN seperti BBNI, BBRI, BBTN, dan BMRI serentak menguat setelah pemerintah memastikan alokasi dana Rp200 triliun.

Ditulis oleh Syahrianto
Bank Himbara Kompak Hijau berkat Rencana Suntikan Rp200 Triliun
Saham perbankan pelat merah kompak menghijau pada reli perdagangan Kamis, 11 September 2025. (Foto: Dok. KabarBursa)

KABARBURSA.COM – Saham perbankan pelat merah kompak menghijau pada reli perdagangan Kamis, 11 September 2025. 

Investor tampaknya merespons positif kepastian pemerintah yang akan mengalihkan dana simpanan sebesar Rp200 triliun dari Bank Indonesia (BI) ke sektor perbankan, langkah yang disebut sebagai katalis baru di tengah tekanan likuiditas.

Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) memimpin penguatan dengan lonjakan 7,07 persen ke Rp4.390 per saham. Disusul PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) yang melesat 7,84 persen ke Rp1.375. 

Adapun PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) naik 5,93 persen ke Rp4.110, sementara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menguat 2,73 persen ke Rp4.520. 

Kenaikan serentak itu menandai masuknya sentimen segar ke dalam saham-saham Himbara.

Rencana Pemerintah Alihkan Dana dari BI

Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu menjelaskan, dana tersebut ditarik dari simpanan pemerintah di BI. 

Tujuannya untuk mempercepat perputaran uang di perekonomian, sekaligus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah kebutuhan likuiditas menjelang akhir tahun.

“Dengan likuiditas tambahan, bank-bank diharapkan mampu menyalurkan kredit produktif yang dapat mendorong konsumsi, investasi, serta mendukung program-program prioritas pemerintah,” kata Febrio dalam keterangan resmi, dikutip Selasa, 11 September 2025.

Skema yang disiapkan pemerintah disebut mirip dengan penempatan dana sebelumnya, yakni Rp83 triliun untuk mendukung koperasi melalui bank Himbara. Namun, kali ini skala dana jauh lebih besar, Rp200 triliun, sehingga diharapkan berdampak lebih luas.

Febrio menegaskan, pemerintah tidak ingin dana ini sekadar menjadi tambahan dana murah bagi bank. Regulasi teknis akan mengatur agar penempatan dana benar-benar efektif mendorong penyaluran kredit ke sektor produktif.

“Pemerintah tidak ingin dana tersebut dialihkan ke instrumen pasif seperti SBN atau SRBI, karena justru akan mengurangi efektivitas kebijakan,” ujar dia.

Dengan aliran dana langsung ke bank, pemerintah berharap kredit produktif bisa lebih deras mengalir ke UMKM dan proyek strategis, bukan hanya berhenti sebagai cadangan likuiditas.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan bahwa Presiden Prabowo Subianto telah menyetujui rencana ini. 

Hal itu disampaikannya usai menghadiri pertemuan dengan Presiden di Istana Kepresidenan, Rabu malam. “Sudah, sudah setuju Presiden,” kata Purbaya saat ditanya wartawan.

Menurut mantan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) tersebut, Rp200 triliun yang akan digelontorkan merupakan bagian dari total simpanan pemerintah senilai Rp425 triliun. Dana ini akan dialihkan ke bank untuk memperkuat penyaluran kredit ke masyarakat. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.