KABARBURSA.COM - Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Etikah Karyani mengungkapkan penyebab banyak Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tutup atau mengalami kebangkrutan pada 2023.
Menurutnya, financial distress atau kondisi penurunan keuangan yang dialami oleh BPR dalam hal ini dipengaruhi oleh setidaknya tiga risiko.
"Risiko seperti kredit, rentabilitas, permodalan dan rentabilitas," ujarnya kepada Kabar Bursa, Minggu, 24 Maret 2024.
Adapun dalam data Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat laba BPR mencapai Rp1,94 triliun pada 2023.
Namun terjadi kemerosotan 38,65 persen dari tahun ke tahun (year on year) dibandingkan laba pada tahun sebelumnya, 2022, yaitu Rp3,16 triliun.
Mengacu data tersebut, Etikah menerangkan bahwa penurunan kinerja dan laba BPR dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
"Seperti kondisi ekonomi, kewajiban pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), dan penutupan juga karena pelanggaran hukum," jelasnya.
"Sehingga pengaruhnya terhadap masyarakat ialah pengurangan pelayanan finansial atau pembiayaan yang terdekat," pungkas Etikah.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyatakan rencana penyehatan BPR dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Hal tersebut diungkap Mahendra setelah OJK melaporkan terdapat BPR tutup pada 2024 dengan penyebab fraud dan buruknya tata kelola manajemen. BPR yang telah dilaporkan tutup hingga Maret 2024 ada sebanyak tujuh bank. (ari/car).