Logo
>

Baru 2 UMKM Masuk Pipeline IPO 2025, BEI Genjot Edukasi

BEI aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan edukatif seperti workshop, seminar, coaching clinic, hingga pendampingan individual.

Ditulis oleh Desty Luthfiani
Baru 2 UMKM Masuk Pipeline IPO 2025, BEI Genjot Edukasi
Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna di main hall BEI, Jakarta. (Foto: KabarBursa/Hutama Prayoga)

KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia (BEI) masih menghadapi tantangan dalam mendorong lebih banyak UMKM dan start-up untuk melantai di pasar modal. 

Hingga 23 Mei 2025, dari total 20 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham, hanya dua perusahaan masuk dalam kategori aset skala kecil atau dengan nilai aset di bawah Rp50 miliar.

Sisanya, 11 perusahaan berada dalam kategori aset menengah (lebih dari Rp50 miliar hingga Rp250 miliar), dan tujuh perusahaan tercatat sebagai perusahaan aset besar.

“Kami terus berupaya mendorong perusahaan skala kecil dan menengah untuk masuk ke pasar modal,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, melalui keterangan resminya, dikutip Minggu, 25 Mei 2025. 

“Salah satu bentuk dukungan kami adalah lewat program IDX Incubator yang dirancang untuk membantu mereka mempersiapkan IPO," sambung dia.

IDX Incubator bukan sekadar pelatihan. Program tersebut diklaim menjadi sarana pendampingan menyeluruh bagi perusahaan yang ingin go public dalam jangka waktu tiga tahun ke depan. 

Lewat pendekatan praktis dan kolaboratif, BEI menggandeng para profesional pasar modal untuk membina peserta secara intensif, dari penyusunan laporan keuangan, legalitas, hingga struktur GCG (Good Corporate Governance).

Di luar itu, BEI aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan edukatif seperti workshop, seminar, coaching clinic, hingga pendampingan individual. Semua disasar langsung ke pelaku usaha di berbagai daerah. 

Mereka juga memanfaatkan kanal digital, media sosial, video testimoni, laman go public, hingga buku panduan, untuk memperluas akses informasi.

BEI Siapkan Papan Akselerasi untuk UMKM

Salah satu instrumen yang disiapkan khusus bagi UMKM adalah Papan Akselerasi, yaitu papan pencatatan dengan persyaratan lebih ringan dan biaya pencatatan yang lebih rendah dibanding papan lain di BEI. 

Hingga saat ini, sudah ada 44 perusahaan tercatat di Papan Akselerasi dari total 228 perusahaan dengan aset di bawah Rp250 miliar yang telah IPO.

Bagi UMKM, menjadi perusahaan publik bukan hanya soal dana. Ini soal transformasi. Dengan go public, perusahaan berpeluang meningkatkan visibilitas, kredibilitas, dan profesionalisme. Tak kalah penting, insentif pajak juga menanti, baik untuk perusahaan, maupun para pemegang saham.

Namun perjalanan menuju IPO bukan tanpa tantangan. Banyak UMKM yang masih harus membenahi tata kelola perusahaan, mulai dari pembentukan komisaris independen, komite audit, hingga penyusunan laporan keuangan sesuai standar akuntansi.

“Go public bukan hanya proses administratif, tapi proses naik kelas. Kami ingin pasar modal jadi rumah tumbuh bagi semua skala usaha, termasuk yang kecil dan sedang,” kata Nyoman.

Hingga 23 Mei, BEI Kumpulkan Dana IPO Rp7,01 Triliun

Ia juga memaparkan data, BEI mencatat aktivitas pasar modal yang cukup dinamis hingga tanggal 23 Mei 2025, dengan peningkatan jumlah pencatatan saham, penerbitan obligasi, dan aksi korporasi berupa rights issue yang mencerminkan optimisme pelaku usaha dalam menghimpun dana dari publik.

Pada pipeline pencatatan saham, hingga 23 Mei 2025 telah terdapat 14 perusahaan yang resmi mencatatkan sahamnya di BEI dengan total dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp7,01 triliun. 

Saat ini, masih terdapat 20 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham, yang terbagi berdasarkan klasifikasi aset merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017. 

Dari jumlah tersebut, dua perusahaan dikategorikan sebagai perusahaan skala kecil dengan total aset di bawah Rp50 miliar, sebelas perusahaan merupakan skala menengah dengan aset berkisar antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar, dan tujuh perusahaan termasuk dalam skala besar dengan aset di atas Rp250 miliar.

Secara sektoral, komposisi perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham BEI cukup beragam. Terdapat satu perusahaan berasal dari sektor basic materials, tiga perusahaan dari sektor consumer cyclicals. 

Lalu, tiga perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals, dua perusahaan dari sektor energy, empat perusahaan dari sektor financials, dua perusahaan dari sektor healthcare, dua perusahaan dari sektor teknologi, dan tiga perusahaan lainnya dari sektor transportasi dan logistik. 

Sementara itu, tidak terdapat perusahaan dari sektor industrials, infrastructures, maupun properties & real estate yang masuk dalam pipeline pencatatan saham pada periode ini.

Di sisi lain, pipeline penerbitan obligasi juga menunjukkan geliat yang signifikan. Sampai dengan tanggal 23 Mei 2025, telah diterbitkan sebanyak 45 emisi dari 31 penerbit Efek Bersifat Utang dan/atau Sukuk (EBUS) dengan dana yang dihimpun mencapai Rp58,7 triliun. 

46 Penerbit dalam Pipeline EBUS

Selain itu, BEI mencatat terdapat 62 emisi dari 46 penerbit yang sedang berada dalam pipeline penerbitan EBUS.

Jika dilihat dari sektor industrinya, pipeline penerbitan obligasi tersebut didominasi oleh sektor keuangan dengan total 25 perusahaan. 

Sektor energi menyusul dengan delapan perusahaan, disusul sektor consumer non-cyclicals sebanyak tiga perusahaan. Kemudian, masing-masing dua perusahaan berasal dari sektor basic materials, healthcare, dan industrials. 

Sementara itu, sektor infrastructures, properties & real estate, serta transportation & logistic masing-masing menyumbang satu perusahaan. Tidak ada perusahaan dari sektor consumer cyclicals maupun technology yang tercatat dalam pipeline obligasi hingga periode tersebut.

Untuk aksi korporasi berupa rights issue, per tanggal 23 Mei 2025, terdapat empat perusahaan yang telah melaksanakan penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu dengan total nilai sebesar Rp860 miliar. 

Selain itu, masih terdapat empat perusahaan lainnya yang sedang berada dalam pipeline rights issue di BEI. Berdasarkan sektor usahanya, dua perusahaan berasal dari sektor basic materials, satu perusahaan dari sektor healthcare, dan satu lagi dari sektor transportation & logistic. 

Tidak terdapat perusahaan dari sektor lainnya seperti consumer cyclicals, consumer non-cyclicals, energy, financials, industrials, infrastructures, properties & real estate, maupun technology yang berada dalam pipeline rights issue saat ini.

Secara keseluruhan, data pipeline BEI per 23 Mei 2025 menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor terus menunjukkan minat tinggi dalam memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pendanaan, baik melalui pencatatan saham perdana, penerbitan obligasi, maupun aksi korporasi lainnya. 

Sektor keuangan masih menjadi yang paling dominan dalam penerbitan obligasi, sementara sektor-sektor seperti basic materials, healthcare, dan transportation & logistic juga mulai menunjukkan aktivitas yang kuat dalam penggalangan dana melalui pasar modal Indonesia.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Desty Luthfiani

Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".