Logo
>

BBCA Siapkan Dana Buyback Rp5 Triliun: Penawaran Rp9.200 per Saham

BCA menyiapkan buyback saham senilai Rp5 triliun untuk menjaga stabilitas harga dan meningkatkan kepercayaan investor di tengah volatilitas pasar akhir 2025.

Ditulis oleh Yunila Wati
BBCA Siapkan Dana Buyback Rp5 Triliun: Penawaran Rp9.200 per Saham
BBCA segera lakukan buyback dengan penawaran per saham sebesar Rp9.200. Foto: Dok KabarBursa.

KABARBURSA.COM – PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali menunjukkan langkah strategis untuk menjaga kepercayaan pasar melalui rencana pembelian kembali saham (buyback) senilai maksimum Rp5 triliun. 

Aksi ini menjadi sinyal kuat bahwa manajemen BCA melihat valuasi sahamnya saat ini sudah berada di level yang cukup menarik. Buyback juga merupakan bentuk komitmen perusahaan dalam menjaga stabilitas harga di tengah kondisi pasar yang cenderung berfluktuasi pada kuartal keempat 2025.

Dalam keterangannya, BCA menetapkan harga maksimum buyback sebesar Rp9.200 per saham, dengan periode pelaksanaan dimulai pada 22 Oktober 2025 hingga 19 Januari 2026. 

Transaksi buyback ini akan dilaksanakan oleh PT BCA Sekuritas sebagai broker pelaksana. Sumber dana berasal sepenuhnya dari kas internal, tanpa melibatkan pinjaman atau sumber eksternal lain. Jadi, bisa dipastikan tidak ada tekanan tambahan terhadap struktur permodalan maupun arus kas operasional bank.

Dampak Buyback Ditekan Semaksimal Mungkin

Dari perspektif keuangan, dampak aksi ini terhadap rasio-rasio utama tergolong minimal. Capital Adequacy Ratio (CAR) BCA diperkirakan hanya akan turun tipis dari 29,36 persen menjadi 28,75 persen. Artinya, bank masih memiliki bantalan modal yang sangat kuat, jauh di atas ketentuan minimum regulator. 

Sementara itu, Return on Equity (ROE) justru naik dari 24,56 persen menjadi 25,02 persen. Di sini, aksi buyback dapat meningkatkan efisiensi modal dan memberikan nilai tambah bagi pemegang saham eksisting.

Buyback saham sendiri merupakan sinyal kepercayaan diri dari manajemen terhadap fundamental perusahaan. Ketika perusahaan membeli kembali sahamnya di pasar, hal itu sering diartikan bahwa manajemen menilai harga saham sedang undervalued atau tidak mencerminkan nilai intrinsiknya. 

Dalam konteks BBCA, yang dikenal sebagai bank dengan kinerja keuangan paling konsisten di Indonesia, langkah ini mengindikasikan strategi stabilisasi yang bertujuan menjaga kepercayaan investor jangka panjang.

Selain itu, buyback juga berpotensi menekan jumlah saham beredar, sehingga meningkatkan nilai per saham (earnings per share/EPS) dan memperkuat persepsi pasar terhadap prospek kinerja bank ke depan. 

Dan dalam jangka pendek, aksi ini bisa memberikan dorongan psikologis positif di pasar saham, terutama bagi investor institusional yang melihat buyback sebagai tanda bahwa manajemen siap menopang harga di level tertentu.

Namun, di sisi lain, aksi bucback juga menunjukkan kehati-hatian BCA terhadap dinamika pasar yang belakangan menunjukkan peningkatan volatilitas, baik akibat ketidakpastian global maupun fluktuasi suku bunga domestik. 

Dengan melakukan buyback dalam rentang waktu tiga bulan, BCA memiliki fleksibilitas untuk melakukan intervensi bertahap, menyesuaikan dengan kondisi likuiditas dan sentimen pasar.

Secara strategis, keputusan buyback senilai Rp5 triliun ini memperkuat posisi BCA sebagai bank yang tidak hanya solid secara fundamental, tetapi juga aktif mengelola persepsi pasar dan nilai pemegang saham. 

Dengan CAR yang tetap tinggi dan likuiditas kuat, langkah ini dapat dipandang sebagai sinyal bahwa perusahaan memiliki kapasitas finansial yang mumpuni untuk menjaga harga sahamnya tanpa mengorbankan ekspansi bisnis atau pembagian dividen ke depan.

Dengan kata lain, buyback BCA bukan sekadar manuver teknis di pasar modal, melainkan strategi manajemen nilai perusahaan. Aksi ini memperlihatkan keseimbangan antara disiplin keuangan, kepercayaan diri terhadap kinerja jangka panjang, dan kepedulian terhadap stabilitas harga saham di tengah gejolak pasar. 

Jika dieksekusi dengan baik, langkah ini berpotensi memperkuat citra BBCA sebagai bank paling stabil.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79