KABARBURSA.COM - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menghentikan penawaran umum obligasi berwawasan lingkungan berkelanjutan I tahun 2022, meskipun masih memiliki sisa plafon sebesar Rp1,5 triliun.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen BRI menjelaskan bahwa penghentian ini dilakukan karena proyeksi penurunan suku bunga global pada akhir 2024. BRI memutuskan untuk menghentikan penerbitan obligasi karena faktor ini akan mempengaruhi biaya dana untuk penerbitan surat berharga.
"Karena itu, penerbitan instrumen jangka panjang saat ini dinilai kurang optimal bagi BRI," jelas direksi dalam keterangannya.
Alasan lain adalah bahwa BRI akan memfokuskan pengelolaan aset treasury yang jatuh tempo pada tahun 2024 untuk memenuhi kebutuhan likuiditas kegiatan usaha mereka.
Sementara itu, izin pelaksanaan penerbitan obligasi berwawasan lingkungan berkelanjutan I tahun 2022 ini sudah berakhir pada tanggal 12 Juli 2024. Oleh karenanya, perusahaan ini bermaksud menghentikan penerbitan PUB Obligasi Berwawasan Lingkungan yang mendapat izin tanggal 12 Juli 2022. PUB efek bersifat utang dan atau sukuk biasanya memiliki periode waktu dua tahun sejak izin dirilis.
Selama periode tersebut, BRI telah merilis tiga tahap obligasi dengan total penerbitan Rp13,5 triliun dengan target di awal Rp15 triliun. Penerbitan obligasi berwawasan lingkungan berkelanjutan pada tahap pertama dirilis pada 20 Juli 2022 dengan total emisi Rp5 triliun.
Pada tahap kedua, BRI menerbitkan pada tanggal 17 Oktober 2023 senilai Rp6 triliun dan tahap ketiga dirilis pada 20 Maret 2024 senilai Rp2,5 triliun.
PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp90 triliun di semester II 2024. Penyokong utama emisi surat utang korporasi ini adalah surat utang jatuh tempo yang mencapai Rp85,01 triliun di semester kedua ini.
Sementara itu, Kepala Divisi Riset Pefindo Suhindarto mengatakan, penerbitan obligasi korporasi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh nilai jatuh tempo. Sehingga penerbitan surat utang korporasi masih tetap ramai kendati yield SUN acuan 10 tahun masih tinggi.
Darto menyebutkan, nilai jatuh tempo obligasi korporasi di kuartal III 2024 sebesar Rp42,5 triliun, lalu di kuartal IV senilai Rp42,51 triliun. "Secara total untuk semester II 2024 ada Rp85,01 triliun, ini lebih tinggi dibandingkan dengan semester I 2024 sebesar Rp65 triliun," terangnya.
Pefindo mencatat nilai jatuh tempo obligasi korporasi mencapai Rp150,5 triliun sepanjang 2024. Sektor multifinance mendominasi dengan nilai Rp26,3 triliun, diikuti sektor perbankan sebesar Rp24,7 triliun.
Lalu, nilai jatuh tempo dari sektor telekomunikasi senilai Rp15,6 triliun. Kemudian sektor lembaga keuangan khusus Rp14,4 triliun, dan pembiayaan non-multifinance senilai Rp12,1 triliun.
Berikutnya, nilai jatuh tempo dari sektor pulp and paper senilai Rp8,5 triliun, diikuti sektor pertambangan Rp8,3 triliun, sektor konstruksi Rp5,4 triliun, sektor properti Rp4,5 triliun, sektor perkebunan Rp4,4 triliun, dan sektor lainnya senilai Rp26,4 triliun.
Kinerja BBRI
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk tampaknya belum terkalahkan sebagai bank dengan laba tertinggi. Setidaknya, itu masih bertahan sepanjang lima bulan berjalan di 2024.
Mengutip laporan bulanan tiap-tiap bank di Mei 2024, BBRI mencatat laba terbesar dengan nilai mencapai Rp21,9 triliun. Pencapaian tersebut meningkat sekitar 8,84 persen jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
BBRI yang mencatat pendapatan non bunga tumbuh hingga 38,31 persen yoy menjadi Rp21,75 triliun. Sementara, pendapatan bunga bersih BBRI hanya tumbuh 5,5 persen yoy menjadi Rp45,8 triliun. Misalnya, BBRI yang mencatatkan biaya provisi naik hingga 31,29 persen yoy menjadi Rp17,88 triliun.
BBRI Naik 1 Persen
Terakhir, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) ditutup menguat. Pada penutupan perdagangan tersebut, harga saham BBRI mencapai Rp4.900 per saham.
Dibandingkan dengan penutupan pada Kamis, 11 Juli 2024, harga saham BBRI mengalami kenaikan sebesar 1,24 persen dari Rp4.840. Saham BBRI dibuka pada harga Rp4.970 per saham, lebih tinggi dari harga penutupan hari sebelumnya.
Saham BBRI mencatat harga tertinggi Rp4.980 dan harga terendah Rp4.880, dengan penutupan naik Rp60 per saham dalam satu hari perdagangan.
Dalam periode 7 hari terakhir sejak 5 Juli 2024, harga saham BBRI mengalami kenaikan sebesar 2,08 persen dari harga Rp4.800. Namun, dibandingkan dengan satu tahun sebelumnya, yaitu 12 Juli 2023, harga saham BBRI mengalami penurunan sebesar 10,09 persen dari Rp5.450.
Total nilai transaksi yang tercatat untuk saham BBRI mencapai Rp1.615,40 miliar, dengan volume saham yang ditransaksikan mencapai 3.271.413 lot.
Dengan Earning Per Share (EPS) sebesar Rp419, Price to Earning Ratio (PER) saham BBRI saat ini adalah 11,55 kali. Sementara itu, Price to Book Value (PBV) saham ini adalah 2,50 kali. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.