KABARBURSA.COM - Langkah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BBTN dalam mengakuisisi Bank Victoria Syariah dan menyiapkan spin-off BTN Syariah menuju entitas mandiri berbadan hukum bank umum syariah (BUS) membuka babak baru dalam transformasi bisnis mereka. Akuisisi senilai Rp1,5 triliun yang telah dituntaskan pekan ini menjadi pondasi awal dari proses restrukturisasi yang diproyeksikan rampung pada kuartal terakhir 2025.
Dari sudut pandang pasar, kabar ini menjadi sinyal kuat bahwa BTN tengah menyiapkan arah baru strategi pertumbuhannya di sektor syariah. Proses pemisahan unit usaha syariah ini dilakukan sejalan dengan amanat regulasi, termasuk POJK dan Undang-undang P2SK.
Namun lebih dari sekadar memenuhi aturan, langkah ini secara langsung membuka peluang bagi BTN untuk mengoptimalkan potensi pasar syariah yang saat ini terus berkembang namun belum sepenuhnya tergarap secara kompetitif.
Bagi pemegang saham, rencana ini layak mendapat perhatian khusus. Pemisahan BTN Syariah dari struktur induk berpotensi menciptakan nilai baru, karena performa dan pertumbuhan bisnis syariah nantinya akan dapat terlihat lebih transparan. Selain itu, rencana penguatan modal melalui rights issue menunjukkan adanya komitmen serius dalam memastikan kesiapan operasional dan finansial entitas baru ini.
Jika seluruh tahapan berjalan sesuai jadwal, BTN Syariah akan bertransformasi menjadi BUS berstatus Buku II. Dengan status tersebut, BUS hasil spin-off ini diperkirakan akan memiliki ruang ekspansi yang cukup panjang, terutama dalam menjangkau segmen pasar yang masih minim penetrasi layanan keuangan berbasis syariah.
Posisi ini juga akan menjadikannya sebagai salah satu dari sedikit BUS nasional dengan kapasitas aset menengah, di tengah dominasi satu entitas besar yang selama ini memimpin pasar.
Meski demikian, proses pembentukan entitas baru tidak lepas dari tantangan. Mulai dari integrasi sumber daya antara BTN dan BVIS, penyesuaian sistem operasional, hingga kesiapan manajemen dalam mengelola dua struktur terpisah. Fase transisi seperti ini kerap membutuhkan waktu serta biaya, dan tak jarang memengaruhi efisiensi dalam jangka pendek.
Dalam situasi seperti ini, langkah paling rasional yang dapat ditempuh investor adalah mengikuti prosesnya secara cermat. Respon pasar terhadap tahapan demi tahapan spin-off, serta kejelasan strategi bisnis yang akan ditempuh oleh BTN Syariah pasca spin-off, akan menjadi indikator penting untuk menilai sejauh mana nilai tambah bisa tercipta.
Dalam jangka menengah hingga panjang, jika pengelolaan dan arah eksekusinya berjalan dengan baik, transformasi BTN ini bisa menjadi penggerak baru dalam lanskap perbankan syariah Indonesia yang lebih kompetitif dan terintegrasi.
BTN Resmi Akuisisi Bank Victoria Syariah
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN resmi mengambil langkah besar dalam perjalanannya membentuk entitas syariah mandiri. Langkah ini ditandai dengan akuisisi saham mayoritas PT Bank Victoria Syariah senilai Rp1,5 triliun. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam penandatanganan akta jual beli antara BTN dengan PT Victoria Investama Tbk dan PT Bank Victoria International Tbk yang berlangsung di Menara BTN, Jakarta, pada Kamis pekan ini.
Akuisisi tersebut menjadi bagian integral dari rencana pemekaran atau spin-off unit usaha syariah BTN. Proses pemisahan ini ditargetkan akan berlangsung pada Oktober atau November 2025. Setelah seluruh tahapan tuntas, BTN akan secara resmi menghadirkan bank umum syariah baru sesuai dengan amanat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan Undang-undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan.
Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu, mengungkapkan bahwa melalui akuisisi ini, BTN kini secara resmi menjadi pemilik mayoritas Bank Victoria Syariah dengan penguasaan saham sebesar 99,99 persen. Masih terdapat sebagian kecil saham yang tercatat atas nama Balai Harta Peninggalan Jakarta, yakni sekitar 0,0016 persen, yang menurut Nixon merupakan sisa kepemilikan lama dan tidak mempengaruhi struktur mayoritas yang kini dikuasai BTN.
Pasca transaksi, BTN dan Bank Victoria Syariah dijadwalkan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk meresmikan proses spin-off dan penyusunan struktur entitas baru. Di sisi lain, BTN juga tengah menyiapkan penguatan modal untuk unit syariahnya melalui mekanisme rights issue. Tahapan ini dipandang penting untuk memastikan bahwa entitas baru nanti akan memiliki struktur permodalan yang cukup dalam menjalankan operasional sebagai bank syariah penuh.
Nixon menyebutkan bahwa bank syariah hasil pemekaran ini nantinya akan masuk dalam kategori Buku II, sesuai klasifikasi modal inti dalam sistem perbankan nasional. Kehadiran bank baru ini akan melengkapi struktur industri BUS (Bank Umum Syariah) di Indonesia, yang saat ini sudah terdiri atas satu bank syariah Buku III dan satu bank syariah Buku II.
Nama resmi bank syariah baru hasil spin-off BTN masih dirahasiakan. Namun, Nixon memastikan bahwa nama tersebut akan diajukan dan disampaikan langsung kepada Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, untuk kemudian diumumkan secara resmi saat seluruh proses telah selesai.
Langkah ini menjadi bagian dari transformasi strategis BTN dalam memperkuat peran di sektor keuangan syariah nasional. Dengan akuisisi ini, BTN menyiapkan landasan baru bagi perluasan layanan syariah melalui entitas yang berdiri mandiri secara kelembagaan dan operasional. Proses spin-off yang kini memasuki tahap lanjut menandai keseriusan BTN dalam mengikuti arah regulasi sekaligus merespons pertumbuhan kebutuhan masyarakat terhadap layanan keuangan berbasis syariah di Indonesia.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.