KABARBURSA.COM – PT bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, berkode saham BBTN, berhasil mencatatkan laba bersih hingga November 2025 mencapai Rp2,91 triliun. Sementara itu, bank BUMN ini juga menargetkan pertumbuhan kredit signifikan di tahun ini.
Laba bersih BBTN tumbuh lebih dari 21 persen secara tahunan. Pertumbuhan ini cukup signifikan, terutama jika dilihat dalam konteks industri perbankan sepanjang 2025 yang menghadapi tekanan margin akibat penyesuaian suku bunga dan persaingan dana pihak ketiga.
Dari sisi intermediasi, penyaluran kredit BTN mencapai Rp386,47 triliun per akhir November 2025. Angka ini tumbuh 8,74 persen secara tahunan dan berada dalam rentang target pertumbuhan kredit BTN sebesar 8-10 persen untuk 2025. Secara teknis, target ini sudah hampir tercapai, bahkan sebelum tutup buku.
Fokus BTN saat ini konsisten pada sektor perumahan, baik KPR subsidi maupun non-subsidi. Sebab, sektor tersebut menjadi penopang utama pertumbuhan, sekaligus menjaga karakter defensif portofolio kredit di tengah ketidakpastian ekonomi.
Dana pihak ketiga melonjak tinggi, tumbuh 15,77 persen year on year, menjadi Rp423,96 triliun. Pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan kredit dan menjadi sinyal positif karena memperkuat likuiditas dan memberi ruang penurunan biaya dana.
Kombinasi pertumbuhan kredit dan DPK ini mendorong total aset BBTN naik 12,16 persen year on year, menjadi Rp503,99 triliun, hingga November 2025.
Capaian ini penting secara strategis, karena BTN berhasil melampaui target aset Rp500 triliun yang ditetapkan pada awal tahun, bahkan sebelum memasuki Desember. Artinya, skala usaha BTN naik satu tingkat dan memperkuat posisinya sebagai bank dengan focus pembiayaan perumahan nasional.
Direktur utama BTN Nixon Napitupulu menggarisbawahi bahwa pertumbuhan ini tidak dilepas dari strategi penyaluran kredit yang lebih terarah dan disiplin, serta optimalisasi dana murah di tengah tren penurunan cost of fund.
Artinya, pertumbuhan laba 2025 bukan hasil ekspansi agresif berisiko tinggi, melainkan hasil dari kombinasi volume dan efisiensi yang lebih seimbang.
Ke depan, arah strategi BTN relatif jelas. Perseroan akan tetap menjadikan sektor perumahan sebagai core business, dengan fokus pada KPR subsidi seperti FLPP Sejahtera dan KPP, serta memperluas pembiayaan korporasi yang memiliki keterkaitan langsung dengan ekosistem perumahan.
Di sisi pendanaan, penguatan DPK ritel melalui digitalisasi menjadi tumpuan, terutama lewat superapp Bale by BTN dan Bale Korpora yang menopang transaksi dan cash management korporasi. Jika tren pertumbuhan CASA ini berlanjut, BTN berpotensi menikmati margin yang lebih stabil pada 2026.
Namun, ada dinamika non-operasional yang juga perlu dicermati pasar, yakni penundaan RUPSLB ke 7 Januari 2026 disertai penambahan agenda perubahan susunan pengurus. Penambahan agenda ini menempatkan BTN dalam sorotan, mengingat bank BUMN lain telah lebih dulu melakukan perombakan manajemen.
Meski belum bisa ditarik kesimpulan mengenai arah perubahan, agenda ini berpotensi menjadi katalis persepsi pasar, baik positif maupun netral, tergantung keputusan yang dihasilkan RUPS.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.