KABARBURSA.COM – Bursa Efek Indonesia (BEI) memperketat pengawasan terhadap rekening dana nasabah (RDN) menyusul kasus dugaan pembobolan dana di sejumlah perusahaan sekuritas. Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Kristian Manullang, menegaskan pihaknya telah melakukan klarifikasi dengan sekuritas terkait dan mengumpulkan seluruh Anggota Bursa (AB) untuk memperkuat pengamanan data nasabah.
“Fokus kami bukan sanksi, tapi mencegah agar kasus serupa tidak terulang. Kami sudah komunikasi dengan pihak-pihak terkait dan mengingatkan AB untuk menjaga sistemnya,” kata Kristian saat ditemui di Gedung BEI, Jumat 19 September 2025, dikutip Ahad 21 September 2025.
Isu dugaan pembobolan RDN mencuat pada awal September 2025 setelah sejumlah sekuritas melaporkan adanya penarikan dana tidak sah dari rekening investor.
Nilai dana yang sempat disebut hilang mencapai sekitar Rp70 miliar. Dugaan awal mengarah pada kelemahan sistem keamanan digital, perubahan daftar rekening tujuan (whitelist), hingga potensi insider threat di internal sekuritas atau pihak ketiga penyedia teknologi.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) segera turun tangan dengan mengumpulkan Anggota Bursa, menerbitkan surat edaran, dan memperketat pengawasan sistem. BCA telah menegaskan sistemnya aman dan tidak ada kerugian finansial pada nasabah, kasus ini menimbulkan kepanikan investor serta mendorong seluruh pelaku pasar memperketat keamanan siber dan rekonsiliasi dana secara berkala.
Kristian menuturkan BEI telah menerbitkan surat edaran dan melakukan pertemuan fisik dengan seluruh AB untuk memastikan kepatuhan serta meningkatkan keamanan sistem. “Kami mengingatkan seluruh AB menjaga data nasabah dan memastikan sistem perdagangan mereka aman,” ujarnya.
BEI juga mengimbau investor menjaga keamanan RDN masing-masing dengan disiplin mengganti kata sandi. “Nasabah perlu rutin mengganti password, jangan mudah ditebak, dan menjaga kerahasiaan data pribadinya,” kata Kristian.
Ia menjelaskan hingga saat ini tidak ada pembatasan akses RDN, namun pengawasan dilakukan lebih ketat termasuk pada vendor-vendor teknologi yang digunakan AB. “Pilihan vendor memang diserahkan kepada AB, tapi kami menguji dan melakukan pemeriksaan secara berkala,” tambahnya.
Menurut Kristian, kejahatan siber bisa terjadi kapan saja. “Kadang peretasan sudah terjadi lama tapi baru terlihat sekarang. Kami minta AB dan investor sama-sama waspada,” katanya.
Isu pembobolan RDN sempat memicu kepanikan sebagian investor sejak awal September 2025. Dugaan awal menyebut dana investor di sejumlah sekuritas berpindah tanpa otorisasi, sehingga menimbulkan spekulasi soal kebocoran data atau kelemahan sistem. Kabar Bursa mencatat, RDN merupakan fasilitas rekening terpisah yang dikelola perbankan untuk menampung dana transaksi saham nasabah.
Menanggapi rumor yang menyebut Bank Central Asia Tbk (BCA) sebagai pihak yang sistemnya dibobol, manajemen BCA segera memberikan klarifikasi. Dalam keterangan resmi tertanggal 12 September 2025 yang diterima Kabar Bursa melalui email. BCA menegaskan bahwa informasi kebobolan dana di sistem mereka senilai Rp70 miliar adalah tidak benar. “Kami pastikan sistem di BCA aman dan tidak ada kerugian finansial yang dialami nasabah,” tulis pernyataan resmi ujar Hera F. Haryn, EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA.
“BCA senantiasa melakukan pengamanan data dengan menerapkan strategi dan standar keamanan berlapis, serta mitigasi risiko yang diperlukan untuk menjaga keamanan data dan transaksi digital nasabah,” sambung dia.
BCA juga menyampaikan tengah mendukung proses investigasi mendalam bersama perusahaan sekuritas serta otoritas terkait.(*)