KABARBURSA.COM - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjelaskan alasan mengapa belum menurunkan bunga kredit meskipun Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuan (BI Rate). Pekan lalu, BI menurunkan suku bunga sebesar 0,25 persen menjadi 6 persen.
Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri, Eka Fitria, mengakui bahwa penurunan suku bunga acuan BI maupun bank sentral global berdampak positif bagi kinerja perbankan di Indonesia. Namun, menurutnya, penurunan suku bunga kredit dan deposito sangat bergantung pada kondisi likuiditas perbankan.
Eka menjelaskan bahwa likuiditas perbankan saat ini cenderung "ketat," tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) yang meningkat ke 86,8 persen, serta pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang melambat menjadi 7 persen pada Agustus 2024.
“Kami melihat sinyal penurunan suku bunga global maupun domestik akan membawa dampak positif. Namun, kita juga perlu memperhatikan kondisi likuiditas pasar saat ini,” ujar Eka dalam acara ‘Mandiri Macro Market Brief,’ Kamis, 26 September 2024.
Eka menambahkan, likuiditas Bank Mandiri berpotensi meningkat dalam waktu dekat karena adanya instrumen investasi perusahaan yang akan jatuh tempo pada November dan Desember 2024, serta akselerasi belanja pemerintah.
“Jika likuiditas pasar bertambah sesuai harapan, dampak penurunan suku bunga acuan akan lebih cepat terlihat pada suku bunga kredit dan deposito,” jelasnya.
Meski begitu, permintaan pembiayaan korporasi yang tinggi membuat penyaluran kredit Bank Mandiri diprediksi tumbuh signifikan hingga akhir tahun. Oleh karena itu, waktu penyesuaian suku bunga kredit akan sangat bergantung pada likuiditas perseroan setelah penyaluran kredit.
Jika penyaluran kredit lebih rendah dari instrumen investasi yang jatuh tempo, maka penurunan bunga kredit Bank Mandiri bisa terjadi sebelum Desember 2024. Namun, jika tertunda, penurunan bunga kredit kemungkinan baru akan terjadi pada awal 2025.
“Kita akan lihat transmisi dan dampak langsungnya terhadap penurunan suku bunga deposito dan kredit,” tutup Eka.
Infrastruktur Digital Bank Mandiri “Diserang”
Vice President Digital Retail Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Harry Sofri Putranda mengungkapkan bahwa setiap hari ada satu juta kali percobaan serangan siber terhadap infrastruktur digital Bank Mandiri.
Hal itu disampaikan Harry pada momen Media Briefing bertajuk “Securing The Future: Optimalisasi Fintech dan Transformasi Digital jasa Keuangan” yang digelar di The Relief, Sarinah, Jakarta Pusat, Kamis, 19 September 2024.
“Tugas mereka day to day memonitor dan mengantisipasi serangan siber. Ibarat sebuah rumah, kami menyiapkan lapisan keamanan dari satpam, anjing penjaga, pagar, CCTV, alarm, hingga sniper juga ada serangan yang masuk,” ungkap Harry.
Selain menghadapi ancaman serangan siber, Bank Mandiri juga menghadapi ancaman kebocoran data yang dapat membahayakan nasabah, serta mengancam kredibilitas Mandiri. Hal ini mendorong pihaknya untuk fokus pada ancaman serangan siber dan kebocoran data.
Guna mengantisipasi ancaman tersebut, Bank Mandiri membentuk tim khusus untuk menanggulangi ancaman ini. Tim khusus beranggotakan 200 orang yang dibentuk sejak tahun 2021 ini bertugas menjadi “satpam digital” untuk memastikan keamanan setiap aktivitas Bank Mandiri.
Harry menuturkan, proses pengamanan dari serangan siber dan ancaman kebocoran data butuh biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, BMRI mengalokasikan sebanyak 15 persen untuk berinvestasi di bidang IT guna mengamankan ancaman siber.
Harry menyebut, memastikan keamanan siber dan data Bank Mandiri penting untuk dilakukan agar proses digitalisasi tidak menghadapi ancaman siber dan pencurian data.
Digitalisasi ini diperlukan sebuah bank untuk mempermudah nasabah dalam mengakses layanan perbankan dari mana saja dan kapan saja. Sebelumnya, proses pembukaan rekening misalnya, kini cukup dilakukan dengan mengunduh aplikasi Livin by Mandiri.
“Dulu prosesnya dalam hitungan hari. Misalnya kita buka rekening hari ini, baru bisa dipakai keesokan harinya. Tapi melalui aplikasi Livin by Mandiri, cukup 15 menit dan rekening bisa langsung dipakai hari itu juga,” jelas Harry.
Keuntungan Gunakan Livin by Mandiri
BMRI terus melakukan inovasi untuk meningkatkan layanan perbankan bagi para nasabahnya. Salah satu upayanya adalah melalui digitalisasi layanan keuangan lewat aplikasi Livin by Mandiri yang diluncurkan pada 2 Oktober 2021.
Pengguna aplikasi Livin by Mandiri mengalami pertumbuhan yang signifikan. Peningkatan kepercayaan ini mendorong Bank Mandiri untuk memperkuat infrastruktur keamanan siber guna melindungi data nasabah dan perusahaan.
Hingga 2024, Harry menyebutkan bahwa pengguna aplikasi Livin by Mandiri telah mencapai 26 juta orang. Pembukaan rekening juga meningkat tajam hingga 85 persen, dengan total transaksi mencapai Rp1.883 triliun. Dari aplikasi Livin, Bank Mandiri berhasil meraih keuntungan sebesar Rp8 miliar per hari.
Dalam kesempatan yang sama, pengamat dan ekonom senior Faisal Hastiadi menilai dampak langsung dari digitalisasi perbankan dapat berdampak pada peningkatan produktivitas.
“Saat ini, kontribusi sektor digital perbankan mencapai Rp1.000 triliun. Angka itu memang dalam PDB tidak terlalu banyak. Di tahun 2030 diharapkan, kontribusi terus meningkat mencapai Rp4.500 triliun,” ujarnya.
Kendati demikian, ia mengingatkan terkait tantangan agar bank di Indonesia dapat membuat masyarakat merasa nyaman dan melek literasi keuangan. Menurutnya, ketika masyarakat melek literasi keuangan dapat memberi manfaat positif dalam hal membuat layanan perbankan semakin inklusif. Tetapi di sisi lain, masyarakat masih terus terlilit pinjaman online.
“Banyak masyarakat terjerat pinjol. Utang mereka dibayar pakai utang. Habis penghasilan mereka untuk membayar utang. Risiko kurangnya literasi keuangan ini menjadi tanggung jawab semua pihak. Kita harus menciptakan manusia yang paham digital teknologi,” ujarnya. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.