KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) mencatat adanya tren signifikan dalam pertumbuhan transaksi mata uang lokal (Local Currency Transaction/LCT) menjelang penutupan tahun ini. Hingga Desember 2023, nilai transaksi LCT mencapai USD 59 miliar, menunjukkan peningkatan yang cukup tajam dari posisi USD 54 miliar pada bulan November 2023. Pertumbuhan tahunan mencapai 552 persen jika dibandingkan dengan posisi Desember 2022.
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menyampaikan bahwa jumlah pelaku transaksi terus meningkat, dan saat ini mencapai 2.469 nasabah. Mayoritas dari mereka berasal dari Malaysia. Destry menekankan, "Ini merupakan pertanda positif, menunjukkan ketertarikan yang meningkat terhadap transaksi mata uang lokal, khususnya dari Malaysia."
Menariknya, transaksi LCT dengan Malaysia mencatat peningkatan yang cukup mencolok, terutama dengan meningkatnya penggunaan QRIS baik untuk transaksi inbound maupun outbound. Destry menjelaskan, "Peningkatan ini menjadi salah satu potensi yang menarik untuk ditingkatkan di masa yang akan datang."
BI telah menjalin kerjasama dengan Bank of Korea (BOK) dan sepakat untuk menyusun kerangka kerja atau Operational Guidelines untuk LCT. Framework LCT ini diharapkan dapat memudahkan penyelesaian transaksi lintas negara, mengurangi eksposur terhadap fluktuasi nilai tukar, dan meminimalkan biaya bagi pelaku usaha serta pengguna lainnya.
Penerapan LCT di Indonesia dan Korea Selatan nantinya akan memungkinkan perdagangan keduanya menggunakan kuotasi nilai tukar secara langsung, yang disediakan oleh Appointed Cross Currency Dealer (ACCD). Langkah ini diharapkan dapat memberikan opsi lebih fleksibel bagi pelaku usaha dalam melaksanakan transaksi perdagangan, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi hambatan birokrasi.
BI juga memiliki target untuk menerapkan LCT di beberapa negara lain, termasuk India, negara-negara Arab, dan Singapura. Hingga saat ini, LCT telah berlaku di empat negara, yaitu Thailand, Malaysia, Jepang, dan Tiongkok.