KABARBURSA.COM - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan fenomena mengejutkan terkait kondisi tabungan nasabah atau dana pihak ketiga di sektor perbankan yang mengalami penurunan pertumbuhan. Hingga November 2023, pertumbuhan tabungan hanya mencapai 30.4 persen year on year (yoy), signifikan lebih rendah dibandingkan November 2022 yang mencapai 87.8 persen yoy.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa perlambatan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) ini disebabkan oleh semakin banyaknya instrumen investasi yang tersedia. Masyarakat tidak hanya menyimpan uangnya di bank, tetapi juga melakukan investasi dalam berbagai instrumen, seperti Surat Berharga Negara (SBN) ritel dan investasi lainnya.
"Pertumbuhan DPK menurun karena adanya pergeseran dari tabungan di perbankan ke pembelian obligasi pemerintah dan investasi-investasi lainnya. Kelompok menengah terlibat dalam perubahan ini," ungkap Perry dalam konferensi pers di kantor pusat BI..
Deputi Gubernur BI, Juda Agung, menambahkan bahwa kondisi lemahnya pertumbuhan DPK, terutama disebabkan oleh golongan nasabah korporasi. Penurunan ini dipicu oleh pendapatan yang menurun akibat melemahnya harga-harga komoditas di pasar global.
Meski pertumbuhan tabungan nasabah melambat, BI memastikan bahwa likuiditas perbankan tetap terjaga dengan baik. Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (ALDPK) tetap tinggi, mencapai 26.04, jauh di atas rata-rata historis sekitar 20 dan threshold 10.
BI juga menegaskan bahwa perlambatan pertumbuhan DPK tidak akan mengganggu penyaluran kredit, karena likuiditas perbankan dinilai masih sangat cukup. Terutama dengan masuknya likuiditas ke dalam SBN. Keberlanjutan likuiditas perbankan ini didukung oleh Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang memberikan tambahan likuiditas mencapai Rp1.633 triliun per Desember 2023.