Logo
>

Biangnya Trump, Saham Inggris Terseret Jualan Massal Global

Saham-saham di Inggris anjlok pada Senin, 7 April 2025, memperpanjang tren penurunan dari pekan lalu setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam

Ditulis oleh Syahrianto
Biangnya Trump, Saham Inggris Terseret Jualan Massal Global
Ilusrasi seorang trader saham tengah memegang mata uang Euro. (Foto: Pexels/Jakub Zerdzicki)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Saham-saham di Inggris anjlok pada Senin, 7 April 2025, memperpanjang tren penurunan dari pekan lalu setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan 50 persen terhadap China. Ancaman tersebut memanaskan kembali tensi perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia.

    Seperti dikutip dari Reuters, indeks unggulan FTSE 100 merosot 4,4 persen, level penutupan terlemah dalam lebih dari setahun. Sementara itu, indeks midcap FTSE 250 yang lebih fokus pada domestik terpangkas 3,3 persen, menyentuh titik terendah sejak November 2023.

    Saham blue-chip Inggris kini telah turun lebih dari 10 persen dari level sebelum Kamis, 3 April 2025 lalu, sejalan dengan koreksi pasar global. Sebanyak 95 dari 100 saham di FTSE 100 ditutup melemah, dan mayoritas subsektor di FTSE 350 juga ditutup di zona merah.

    Sektor farmasi dan bioteknologi memimpin penurunan, terseret oleh turunnya saham raksasa AstraZeneca hingga hampir 7 persen. Perusahaan energi Inggris juga ikut tergelincir 4,8 persen seiring harga minyak melemah lebih dari 1 persen, mendekati level terendah dalam empat tahun. Saham Shell ambles 4,5 persen setelah perusahaan memangkas proyeksi produksi LNG kuartal pertama akibat cuaca buruk di Australia.

    Fokus pasar kini tertuju ke AS setelah Trump menyatakan bahwa para investor harus "minum obatnya" ketika ditanya soal aksi jual pasar, seraya menegaskan tak akan membuat kesepakatan jika defisit perdagangan dengan China belum diselesaikan.

    Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan bahwa Inggris akan memperjuangkan kemitraan ekonomi dengan AS, sambil berupaya menurunkan hambatan dagang dengan mitra-mitra utama lainnya, menyusul kebijakan tarif Trump.

    Seiring meningkatnya ketidakpastian ekonomi, pelaku pasar kini memprediksi hampir pasti Bank of England akan memangkas suku bunga pada Mei, naik dari probabilitas 50 persen sebelum pengumuman tarif tersebut.

    Imbal hasil obligasi pemerintah (gilt) melonjak, sementara pound sterling tertekan ke level terendah dalam sebulan terhadap dolar AS.

    Sementara itu, harga rumah di Inggris dilaporkan turun secara tak terduga pada Maret menurut data Halifax, menambah sinyal bahwa pasar properti mulai mendingin setelah lonjakan pembelian menjelang berakhirnya insentif pajak.

    Aksi Jual Tiga Hari Hapus Kinerja Cemerlang Bursa Eropa

    Aksi jual besar-besaran selama tiga hari terakhir menghancurkan awal tahun yang cemerlang bagi bursa saham Eropa. Para eksekutif perusahaan kini sibuk menghitung dampak potensial tarif baru AS terhadap rantai pasok, yang bisa memaksa mereka merevisi prediksi keuangan sebelumnya.

    Tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump ternyata jauh lebih luas dari kekhawatiran pasar. Ini mendorong kejatuhan saham global karena investor ramai-ramai mencari aset safe haven di tengah kekhawatiran resesi.

    Indeks STOXX 600 Eropa, yang sempat mengungguli S&P 500 AS di kuartal pertama—terbaik dalam satu dekade—tadinya diperkirakan akan mencatat pertumbuhan laba kuartalan tanpa henti hingga 2026. Namun pada Jumat lalu, kinerjanya sepanjang tahun berubah negatif. Per Senin pukul 10.00 GMT, indeks tersebut sudah turun 12 persen sejak penutupan 2 April—sehari sebelum “bom tarif” Trump.

    Data dari LSEG sudah menunjukkan bahwa laba perusahaan di STOXX 600 pada kuartal pertama diperkirakan turun 1,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    "Tarif yang jauh lebih tinggi dari perkiraan tidak diperhitungkan dalam proyeksi banyak investor maupun perusahaan," ujar Magesh Kumar Chandrasekaran, analis di Barclays. Ia menambahkan, jika kondisi ini berlanjut, akan berdampak ke pertumbuhan yang lebih lambat, pendapatan lebih kecil, dan laba yang tertekan.

    Beberapa sektor terdampak lebih parah dari yang lain, memicu risiko peringatan laba, menurut para analis. Namun menyusun proyeksi baru juga bukan perkara mudah.

    "Pertanyaannya, apakah cukup waktu bagi mereka untuk menghitung dampaknya? Karena kita belum tahu apa langkah balasan dari Eropa atau negara lain. Dalam skenario seperti ini, proyeksi angka bisa saja belum tersedia," tambah Chandrasekaran.

    Pada Jumat lalu, China membalas dengan mengenakan tarif tambahan sebesar 34 persen terhadap produk AS.

    Sektor Otomotif, Barang Mewah dan Olahraga Kena Getah Tarif

    Pal Skirta, analis riset di Bankhaus Metzler, menyebut bahwa tarif yang lebih tinggi akan menggerus margin keuntungan produsen mobil, bahkan jika mereka bisa mengalihkan sebagian biaya ke konsumen. Hal ini belum tercermin dalam proyeksi keuangan tahun 2025.

    JPMorgan dalam riset terbarunya menyebutkan bahwa sektor barang mewah dan olahraga termasuk yang paling terdampak. Ini termasuk produsen perhiasan Denmark, Pandora, dan produsen kacamata Prancis, EssilorLuxottica.

    "Berdasarkan perhitungan awal kami, tarif ini dapat menekan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) secara dua digit," tulis JPMorgan.

    Pada Kamis lalu, Pandora memperkirakan potensi kerugian hingga 1,2 miliar krona Denmark (sekitar USD 178 juta) per tahun akibat tarif AS. Sahamnya telah anjlok sekitar 20 persen sejak 2 April.

    Saham EssilorLuxottica juga turun 12 persen dalam periode yang sama. Pihak perusahaan belum memberikan komentar.

    Analis JPMorgan juga menyoroti kerentanan pembuat jam tangan Swiss. Negara tersebut menghadapi tarif impor AS sebesar 31 persen, lebih tinggi dibandingkan 20 persen untuk negara Uni Eropa. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.