Logo
>

BIPI Dirikan Anak Perusahaan Baru, Siap Ramaikan Sektor Logistik

Ditulis oleh Citra Dara Vresti Trisna
BIPI Dirikan Anak Perusahaan Baru, Siap Ramaikan Sektor Logistik

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) mengumumkan pembangunan anak perusahaan terbaru, PT Paramita Bahari Andalan (PTPBA). Anak perusahaan BIPI tersebut bakal bermain di sektor logistik.

    Pembangunan anak perusahaan ini tertuang di dalam Akta Pendirian Nomor 133 Tanggal 31 Oktober 2024. Pembangunan anak perusahaan ini juga telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 2 Desember 2024 dengan nomor AHU-0095688.AH.01.01.TAHUN 2024.

    “Maksud dan tujuan pendirian PTPBA adalah berusaha dalam bidang aktivitas angkutan laut dalam negeri untuk barang, angkutan sungai, danau dan penyeberangan untuk barang, serta aktivitas penyewaan dan sewa,” kata Corporate Secretary BIPI, Kurniawati Budiman dalam keterbukaan informasi publik, Kamis, 26 November 2024.

    Anak perusahaan BIPI akan bergerak di bidang crude petroleum and natural gas prod memiliki modal dasar berupa 1.000 lembar saham dengan harga Rp1.000.000. Kemudian modal disetor dan ditempatkan sebesar 600 lembar saham dengan nominal Rp1.000.000 per saham.

    Terkait dengan susunan pemegang saham adalah 60 persen dimiliki perseroan atau setara dari keseluruhan saham PTPBA. Kemudian PT Andalan Power Tekniktama dengan kepemilikan 540 saham atau setara 90 persan dari keseluruhan saham PTPBA.

    Sekadar informasi, saat ini BIPI menggeluti usaha-usaha di bidang pertambangan, perdagangan dan jasa pembangunan. Kegiatan tersebut sejalan dengan misi perusahaan yang dibangun sejak 2017.

    Melalui anak usahanya, BIPI juga menyelenggarakan jasa penunjang pertambangan batu bara terintegrasi. Perseroan juga melakukan aktivitas eksplorasi minyak serta gas bumi.

    Kinerja Keuangan BIPI

    Mengutip dari data Stockbit, BIPI menunjukkan dinamika kinerja keuangan yang signifikan sepanjang 2024, dengan fluktuasi pada pendapatan dan laba bersih di setiap kuartal.

    Berdasarkan data keuangan terbaru, hingga kuartal ketiga 2024, perusahaan mencatatkan kerugian bersih sebesar Rp77 miliar, berbanding terbalik dari laba bersih Rp110 miliar pada periode yang sama di 2023.

    Pada kuartal pertama 2024, BIPI masih mampu membukukan laba bersih sebesar Rp63 miliar. Laba ini meningkat pada kuartal kedua menjadi Rp67 miliar. Namun, pada kuartal ketiga, perusahaan mengalami tekanan yang signifikan, berujung pada kerugian bersih Rp77 miliar. Tren ini menyoroti tantangan operasional yang semakin besar di tengah perubahan pasar dan ekonomi global.

    Dibandingkan dengan 2023, BIPI mencatat laba bersih yang jauh lebih stabil pada kuartal pertama hingga ketiga. Pada periode yang sama tahun lalu, laba bersih kuartalan masing-masing mencapai Rp155 miliar, Rp273 miliar, dan Rp110 miliar.

    Secara tahunan, total kerugian BIPI dalam 12 bulan terakhir mencapai Rp271 miliar berdasarkan perhitungan trailing twelve months (TTM). Ini berbanding terbalik dari laba tahunan sebesar Rp213 miliar yang diraih pada 2023. Tren ini menunjukkan bahwa BIPI tengah menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan kinerja positifnya.

    Saat ini, kapitalisasi pasar (market cap) BIPI mencapai Rp5,606 miliar, sedangkan nilai perusahaan (enterprise value) tercatat sebesar Rp18,710 miliar. Dengan total saham beredar mencapai 63,71 miliar, valuasi BIPI mencerminkan optimisme investor terhadap potensi jangka panjangnya meskipun tekanan keuangan terus membayangi.

    BIPI memiliki peluang besar di sektor infrastruktur energi. Namun, perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat dan fluktuasi harga komoditas, yang berdampak langsung pada kinerja keuangan.

    Kerugian signifikan pada kuartal ketiga 2024 menyoroti perlunya langkah-langkah strategis untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memperkuat daya saing.

    Meskipun demikian, prospek jangka panjang BIPI tetap menarik bagi investor, mengingat besarnya kebutuhan infrastruktur energi di Indonesia. Langkah konsolidasi dan optimalisasi sumber daya diharapkan dapat membantu perusahaan kembali ke jalur positif dalam waktu dekat.

    Rasio PE annualised BIPI saat ini tercatat sebesar 77,61, menunjukkan ekspektasi tinggi pasar terhadap potensi pertumbuhan laba perusahaan.

    Namun, jika mengacu pada trailing twelve months (TTM), rasio PE justru menunjukkan angka negatif -20,71 akibat kerugian yang dialami perusahaan dalam 12 bulan terakhir. Angka ini kontras dengan median rasio PE TTM Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 6,93, menyoroti kesenjangan performa BIPI dibandingkan rata-rata pasar.

    Earnings yield TTM BIPI berada di angka negatif 4,83 persen, mencerminkan belum adanya keuntungan yang signifikan bagi pemegang saham dari sisi pendapatan bersih. Sementara itu, rasio harga terhadap penjualan (Price-to-Sales TTM) BIPI tercatat sebesar 0,64.

    Angka ini menunjukkan bahwa harga saham BIPI relatif kecil dibandingkan dengan pendapatan perusahaan, memberikan sinyal bahwa saham ini masih undervalued dari sisi pendapatan.

    Dari sisi nilai buku, rasio Price-to-Book Value BIPI tercatat sebesar 0,78. Ini berarti harga saham perusahaan masih lebih rendah dari nilai aset bersihnya, yang dapat menjadi peluang bagi investor jangka panjang.

    Rasio Price-to-Cashflow TTM BIPI berada di angka 4,44, sementara rasio Price-to-Free Cashflow TTM tercatat 7,49. Meskipun angka ini menunjukkan bahwa arus kas perusahaan cukup untuk mendukung aktivitas operasional, efisiensi operasional masih menjadi tantangan besar.

    Rasio EV (Enterprise Value) terhadap EBIT (Earnings Before Interest and Taxes) mencapai 17,23, sementara EV terhadap EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) berada di angka 10,13. Kedua rasio ini mengindikasikan bahwa meskipun beban operasional tinggi, perusahaan masih memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas.

    Dengan rasio valuasi yang mencerminkan tekanan keuangan, BIPI menghadapi tantangan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan daya saing di tengah persaingan industri infrastruktur energi.

    Namun, valuasi yang relatif rendah pada beberapa metrik, seperti Price-to-Book Value dan Price-to-Sales, memberikan indikasi bahwa saham ini memiliki potensi apresiasi di masa depan. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Citra Dara Vresti Trisna

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.