KABARBURSA.COM - Bisnis asuransi jiwa dan kesehatan diprediksi tetap menjanjikan di tengah ketidakpastian ekonomi global dan nasional. Pelaku usaha perlu jeli memanfaatkan peluang untuk menjaga bisnis tetap bertumbuh.
Menurut Fabiola Noralita, Direktur Bisnis Individu IFG Life, menilai kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan meningkat sejak pandemi COVID-19. Hal ini mendorong permintaan terhadap asuransi kesehatan untuk melindungi biaya medis.
“Kebutuhan terhadap layanan kesehatan ini lah yang mendorong masih terjaganya permintaan terhadap produk asuransi, terutama untuk memproteksi biaya kesehatan,” kata Fabiola di Jakarta, Jumat 19 Juli 2024.
Hal ini juga berdampak pada peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya memiliki produk asuransi kesehatan untuk melindungi kebutuhan medis mereka.
Dengan asuransi kesehatan, individu dapat merasa lebih aman dan terlindungi dari risiko finansial yang mungkin timbul akibat biaya perawatan medis yang tinggi.
Selain itu, asuransi kesehatan memberikan akses yang lebih baik ke layanan medis berkualitas, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
“Terlebih lagi bila kita melihat produk tradisional mendominasi, ini berarti masyarakat semakin sadar hakikatnya berasuransi yakni untuk proteksi. Ini merupakan sinyal positif untuk industri asuransi,”jelasnya
Oleh karena itu, lanjutnya, kendati situasi perekonomian global dan di dalam negeri masih diliputi ketidakpastian, kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan tetap ada.
Meski nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah dan harga komoditas dunia naik, permintaan terhadap layanan kesehatan tetap tinggi.
Hingga Mei 2024, industri asuransi jiwa mencatatkan premi sebesar Rp73,1 triliun, dengan produk tradisional yang mendominasi, mengungguli dengan Rp53,72 triliun atau 73,08 persen dari total premi.
Sementara, IFG Life sendiri mencatat kinerja positif dengan aset mencapai Rp32,67 triliun pada Juni 2024, naik 15,6 persen dari tahun sebelumnya. Pendapatan premi konsolidasian mereka mencapai Rp3,6 triliun, menunjukkan pertumbuhan yang stabil.
Fabiola menekankan bahwa kepercayaan merupakan kunci utama dalam bisnis asuransi. IFG Life berkomitmen untuk mengoptimalkan peluang dalam menghadirkan produk asuransi jiwa dan kesehatan terbaik untuk masyarakat.
Mereka fokus pada pengembangan layanan yang mudah diakses dan teknologi yang mempermudah proses pembelian, pembayaran premi, dan pengajuan klaim.
"Kami terus berupaya memberikan pelayanan yang terbaik untuk nasabah, dengan produk yang terjangkau dan teknologi yang memudahkan," papar Fabiola.
Dengan strategi customer centric, IFG Life berharap dapat meningkatkan kepuasan nasabah dan manfaat industri asuransi bagi masyarakat luas.
Klaim Kesehatan Meningkat
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengumumkan bahwa klaim kesehatan telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam tiga tahun terakhir.
Menurut Direktur Eksekutif AAJI, Togar Pasaribu, data dari AAJI menunjukkan bahwa klaim asuransi kesehatan telah meningkat secara konsisten selama tiga tahun terakhir, dengan peningkatan rata-rata hampir 30 persen.
“Untuk mengatasi hal ini, AAJI telah aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Kementerian Kesehatan, OJK, dan rumah sakit, dalam mengevaluasi produk dan premi berdasarkan pengalaman klaim, serta memfasilitasi diskusi antarperusahaan anggota AAJI,” kata Togar.
Togar menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2023, klaim kesehatan meningkat sebesar 24,9 persen menjadi Rp20,83 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini disebabkan oleh tingginya inflasi medis, seperti kenaikan harga fasilitas kesehatan, biaya perawatan rumah sakit, obat-obatan, dan tes kesehatan.
Berdasarkan data AAJI tahun 2023, Togar menyatakan bahwa pendapatan premi kesehatan tumbuh sebesar 2 persen menjadi Rp15,07 triliun. Porsi premi asuransi kesehatan terhadap total premi mencapai 8,5 persen.
Togar juga menyoroti peran penting asuransi penyakit kritis bagi setiap individu, mengingat tidak ada yang bisa memprediksi kapan penyakit kritis akan muncul. Meskipun demikian, ia tidak memiliki data spesifik mengenai premi dan klaim asuransi penyakit kritis.
“Dengan risiko terkena penyakit kritis yang selalu ada, perlindungan asuransi dapat membantu mengatasi dampak finansial dari penyakit tersebut,” kata Togar.
Togar menegaskan bahwa biaya perawatan penyakit kritis tidaklah murah, dan dengan kenaikan signifikan dalam biaya medis, asuransi penyakit kritis dapat memberikan solusi dengan memberikan santunan berupa uang tunai saat terjadi diagnosis penyakit kritis.
“Tanpa asuransi penyakit kritis, individu mungkin akan terpaksa menggunakan tabungan atau dana darurat untuk membayar biaya pengobatan. Dengan asuransi, pasien dan keluarganya dapat memiliki ketenangan pikiran karena tidak perlu khawatir tentang beban finansial saat menghadapi penyakit kritis,” tutup Togar. (ian/*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.