KABARBURSA.COM – Bitcoin kembali tergelincir di bawah level psikologis USD100.000 dalam dua kesempatan sepanjang Rabu pagi WIB, 5 November 2025. Aksi jual besar-besaran menandai semakin rapuhnya kepercayaan pasar kripto, yang kini mulai kehilangan tenaga setelah reli panas musim panas lalu.
Data CoinGecko mencatat dua kali penurunan harian yang cukup signifikan, yaitu pada pukul 04.36 WIB di USD99.075 dan 08.36 WIB di USD99.110. Tekanan ini memperpanjang tren bearish mingguan yang telah memangkas lebih dari 10 persen kapitalisasi pasar Bitcoin.
Dalam 24 jam terakhir, arus likuidasi di seluruh pasar kripto mencapai USD2,2 miliar, dengan 74 persen di antaranya berasal dari posisi long.
Artinya, pasar sedang melakukan “reset” keras terhadap optimisme yang berlebihan. Bitcoin memang masih unggul 8,32 persen secara year-to-date dan sempat menyentuh all-time high USD126.198 pada 6 Oktober lalu, tetapi reli tersebut kini tampak rapuh.
Dukungan institusi melemah, sementara korelasi dengan saham teknologi global semakin tinggi. Kondisi inilah yang membuat Bitcoin rentan terhadap guncangan eksternal dari Wall Street, yang saat ini tengah dilanda aksi jual akibat isu valuasi saham AI.
CEO Incyt Mike Maloney menyebut, gejolak kali ini sebagai “ekor dari Black Friday” dan mengacu pada crash besar yang terjadi sebulan lalu.
“Penurunan cepat bisa segera berbalik, tetapi kecemasan investor besar belum mereda,” ujarnya.
Sentimen serupa disampaikan Maja Vujinovic dari FG Nexus, yang menilai kisaran USD100.000–105.000 sebagai “zona reset sehat”. Namun, ia memperingatkan bahwa bila level ini jebol, pasar bisa masuk fase koreksi lebih dalam.
Dari sisi teknikal, tekanan jual masih dominan. RSI harian yang mendekati 36 menunjukkan momentum bearish yang kuat, sementara posisi harga di bawah EMA50 dan EMA200 menandakan tren jangka menengah telah melemah. Level USD98.000 kini menjadi support kritis; penembusan di bawahnya berpotensi memicu spiral jual lanjutan ke kisaran USD92.000–95.000.
Secara makro, pelemahan Bitcoin menunjukkan bahwa aset digital terbesar dunia itu tidak lagi menjadi “safe haven” alternatif. Ketika Wall Street berguncang, Bitcoin ikut tergelincir.
Reli institusional yang semula menopang pasar kini berbalik menjadi risiko dan menciptakan ekosistem yang semakin sensitif terhadap sentimen global.
Dengan kapitalisasi pasar yang menurun dan volatilitas yang meningkat, Bitcoin kini berada di persimpangan antara pemulihan teknikal dan fase konsolidasi panjang. Euforia sudah berlalu, dan realitas baru bagi investor kripto mulai terbentuk: reli berikutnya tidak akan semudah yang sebelumnya.(*)