KABARBURSA.COM - Pasar kripto kembali menunjukkan penguatan dalam 24 jam terakhir, dengan Bitcoin (BTC) yang menanjak seiring emas mulai terkoreksi setelah mencatatkan reli panjang.
Pergerakan ini menegaskan kembali peran Bitcoin sebagai alternatif aset lindung nilai, sekaligus membuka ruang bagi optimisme investor setelah analis kenamaan Tom Lee melontarkan prediksi ambisius soal prospek harga BTC di masa depan.
Berdasarkan data CoinMarketCap, Kamis, 25 September 2025 pukul 06.25 WIB, kapitalisasi pasar kripto global meningkat 0,73 persen menjadi USD3,91 triliun. Bitcoin, yang masih memegang posisi sebagai kripto dengan kapitalisasi terbesar, naik 1,06 persen ke USD113.383 per koin atau setara Rp1,89 miliar.
Penguatan ini terjadi saat emas melemah 0,8 persen ke USD3.734 per ons. Di sini ada hubungan terbalik jangka pendek antara kedua aset yang sama-sama kerap dijadikan lindung nilai.
CoinDesk mencatat, harga Bitcoin sempat menyentuh USD113.700, naik 1,7 persen dalam sehari, meskipun dalam sepekan terakhir masih terkoreksi 3 persen setelah mencetak rekor baru pada Mei lalu.
Aset digital lain turut mengiringi tren positif. XRP melompat 3,68 persen ke USD2,94, Ethereum (ETH) naik 0,75 persen ke USD4.172. Dogecoin (DOGE) menguat 0,75 persen ke USD0,24, dan Binance Coin (BNB) menambah 0,14 persen ke USD1.018.
Meski demikian, Solana (SOL) justru terkoreksi 2,26 persen ke USD215. Kombinasi ini menunjukkan pasar kripto masih bergerak fluktuatif, namun kecenderungan positif Bitcoin memberi dukungan pada sentimen lebih luas.
Permintaan Bitcoin Semakin Deras
Sorotan utama datang dari Tom Lee, analis dari Fundstrat, yang menyebut Bitcoin berpotensi meroket hingga USD3 juta atau sekitar Rp50 miliar per koin dalam jangka panjang. Ia menegaskan dasar prediksinya sederhana, pasokan terbatas hanya 21 juta koin, sementara permintaan terus bertumbuh.
Saat ini, 95 persen Bitcoin sudah ditambang, tetapi kepemilikan investor belum mencapai angka yang sama, sehingga membuka peluang masuknya pemain baru dalam satu dekade mendatang.
Untuk jangka pendek, Lee lebih realistis dengan target USD250 ribu atau Rp4,17 miliar per koin pada akhir 2025. Ia menilai kondisi regulasi di Amerika Serikat yang semakin kondusif menjadi katalis utama.
Menurutnya, jika kebijakan mendukung adopsi kripto lebih luas, momentum penguatan bisa berlanjut, apalagi ketika pasar emas mulai kehilangan daya tarik akibat reli yang terlalu panjang.
Meski begitu, Lee tetap mengingatkan bahwa volatilitas pasar kripto tinggi dan prediksi harga tidak selalu akurat. Investor disarankan menyesuaikan strategi dengan profil risiko, menggunakan pendekatan bertahap seperti Dollar-Cost Averaging (DCA), serta tidak mengandalkan dana darurat untuk berinvestasi.
Perbandingan dengan emas juga menjadi narasi kunci, di mana Bitcoin dinilai memiliki keunggulan sebagai aset digital yang mudah dipindahkan lintas negara, meski emas masih memegang posisi sebagai aset tradisional yang lebih stabil.
Secara keseluruhan, performa Bitcoin hari ini mencerminkan kombinasi momentum teknikal dan sentimen pasar yang didorong oleh ekspektasi regulasi positif, sementara prospek jangka panjang tetap dibayangi volatilitas tinggi.
Bagi investor, tren ini membuka peluang besar, namun disiplin manajemen risiko tetap menjadi kunci dalam menyikapi prediksi fantastis yang dilontarkan para analis.(*)