Logo
>

Bitcoin Mulai Capai Titik Jenuh? Ini Tandanya!

Sebulan yang lalu, harga Pi sempat mencapai hampir USD3, tetapi kini telah turun menjadi sekitar USD0,80.

Ditulis oleh Yunila Wati
Bitcoin Mulai Capai Titik Jenuh? Ini Tandanya!
Ilustrasi pasar kripto. Foto dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Pasar kripto terus menunjukkan peningkatan yang stabil seiring dengan lonjakan harga beberapa token alternatif yang menarik perhatian investor. Bitcoin tetap berada di kisaran harga USD87.000, sementara altcoin seperti Toncoin (TON), Sui (SUI), dan Pi Network (PI) mengalami pertumbuhan signifikan dalam 24 jam terakhir. 

    Namun, di tengah kenaikan ini, ada kekhawatiran bahwa harga aset digital tersebut telah mencapai titik jenuhnya, sehingga para investor mulai mempertimbangkan strategi jual sebelum kemungkinan koreksi pasar terjadi.

    Pi Network mencatat kenaikan harga sebesar 5 persen dalam sehari terakhir, menjadikannya salah satu altcoin dengan performa terbaik untuk dijual. Meskipun demikian, lonjakan harga ini masih belum cukup untuk membalikkan tren penurunan yang telah berlangsung selama beberapa waktu. 

    Sebulan yang lalu, harga Pi sempat mencapai hampir USD3, tetapi kini telah turun menjadi sekitar USD0,80. Dalam seminggu terakhir, token ini kehilangan lebih dari 20%l persen nilainya. Salah satu kendala utama bagi Pi Network adalah belum tersedianya di bursa utama seperti Binance, Coinbase, dan Upbit, yang membuat jutaan investor belum dapat memperdagangkannya dengan mudah. Ketidakpastian ini mempersulit potensi kenaikan lebih lanjut dalam waktu dekat.

    Sementara itu, Toncoin berhasil mencatat lonjakan harga sebesar 7 persen dalam sehari terakhir, dipicu oleh keberhasilan blockchain The Open Network dalam memperoleh pendanaan sebesar USD400 juta. Harga TON kini berada di sekitar USD3,85, mencerminkan optimisme pasar terhadap pengembangannya. 

    Perkembangan proyek ini semakin diperkuat oleh kabar bahwa Pavel Durov, pendiri Telegram yang berhubungan erat dengan proyek Toncoin, baru-baru ini meninggalkan Prancis. Meskipun mengalami kenaikan signifikan, para analis memperkirakan adanya kemungkinan koreksi harga dalam waktu dekat. 

    Bagi para spekulan, keputusan untuk menjual sebelum harga mencapai titik tertingginya menjadi strategi yang patut dipertimbangkan.

    Sui juga mengalami lonjakan harga setelah berhasil menembus garis tren resistensi menurun, menandakan potensi perubahan arah tren secara signifikan. Saat ini, harga SUI berada di angka USD2,70 setelah naik 5 persen dalam sehari terakhir. Meskipun berhasil menembus resistensi jangka pendek, tren jangka panjangnya masih perlu diuji untuk memastikan kelanjutan momentum kenaikan harga. 

    Salah satu faktor yang mendukung posisi pasar SUI adalah total nilai terkunci (TVL) sebesar USD1,24 miliar, yang menunjukkan bahwa aset ini memiliki likuiditas yang cukup tinggi. Namun, dengan potensi koreksi harga yang masih membayangi, investor sebaiknya tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan.

    Di tengah lonjakan harga altcoin ini, para investor dihadapkan pada pilihan sulit antara menahan aset mereka untuk keuntungan lebih lanjut atau menjual sebelum pasar mengalami penyesuaian besar. Dengan volatilitas yang masih tinggi, strategi investasi yang bijak dan pemantauan pasar yang cermat menjadi kunci dalam menghadapi dinamika pasar kripto saat ini.

    Tertekan Data Inflasi AS

    Pasar kripto mengalami tekanan signifikan dalam 24 jam terakhir, dengan harga Bitcoin (BTC) merosot ke level USD83.870 per koin. Penurunan tajam ini dipicu oleh kombinasi faktor ekonomi global, data inflasi Amerika Serikat (AS), serta meningkatnya kekhawatiran terhadap potensi stagflasi. Kapitalisasi pasar kripto global turun hampir 4 persen menjadi USD2,73 triliun, mencerminkan aksi jual besar-besaran yang melanda berbagai aset digital.

    Bitcoin, yang sehari sebelumnya masih bertahan di kisaran USD88.000, kini telah kehilangan seluruh keuntungan yang diperolehnya awal pekan ini. Ethereum (ETH) juga mengalami koreksi signifikan, turun lebih dari 6 persen menjadi USD1.896 per koin, sementara Binance Coin (BNB) melemah 3,2 persen ke USD612 per koin. Beberapa altcoin utama seperti Avalanche (AVAX), Polygon (POL), Near (NEAR), dan Uniswap (UNI) juga mencatatkan penurunan hampir 10 persen dalam periode yang sama.

    Salah satu faktor utama yang mendorong aksi jual di pasar kripto adalah data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan. Laporan inflasi PCE bulan Februari menunjukkan kenaikan 2,5 persen secara tahunan, dengan inflasi inti mencapai 2,8 persen, sedikit di atas ekspektasi. 

    Sementara itu, belanja konsumen hanya tumbuh 0,4 persen, mengindikasikan perlambatan ekonomi yang lebih luas. Proyeksi terbaru dari model GDPNow milik The Fed Atlanta memperkirakan ekonomi AS dapat mengalami kontraksi hingga 2,8 persen pada kuartal pertama 2025. Situasi ini memicu kekhawatiran terhadap skenario stagflasi, di mana ekonomi melemah tetapi inflasi tetap tinggi, menciptakan tantangan besar bagi investor.

    Aksi jual besar di pasar kripto juga bertepatan dengan melemahnya bursa saham AS. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 2 persen dan 2,8 persen, menambah tekanan pada aset digital. Saham-saham terkait kripto juga terpukul, dengan MicroStrategy (MSTR), pemegang BTC korporasi terbesar, jatuh 10 persen, sementara Coinbase (COIN) mengalami penurunan 7,7 persen.

    Faktor lain yang menambah ketidakpastian adalah rencana pemerintahan AS untuk menerapkan tarif dagang besar-besaran mulai 2 April mendatang. Langkah ini, yang disebut sebagai ‘Hari Pembebasan’ oleh pemerintahan Trump, meningkatkan kekhawatiran investor di berbagai sektor, termasuk pasar aset digital. Bitcoin yang belakangan ini menunjukkan korelasi erat dengan Nasdaq, diperkirakan akan terus tertekan jika pasar saham AS kembali melemah.

    Meskipun sentimen pasar saat ini cenderung bearish, beberapa analis menilai bahwa koreksi ini merupakan bagian dari pola pergerakan harga Bitcoin yang sudah terjadi sebelumnya. Bitcoin sering kali kembali ke area harga tertentu setelah terjadi ‘gap’ di pasar berjangka Chicago Mercantile Exchange (CME). Beberapa analis memperkirakan bahwa koreksi saat ini mungkin bertujuan untuk mengisi gap harga di kisaran USD84.000 – 85.000 sebelum kembali melanjutkan tren naiknya.

    Sementara itu, analis di LMAX Group, Joel Kruger, menekankan bahwa sulit untuk memastikan apakah harga BTC telah mencapai titik terendah untuk tahun ini. Namun, ia mencatat beberapa faktor positif yang dapat menjadi katalis bagi pasar, termasuk kebijakan ramah kripto di AS serta meningkatnya keterlibatan perusahaan keuangan tradisional dalam industri aset digital. Ia memperkirakan bahwa jika terjadi koreksi lebih lanjut, Bitcoin kemungkinan akan menemukan support kuat di kisaran USD70.000 – 75.000.

    Dengan kondisi pasar yang dinamis dan penuh ketidakpastian, investor diharapkan tetap waspada dan melakukan analisis menyeluruh sebelum mengambil keputusan. Fluktuasi harga yang terjadi saat ini bisa menjadi peluang bagi sebagian trader, namun juga bisa menjadi jebakan bagi mereka yang tidak siap menghadapi volatilitas tinggi di pasar kripto.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79