KABARBURSA.COM - Melonjaknya nilai Bitcoin telah menarik perhatian sejumlah merek fashion mewah dan retailer besar. Mereka mulai melirik opsi pembayaran dengan mata uang kripto untuk menjangkau kelompok kekayaan baru sekaligus membangun loyalitas dengan investor kripto. Langkah ini dinilai sebagai strategi branding inovatif di tengah tantangan industri.
Sebelumnya, hanya segelintir merek mewah yang bereksperimen dengan opsi pembayaran kripto, seperti label jam tangan Hublot (produsen jam tangan mewah asal Swiss) dan Tag Heuer dari LVMH (produsen jam mewah di Prancis), serta Gucci dan Balenciaga yang dimiliki oleh Kering–grup barang mewah asal Prancis. Namun, tren ini mulai berubah.
Dalam beberapa minggu terakhir, department store mewah asal Prancis, Printemps, bekerja sama dengan Binance—bursa kripto terbesar di dunia—dan perusahaan teknologi finansial Prancis, Lyzi, untuk menerima pembayaran dengan mata uang kripto seperti Bitcoin dan Ethereum di toko-toko mereka di Prancis. Ini menjadikan Printemps sebagai department store pertama di Eropa yang mengadopsi metode pembayaran ini.
“Langkah ini telah menarik perhatian banyak pihak,” ujar Presiden Binance Prancis, David Princay, dilansir dari China Daily, Kamis, 19 Desember 2024. Ia menambahkan, Binance sedang menjajaki kerja sama serupa dengan beberapa merek mewah lainnya.
S.T. Dupont, produsen pemantik api dan pena mewah, berencana menerima pembayaran kripto di dua toko mereka di Paris sebelum libur akhir tahun. Di sisi lain, Virgin Voyages, perusahaan pelayaran mewah, meluncurkan opsi pembayaran Bitcoin untuk produknya, termasuk paket tahunan senilai USD120.000 (Rp1,92 miliar dengan kurs Rp16.000) yang memungkinkan pelanggan berlayar selama setahun penuh.
Regulasi dan Tantangan Volatilitas
Meskipun pembayaran dengan kripto mulai menarik perhatian, volatilitasnya yang tinggi masih menjadi tantangan besar. Regulator global telah lama memperingatkan aset seperti Bitcoin memiliki risiko tinggi dan kegunaan yang terbatas di dunia nyata.
Namun, dukungan dari Presiden terpilih AS, Donald Trump, yang diperkirakan akan mengeluarkan regulasi ramah terhadap mata uang digital, telah mendorong kenaikan harga Bitcoin hingga mencapai rekor baru.
Analis S&P Global Ratings mencatat inovasi blockchain dalam pasar keuangan dapat membantu meningkatkan prediktabilitas aset kripto, sehingga narasi tentang kripto mulai bergeser.
Industri mewah yang menghadapi penurunan terbesar dalam beberapa tahun terakhir, melihat pembayaran kripto sebagai peluang untuk merevitalisasi pasar. Dengan harga Bitcoin yang mencapai USD107.000 (Rp1,712 miliar) pada Senin lalu, merek-merek mewah memanfaatkan momentum ini untuk menarik kekayaan baru yang dihasilkan dari lonjakan harga kripto.
“Menawarkan opsi pembayaran kripto dapat memperkuat citra perusahaan sebagai merek inovatif, bukan sekadar merek tua yang hanya melayani generasi boomers,” ujar Andrew O’Neill, analis aset digital di S&P Global Ratings. Meski begitu, sebagian besar retailer tetap mengonversi dana kripto ke euro atau dolar untuk menghindari risiko volatilitas.
Bagi investor Bitcoin yang menikmati kenaikan nilai aset mereka, membeli barang mewah seperti tas desainer atau jam tangan mahal menjadi cara diversifikasi portofolio yang menarik.
Inovasi Produk untuk Pasar Kripto
Menunjukkan ketertarikan terhadap pasar kripto, Balenciaga baru-baru ini meluncurkan dompet kulit seharga 350 euro (sekitar USD368 atau Rp5,888 juta) yang dirancang untuk menyimpan perangkat keras kripto “Stax” dari Ledger. Dompet ini dilengkapi dengan gantungan kunci, hiasan Menara Eiffel, dan chip NFC di bawah logo merek.
Sementara itu, perangkat keras Ledger Stax, yang dilengkapi layar sentuh melengkung, dijual seharga USD399 (Rp6,384 juta). Versi lainnya, seperti Ledger Flex yang menyerupai Amazon Kindle mini, dijual dengan harga USD249 (Rp3,984 juta), dan Ledger Nano yang berbentuk seperti USB dijual seharga USD79 (Rp1,264 juta).
Dengan inovasi ini, dunia fashion mewah tak hanya mencoba menarik pasar kripto, tetapi juga membangun persepsi sebagai merek yang relevan dengan era digital.
Menjangkau Klien Muda dan Pasar Asia
Chief Client and Digital Officer dari konglomerat mewah Kering, Gregory Boutte, mengungkapkan strategi grupnya terhadap teknologi adalah pendekatan “coba dan pelajari (test and learn)” dibandingkan “tunggu dan lihat (wait and see).” Menurut Boutte, penerapan teknologi baru menjadi kunci untuk menjangkau klien muda dan pasar Asia yang semakin penting dalam industri barang mewah.
Label andalan Kering, Gucci, sejak 2022 telah memungkinkan pembayaran dengan 10 jenis mata uang kripto untuk sebagian besar produknya di Amerika Serikat. Sementara itu, Printemps berencana memperluas layanan pembayaran kripto ke New York City dengan membuka toko multibrand di kawasan Wall Street pada Maret 2025 mendatang.
Awal Ketertarikan Merek Mewah Terhadap Kripto
Lonjakan harga Bitcoin pada akhir 2021 memicu gelombang awal ketertarikan dari merek-merek mewah. Tag Heuer, yang saat itu dipimpin oleh Frederic Arnault dari LVMH, serta Gucci, mulai menerima pembayaran kripto untuk beberapa produk mereka di Amerika Serikat pada tahun berikutnya.
Eunice Wong, seorang investor dan influencer yang dikenal dengan nama “Eunicorn,” adalah salah satu pendukung kripto yang menggunakan aset digital untuk membeli barang mewah. Tahun ini, Wong membeli beberapa jam tangan kelas atas menggunakan kripto, termasuk model Royal Oak dari Audemars Piguet.
Namun, Wong mengaku tidak tertarik dengan pendekatan merek-merek mewah yang berusaha membangun hubungan lebih dekat dengan klien. Baginya, berbelanja di toko tradisional dan mengikuti proses penjualan konvensional terlalu memakan waktu. “Jika saya membeli, saya akan membeli di pasar sekunder, bukan langsung dari mereka,” ujarnya kepada Reuters. “Saya ingin barangnya langsung sekarang.”(*)