KABARBURSA.COM - Dalam sepekan terakhir, harga saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menunjukkan tren penurunan yang cukup dalam.
Meski pada penutupan perdagangan Jumat, 19 Juli 2025, saham ini menguat tipis 0,42 persen ke posisi Rp4.740, namun secara mingguan masih tercatat melemah 4,63 persen.
Sepanjang pekan, harga saham BMRI sempat bergerak liar, dengan level terendah di Rp4.670 dan tertinggi di Rp4.990.
Koreksi ini menandai tekanan lanjutan yang sudah terasa sejak pertengahan Juni, ketika saham perbankan mulai tertekan oleh sentimen global, termasuk ketidakpastian arah suku bunga serta kekhawatiran atas melambatnya pertumbuhan kredit di sektor korporasi.
Meski begitu, data menunjukkan bahwa saham BMRI masih diperdagangkan aktif. Volume transaksi tercatat mencapai 1,61 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp767 miliar, mencerminkan likuiditas yang tetap terjaga.
Menariknya, di tengah tekanan harga, investor asing justru tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) cukup besar. Nilai pembelian oleh investor asing mencapai Rp489,2 miliar, jauh melampaui nilai penjualan sebesar Rp213,5 miliar.
Fenomena ini menunjukkan bahwa investor global masih menaruh kepercayaan terhadap fundamental Bank Mandiri, terutama dalam konteks jangka menengah dan panjang.
Saham berkode BMRI ini memang menjadi salah satu barometer utama di sektor perbankan nasional. Dalam tiga bulan terakhir, BMRI masih mencatat penguatan sekitar 3 persen, namun secara year-to-date telah terkoreksi hingga 16,84 persen.
Jika ditarik lebih panjang, dalam satu tahun terakhir penurunan bahkan mencapai 27,36 persen, dari puncaknya di kisaran Rp7.550. Meski demikian, dalam horizon lima dan sepuluh tahun, saham BMRI masih menunjukkan kinerja positif dengan kenaikan masing-masing 85,88 persen dan 89,60 persen.
Pasar tampaknya masih menanti katalis baru untuk menggerakkan harga saham BMRI secara lebih solid. Sejumlah pelaku pasar menilai, faktor seperti keberlanjutan program hilirisasi, penyaluran kredit ke sektor produktif, serta inisiatif sosial dan lingkungan seperti Mandiri Sahabat Desa bisa menjadi pembeda fundamental yang menarik.
Namun, dalam jangka pendek, arah pergerakan saham BMRI kemungkinan akan tetap dipengaruhi oleh dinamika global dan ekspektasi terhadap arah kebijakan moneter.
Bagi investor, pekan ini menjadi pengingat bahwa volatilitas tetap tinggi dan strategi yang terukur sangat dibutuhkan. Apakah ini saatnya mengakumulasi saham perbankan papan atas seperti BMRI di tengah tekanan harga? Jawabannya bergantung pada perspektif investasi masing-masing.
Namun satu hal yang pasti, fundamental Bank Mandiri tetap menjadi salah satu yang paling solid di antara bank BUMN lainnya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.
 
      