Logo
>

Bos BEI di Tengah IHSG Anjlok: Transaksi Wajar dan Aman

IHSG dalam sepekan terakhir disebabkan faktor eksternal, seperti pengaruh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan The Fed.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Bos BEI di Tengah IHSG Anjlok: Transaksi Wajar dan Aman
Konferensi pers dialog bersama pelaku pasar modal di Gedung BEI Jakarta, Senin, 3 Maret 2025. Foto: Kabar Bursa/Hutama Prayoga

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Bursa Efek Indonesia (BEI) terus berupaya melakukan berbagai cara agar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menguat. 

    Direktur Utama BEI Iman Rachman menjelaskan, fungsi BEI adalah sebagai penyedia infrastruktur perdagangan. Sehingga, langkah yang dilakukan BEI saat IHSG tengah melemah ialah memastikan perdagangan terjadi secara wajar, transparan, dan efisien.

    "Itu yang dilakukan oleh bursa (BEI)  memastikan bahwa transaksi yang terjadi di bursa wajar dan transparan," ujarnya dalam agenda konferensi pers dialog bersama pelaku pasar modal di Gedung BEI Jakarta, Senin, 3 Maret 2025.

    Di tengah pelemahan IHSG, Iman mengaku  fundamental sejumlah perusahaan yang tercatat di BEI tidak buruk, bahkan cenderung naik. Namun dia menyebut beberapa catatan itu ternyata di bawah ekspektasi analis.

    Dia pun mengatakan kondisi tersebut menyebabkan  adanya persepsi yang terbentuk seolah-olah performa perusahaan tercatat itu lebih buruk dibandingkan tahun sebelumnya. 

    "Jadi persepsi itulah yang kami coba lihat sehingga pada hari ini (Senin, 3 Maret 2024) IHSG rebound," tutur Iman. 

    Iman menegaskan, pelemahan IHSG dalam sepekan terakhir disebabkan faktor eksternal, seperti pengaruh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan The Fed. 

    Secara historis, Iman menceritakan IHSG pernah mengalami level paling rendah dibanding kondisi saat ini. Namun dalam waktu kurang dari satu tahun, indeks bisa rebound. 

    "Jadi kita harus confident (percaya diri) bahwa apa yang terjadi ini temporary (sementara) apalagi tadi secara fundamental dan domestik kita cukup solid," pungkasnya. 

    Tunda Transaksi Short Selling

    Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menunda penggunaan transaksi short selling demi menjaga stabilitas pasar modal dalam negeri. 

    Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi mengatakan, keputusan tersebut diambil setelah bertemu dengan para pelaku pasar modal hari ini. 

    "Pada dialog tadi kami mendengarkan banyak sekali masukan-masukan konstruktif dari pelaku sekaligus stakeholder pasar modal yang tentunya akan segera kita tindak lanjuti sesuai dengan kapasitas dan peran kami masing-masing," ujarnya dalam acara konferensi pers di Gedung BEI Jakarta, Senin, 3 Maret 2025.

    Inarno menyampaikan pembicaraan tersebut fokus terhadap kondisi pasar saham Indonesia yang beberapa hari terakhir tengah mengalami tekanan. 

    Dengan masukan yang diterima para pelaku pasar, Inarno menyatakan pihaknya dan BEI memutuskan untuk menunda transaksi short selling. 

    "OJK akan mengambil kebijakan awal untuk pertama adalah menunda implementasi kegiatan short selling," katanya. 

    Selain itu, kata Inarno, pembicaraan tersebut juga melahirkan keputusan yakni opsi kebijakan mengkaji buyback saham tanpa adanya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 

    Inarno menjelaskan dua kebijakan itu dipusatkan demi menjaga stabilitas pasar, peningkatan likuiditas, dan juga memberikan perlindungan terhadap investor. 

    "Selain itu kami hadir mengamati dan juga berperan aktif dalam menjaga pasar modal Indonesia tetap stabil, transparan, dan juga berintegritas khususnya bagi investor lokal, retail, maupun internasional," pungkasnya. 

    Penyebab IHSG Anjlok

    PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) menyebut penurunan IHSG ini karena investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp10,2 triliun di seluruh pasar, dengan Rp7,66 triliun di antaranya berasal dari pasar reguler.

    Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus menyebut IHSG mengalami aksi jual besar sepanjang pekan 24 hingga 28 Februari 2025 akibat kombinasi faktor eksternal dan domestik.

    "Dari sembilan sektor yang ada, hanya IDX Techno yang mengalami penguatan sebesar 11,86 persen, ditopang oleh lonjakan saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang naik 43,99 persen dan mencetak rekor harga tertinggi sepanjang masa, kata Indri melalui keterangan tertulis pada Senin, 3 Maret 2025.

    Indri menjelaskan sentimen negatif semakin kuat setelah rencana Presiden Donald Trump untuk menetapkan tarif impor 25 persen terhadap Uni Eropa, yang berpotensi memicu inflasi global.

    Di sisi lain, pemerintah China mengalokasikan stimulus perbankan sebesar USD55 juta yang akan direalisasikan pada Maret 2025.

    Morgan Stanley juga menurunkan peringkat MSCI Indonesia dari equal-weight menjadi underweight, banyak saham yang dikeluarkan dari indeks MSCI. Hal ini disebut Indri semakin mengurangi daya tarik investasi di pasar domestik. Faktor pelemahan rupiah hingga ke level Rp16.574 per USD turut menekan sentimen investor.

    Sementara itu, IHSG dibuka menguat tipis pada perdagangan hari ini, Selasa, 4 Maret 2025, dengan kenaikan 1,68 poin atau 0,03 persen ke level 6.521,34. 

    Setelah mencatatkan lonjakan signifikan pada Senin, 3 Maret 2025, dengan kenaikan 3,97 persen ke level 6.519, investor mulai mencermati apakah penguatan ini dapat berlanjut atau justru akan terkoreksi dalam beberapa hari ke depan.

     Sepanjang sesi awal perdagangan, indeks sempat menyentuh level tertinggi di 6.528,97 sebelum terkoreksi hingga level terendah 6.515,05. Total volume transaksi mencapai 2,37 miliar lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp321,64 miliar dari 17.110 transaksi.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.