KABARBURSA.COM - Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) angkat bicara mengenai isu perusahaan merger dengan Pelita Air.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani mengatakan saat ini Perseroan sedang fokus pada penyehatan kinerja melalui perbaikan ekuitas.
"Optimalisasi aksi strategis seperti restorasi armada, pemulihan ekosistem usaha, serta peningkatan trafik penumpang," ujar dia dalam keterangannya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin, 15 September 2025.
Meski begitu, Wamildan menyampaikan jika Garuda Indonesia tengah dalam proses diskusi tahap awal bersama pihak-pihak terkait mengenai rencana merger dengan Pelita Air.
Ia menyebut proses dari rencana merger ini akan disampaikan manajemen lebih lanjut jika ada perkembangan yang signifikan berkaitan dengan tahapan maupun realisasi atas strategi tersebut.
Lebih jauh Wamildan menuturkan, dampak dari aksi korparasi ini baru diketahui Perseroan setelah dilakukannya kajian komprehensif mengenai hal tersebut.
"Yang dapat dilakukan oleh Perseroan bersama pihak-pihak terkait lainnya di fase selanjutnya dari tahap penjajakan,"pungkasnya.
Pada kuartal I 2025, Garuda Indonesia mencatat pendapatan operasional konsolidasi sebesar USD723,56 juta atau naik 1,63 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Adapun pada periode tersebut, Garuda Indonesia sukses melayani 5,12 juta penumpang. Catatan positif ini ditopang oleh segmen pesawat charter yang meningkat sebesar 93 persen.
Atas pencapaian gemilang itu, Garuda Indonesia berhasil menekan rugi bersih 12,5 persen atau setara USD75,9 juta.
Garuda (GIAA) Akui Berkomunikasi dengan Boeing
Sebelumnya diberitakan, juga telah angkat suara ihwal pembelian 50 pesawat Boeing yang merupakan bagian dari kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS).
Wamildan menyampaikan saat ini Perseroan dan Boeing tengah melakukan komunikasi secara intensif untuk membahas detail kebutuhan ammada yang sesuai dengan pangsa pasar Garuda.
Ia mengatakan rencana pembelian pesawat tersebut merupakan salah satu langkah strategis jangka panjang dalam upaya penyehatan Perseroan.
"Melalui transformasi bisnis dengan penguatan armada dan optimalisasi jaringan penerbangan dalam lima tahun ke depan," ujar dia dalam keterbukaan informasi, Senin, 21 Juli 2025.
Wamildan menyebut pembelian 'burung besi' telah disetujui oleh Menteri BUMN, Erick Thohir yang sebelumnya juga telah disetujui oleh Presiden Indonesia, Prabowo Subianto pada 23 Juni 2025.
"Perseroan juga secara paralel tengah menjalin komunikasi dengan sejumlah pihak pemberi dana potensial," katanya.
Lebih jauh ia menyatakan, penambahan armada akan menunjang transformasi bisnis Garuda dari aspek network dan fleet melalui rasionalisasi jaringan rute yang didasari pada profitability uplift potential dan strategic network serta ekspansi armada yang align dengan dengan permintaan market.
Meski begitu, Wamildan menegaskan pihaknya akan tetap menjaga efisiensi atas operating cost, yang diharapkan dapat mengoptimalkan pendapatan Perseroan.
"Saat ini Perseroan dan Boeing melanjutkan komunikasi secara intensif untuk membahas lebih komprehensif terkait detail kebutuhan armada yang sesuai dengan pangsa pasar Perseroan, termasuk terkait dengan waktu delivery pesawat. Hal ini juga mempertimbangkan dari sisi kesiapan Boeing untuk menyediakan tipe pesawat yang dibutuhkan oleh Perseroan," tutupnya.(*)