Logo
>

BRMS Panaskan Mesin Emas: Tambang Jalan, Produksi Naik, Saham Menyala?

Tambang sudah mendapatkan standar Australasian Code for Reporting of exploration result, mineral resources and ore reserve atau JORC

Ditulis oleh Desty Luthfiani
BRMS Panaskan Mesin Emas: Tambang Jalan, Produksi Naik, Saham Menyala?
Tangkapan layar Direktur sekaligus Chief Investor Relations Officer BRMS, Herwin Wahyu Hidayat saat lakukan edukasi secara daring.

KABARBURSA.COM – Sinar emas kembali menyala dari timur Indonesia. Di balik deru mesin penghancur batu dan kilau lempengan logam di Palu, Gorontalo, hingga Dairi, PT Bumi Resources Minerals Tbk atau kode saham BRMS tengah menyusun langkah besar untuk menegaskan diri sebagai pemain utama tambang emas nasional.

Direktur sekaligus Chief Investor Relations Officer BRMS, Herwin Wahyu Hidayat menegaskan tambang sudah mendapatkan standar Australasian Code for Reporting of exploration result, mineral resources and ore reserve atau JORC.

“Target kami tahun ini adalah menjaga tren kenaikan produksi emas hingga tembus 73.000 ons, dan mempercepat transisi menuju tambang bawah tanah di 2027,” kata Herwin dalam paparannya edukasi secara daring dikutip, Senin 6 Oktober 2025.

Kalimat pendek itu cukup merangkum ambisi panjang BRMS. Dikenal sebagai perusahaan tambang multi-mineral yang tercatat di BEI sejak 2010, BRMS kini memfokuskan ekspansi pada lini emas melalui anak usaha utamanya — Citra Palu Minerals, Gorontalo Minerals, dan beberapa proyek eksplorasi lain.

Satu Lokasi, Tiga Pabrik, Empat Blok Cadangan

Konsesi tambang utama BRMS saat ini terletak di Blok 1 Poboya, Sulawesi Tengah, dengan luas lebih dari 85.000 hektare. Dari lokasi ini, perusahaan sudah mengoperasikan dua pabrik pengolahan emas dengan metode carbon in leach (CIL) — satu dengan kapasitas 500 ton per hari, dan satu lagi delapan kali lebih besar: 4.000 ton per hari.

Keduanya menjadi penyumbang utama lonjakan produksi emas BRMS dari hanya 2.200 ons pada 2020 menjadi 64.000 ons di 2024. Di semester pertama 2025 saja, BRMS sudah mengantongi produksi sekitar 38.000 ons, dan mengincar kisaran 68.000–73.000 ons untuk full-year 2025.

Di akhir tahun ini, pabrik ketiga dengan metode heap leach akan beroperasi, memperluas jangkauan pengolahan bijih berkadar rendah. Tak seefisien metode CIL, heap leach hanya menyerap sekitar 65 persen kandungan emas, namun tetap strategis dalam mengefisiensikan produksi dari batuan jenis genes.

“Dua pabrik CIL kami tetap jadi tulang punggung, menyumbang lebih dari 60 persen output. Tapi heap leach memberi kami fleksibilitas untuk memproses bijih berkadar rendah,” ungkap Herwin.

Yang menarik, semua ini baru berasal dari satu blok saja — Blok 1 Poboya. Masih ada empat blok cadangan lainnya (Blok 2, 4, 5, 6) yang belum dieksplorasi penuh. Artinya, potensi pertumbuhan jangka panjang BRMS masih sangat terbuka.

Cadangan 3,5 Juta Ounce, Kadar Tinggi dan Game Changer 2027

Cadangan emas BRMS bukan cuma besar, tapi juga berkualitas tinggi. Berdasarkan estimasi konservatif, cadangan saat ini mencapai 34 juta ton bijih dengan rata-rata kadar 3,2 gram per ton, menyimpan total 3,5 juta troy ounce emas. Jika ditambahkan sumber daya tambahan (resource), totalnya mencapai 4,5 juta troy ounce.

Kadar emasnya pun mencolok — bahkan tambang bawah tanah yang direncanakan di 2027 mencatat kadar 4,9 gram per ton, hampir tiga kali lebih tinggi dari kadar tambang terbuka saat ini.

“Target kami mulai produksi tambang bawah tanah pada semester kedua 2027. Ini akan jadi game changer,” ujar Herwin dengan nada optimistis.

Perlu dicatat, bahkan bijih berkadar 0,5 gram per ton sudah ekonomis ditambang di harga emas saat ini yang tembus USD 3.000 per ounce. Maka kadar 1,5 g/t (yang sedang dikeruk BRMS sekarang) hingga 4,9 g/t (target 2027) merupakan “harta karun” bagi pemegang saham.

Penghasil Perak, Tambahan Manis yang Sering Terlupa

BRMS juga menghasilkan perak sebagai produk sampingan. Di semester I 2025, produksi perak mencapai 93.000 ons — lebih dari dua kali lipat volume emas. Sayangnya, kontribusi terhadap pendapatan masih kecil karena harga perak hanya sekitar 1 persen dari harga emas.

Namun tren peningkatan konsumsi perak untuk industri maupun investasi ritel mulai menggeliat. Bahkan kini perak dalam bentuk logam mulia mulai ditawarkan di butik Antam dan Pegadaian — indikasi bahwa minat pasar perlahan berubah.

Dukungan Strategis, Tim Internasional, dan Satu Fokus: Emas

Struktur kepemilikan BRMS juga menarik. Perusahaan tambang raksasa China, NFC, memegang 51 persen di proyek Dairi Prima Mineral, sementara BRMS memiliki 49 persen. Proyek ini berbeda dari yang lain karena fokus pada seng dan timah hitam, bukan emas. NFC juga bertindak sebagai operator dan kontraktor EPC, memberi nilai tambah pada efisiensi proyek.

Grup Bakrie merupakan pemilik awal dan pengendali utama, namun sejak 2022 Grup Salim mulai masuk melalui skema private placement dan kini menjadi salah satu pemegang saham besar, diduga lewat entitas seperti Emirates Tarian Global Ventures SPC. 

Kolaborasi antara kedua konglomerasi ini menciptakan sinergi strategis, di mana Salim berperan memperkuat modal dan mendorong efisiensi, sementara Bakrie mempertahankan pengalaman serta jaringan di sektor tambang. 

Fokus bersama keduanya adalah meningkatkan produksi emas, terutama melalui proyek Citra Palu Minerals, dan menjadikan BRMS lebih sehat secara finansial agar dapat segera membagikan dividen. Struktur kepemilikan campuran ini membawa potensi sinergi sekaligus tantangan koordinasi strategi di tingkat manajemen.

Sementara itu, tim manajemen tambang BRMS kini diperkuat oleh mining engineer kelas dunia termasuk Robert Gilson, insinyur tambang asal Australia yang sudah berpengalaman di tambang emas bawah tanah Kalgoorlie dan Perth.

“Semua persiapan ini kami fokuskan demi menyambut fase tambang bawah tanah 2027,” ujar Herwin. “Kami sedang bangun bukan hanya pabrik, tapi masa depan perusahaan,” ujarnya.

Emas Naik, Produksi Naik, Saham BRMS?

Di tengah tren harga emas dunia yang tetap menguat, saham BRMS pun menjadi sorotan. Kombinasi lonjakan produksi, kadar emas tinggi, dan cadangan yang luas menjadikan emiten ini semakin dilirik investor jangka panjang.

Dari segi valuasi, BRMS masih berada dalam kisaran wajar jika dibandingkan dengan nilai aset emas yang dimiliki. Dengan produksi naik 3x lipat dalam dua tahun terakhir, dan pipeline tambang bawah tanah 2027, investor punya alasan logis untuk memperhitungkan BRMS dalam portofolio komoditas mereka.

Menilik data perdagangan saham BRMS terakhir pada Jumat, 3 Oktober 2025, harga saham ditutup di Rp950 per lembar. Sementara selama 3 bulan terakhir harga saham mengalami bullish yang cukup tinggi dari Rp392 per lembar. (*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Desty Luthfiani

Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".