KABARBURSA.COM - PT Bank BTPN Tbk (BTPN) secara resmi mengubah nama perusahaannya menjadi PT Bank SMBC Indonesia Tbk. Keputusan ini telah mendapat persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diadakan di Jakarta pada Kamis, 29 Agustus 2024.
Henoch Munandar, Direktur Utama Bank BTPN, menjelaskan bahwa perubahan nama ini menandai transformasi strategis bagi Bank BTPN dalam menghadapi dinamika pasar yang terus berubah dan portofolio bisnis yang berkembang.
"Kami berharap perubahan ini akan memperkuat posisi kami di pasar domestik dan memperluas relevansi Bank BTPN di berbagai segmen pasar, melalui penyediaan layanan keuangan yang komprehensif dan inovatif di seluruh lini bisnis kami," ungkap Henoch dalam keterangan resminya pada Kamis, 29 Agustus 2024.
Henoch juga menambahkan bahwa transformasi merek yang telah disetujui oleh RUPSLB ini merupakan wujud dari sinergi yang semakin kuat antara Bank BTPN dan perusahaan induknya. Sebelumnya, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk telah bergabung dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia pada tahun 2019, dan langkah ini semakin menegaskan identitas Bank BTPN sebagai bank universal yang berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik kepada para nasabah.
Meskipun ada perubahan merek, Henoch menegaskan bahwa Bank BTPN dan para pemegang saham tetap berkomitmen untuk berkontribusi dalam kemajuan ekonomi Indonesia melalui berbagai inisiatif.
"Kami akan terus mengembangkan potensi bisnis kami dan fokus pada pembiayaan untuk sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta mendukung ekonomi berkelanjutan. Kami juga akan meningkatkan kapabilitas digital melalui platform Jenius dan program-program daya untuk meningkatkan kemampuan nasabah dan masyarakat luas," tambahnya.
Selain perubahan nama, RUPSLB juga menyetujui penunjukan Marita Alisjahbana sebagai Komisaris Independen Bank BTPN. Kehadiran Marita diharapkan dapat memperkuat pengawasan dalam bidang manajemen risiko dan praktik tata kelola perusahaan. Marita Alisjahbana dikenal sebagai seorang ahli senior di bidang manajemen risiko dengan pengalaman lebih dari 30 tahun di industri perbankan. Sebelum bergabung dengan Bank BTPN, ia menjabat sebagai Direktur Risiko di Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority.
Henoch menekankan bahwa pengangkatan Marita Alisjahbana sebagai Komisaris Independen merupakan bagian dari upaya Bank BTPN untuk terus mematuhi standar dan kebijakan yang berlaku, serta untuk memenuhi harapan para pemangku kepentingan dan nasabah.
"Penunjukan ini sejalan dengan komitmen kami untuk mempertahankan tata kelola yang baik dan manajemen risiko yang solid," ujar Henoch.
Kinerja Keuangan BTPN
Bank BTPN menunjukkan kinerja yang solid sepanjang semester I tahun 2024. Hal ini terlihat dari pertumbuhan intermediasi yang positif, di mana perusahaan berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp176,2 triliun, mencatatkan pertumbuhan sebesar 19 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy).
Selain itu, pendapatan bunga bersih Bank BTPN juga mengalami peningkatan yang signifikan, naik 17 persen menjadi hampir Rp7,0 triliun.
Di sisi lain, saldo current account & saving account (CASA) mengalami peningkatan sebesar 29 persen yoy, mencapai Rp48,1 triliun pada akhir Juni 2024.
Deposito juga menunjukkan pertumbuhan meskipun lebih kecil, naik 1 persen yoy menjadi Rp70,9 triliun. Peningkatan ini menyebabkan rasio CASA Bank BTPN meningkat menjadi 40,4 persen per akhir Juni 2024, mencerminkan strategi bank yang berhasil dalam mengoptimalkan simpanan dana murah.
Secara keseluruhan, total dana pihak ketiga (DPK) yang dikelola oleh Bank BTPN tumbuh 11 persen yoy, mencapai hampir Rp119,0 triliun pada akhir Juni 2024. Pertumbuhan ini juga tercermin dari peningkatan total aset bank yang mencapai Rp235,8 triliun, meningkat sebesar 22 persen yoy.
Angka-angka ini menunjukkan bahwa Bank BTPN tidak hanya berhasil meningkatkan volume kredit dan pendapatan bunga, tetapi juga mampu memperkuat likuiditas dan posisi keuangannya di pasar perbankan domestik.
Bank BTPN juga mampu menjaga kualitas penyaluran kredit, mempertahankan rasio NPL di angka 2,21 persen, lebih baik dari rata-rata industri. Total dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 11 persen yoy, mencapai hampir Rp119 triliun, didorong oleh peningkatan CASA sebesar 29 persen yoy. Bank juga menerbitkan obligasi senilai Rp355 miliar untuk diversifikasi pendanaan.
Meski pendapatan bunga bersih naik 17 persen yoy dan pendapatan operasional konsolidasi tumbuh 18 persen yoy, laba bersih turun 15 persen yoy akibat peningkatan biaya kredit dan operasional. Layanan digital Jenius mencatat pertumbuhan pengguna sebesar 21 persen yoy dan peningkatan penyaluran kredit sebesar 134 persen yoy. (*)