Logo
>

BUMI Keluarkan Obligasi Akuisisi Tambang Emas: Peluang Ekspansi & Tantangan Keuangan

BUMI terbitkan obligasi Rp721,61 miliar untuk akuisisi tambang emas-tembaga di Australia. Langkah ini bisa perkuat diversifikasi, namun risiko beban bunga tetap membayangi.

Ditulis oleh Yunila Wati
BUMI Keluarkan Obligasi Akuisisi Tambang Emas: Peluang Ekspansi & Tantangan Keuangan
Aktivitas tambang PT Bumi Resources Minerals Tbk. Foto: Dok BRMS.

KABARBURSA.COM - PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), emiten tambang terbesar di Indonesia, kembali membuat langkah strategis dengan merencanakan akuisisi perusahaan tambang di Australia. Melalui penerbitan obligasi berkelanjutan tahap II tahun 2025 senilai Rp721,61 miliar, BUMI menargetkan pendanaan untuk mengambil alih Wolfram Limited (WFL). Wolfram Adalah sebuah perusahaan tambang tembaga dan emas dengan izin operasi hingga 2036. 

Dari total dana tersebut, Rp344,12 miliar dialokasikan khusus untuk membiayai akuisisi WFL, sementara Rp98,75 miliar akan disalurkan sebagai pinjaman kepada WFL guna mendukung belanja modal, eksplorasi, dan modal kerja. Sisa dana akan digunakan untuk kebutuhan operasional BUMI, mulai dari biaya gaji hingga pembayaran pajak.

Obligasi yang ditawarkan terdiri dari dua seri, yakni Seri A senilai Rp149,33 miliar dengan tenor tiga tahun berbunga tetap 8 persen per tahun, dan Seri B senilai Rp572,28 miliar dengan tenor lima tahun berbunga tetap 9,25 persen per tahun. 

Kedua seri obligasi ini akan memberikan pembayaran bunga secara kuartalan, dengan pelunasan pokok dilakukan penuh saat jatuh tempo. 

Obligasi tersebut akan tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 25 September 2025, dengan penjamin pelaksana emisi yang terdiri dari nama-nama besar sekuritas domestik seperti Mandiri Sekuritas, BCA Sekuritas, hingga Indo Premier Sekuritas.

Keuangan Sehat, Tantang dari Arus Kas

Secara fundamental, keputusan BUMI menerbitkan obligasi ini perlu dilihat dalam konteks kinerja keuangannya. Laporan keuangan per Juni 2025 mencatat pendapatan sebesar USD329,15 juta, tumbuh 15,56 persen secara tahunan.

Namun, laba bersih hanya mencapai USD2,54 juta, anjlok 85,29 persen dari tahun sebelumnya, dengan margin laba bersih yang menyusut tajam menjadi 0,77 persen persen Kondisi ini memperlihatkan bahwa profitabilitas BUMI masih rapuh meskipun ada peningkatan pendapatan. 

Sementara itu, EBITDA meningkat signifikan 519 persen menjadi USD30,76 juta, menandakan ada perbaikan kapasitas operasional meski efisiensi belum maksimal.

Dari sisi neraca, BUMI memiliki total aset USD3,92 miliar dengan ekuitas USD2,81 miliar, jauh lebih besar dibanding total liabilitas USD1,11 miliar yang turun 17,4 persen dibanding tahun lalu. Posisi kas tercatat USD74,75 juta, naik 34 persen, sementara free cash flow juga positif di level USD85,66 juta. 

Namun, arus kas dari operasi masih negatif sebesar USD24,56 juta, memperlihatkan adanya tekanan likuiditas dari kegiatan operasional inti. Lonjakan arus kas lebih banyak disokong dari aktivitas pembiayaan, yang juga menjadi alasan mengapa perusahaan memilih jalur obligasi untuk menutup kebutuhan akuisisi.

Ada Risiko Keuangan yang Terbuka Lebar

Pertanyaannya kemudian, apakah penerbitan obligasi ini sejalan dengan kemampuan finansial BUMI? Dengan beban bunga yang relatif tinggi, yaitu 8 persen untuk tenor tiga tahun dan 9,25 persen untuk tenor lima tahun, perusahaan harus mampu menjaga arus kas stabil agar tidak menimbulkan tekanan likuiditas di masa depan. 

Posisi ekuitas yang besar dibandingkan liabilitas menunjukkan ruang utang masih cukup longgar. Namun, margin laba yang tipis dan arus kas operasional negatif menjadi catatan serius yang harus diperhatikan investor. 

Jika akuisisi Wolfram Limited berhasil membawa tambahan pendapatan dari tambang emas dan tembaga, obligasi ini bisa menjadi langkah berani yang membuahkan hasil. Tetapi bila tidak, tambahan beban bunga berpotensi membebani kinerja keuangan yang sudah rapuh.

Secara keseluruhan, aksi BUMI menerbitkan obligasi untuk akuisisi tambang emas dan tembaga di Australia mencerminkan strategi diversifikasi di tengah harga batubara yang volatil. Dari sisi struktur modal, langkah ini masih bisa ditoleransi karena rasio utang terhadap ekuitas cukup sehat. 

Namun, tantangan terbesar ada pada kemampuan BUMI mengelola kas dan memastikan akuisisi WFL benar-benar menghasilkan aliran pendapatan baru. 

Bagi investor, aksi ini adalah pedang bermata dua, yaitu peluang ekspansi yang menjanjikan, namun juga mengandung risiko keuangan jika akuisisi tidak berjalan sesuai harapan.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79