KABARBURSA.COM – Bursa saham di kawasan Asia bergerak bervariasi pada perdagangan Senin, 28 Juli 2025. Hal ini terjadi setelah indeks-indeks utama di Wall Street kembali mencetak rekor baru, mengakhiri pekan sebelumnya dengan kemenangan beruntun.
Dilansir dari AP, sentimen pasar ditopang ekspektasi positif menjelang pertemuan dagang antara Amerika Serikat dan China yang digelar di Stockholm. Sementara itu, harga minyak dan kontrak berjangka saham AS bergerak menguat. Di Eropa, bursa juga dibuka optimistis usai Uni Eropa mencapai kesepakatan dengan pemerintahan Donald Trump untuk menetapkan tarif impor sebesar 15 persen atas sebagian besar ekspor ke AS.
Kesepakatan tersebut diumumkan usai pertemuan singkat antara Presiden Trump dan Ketua Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, di lapangan golf milik Trump di Turnberry, Skotlandia. Kesepakatan ini berhasil mencegah perang tarif besar yang sebelumnya dikhawatirkan dapat mengguncang ekonomi global.
Di Tokyo, indeks Nikkei 225 melemah satu persen ke level 41.056,81. Pelemahan ini dipicu ketidakpastian seputar isi kesepakatan dagang antara Jepang dan Trump, khususnya mengenai janji investasi senilai USD550 miliar ke AS. Seorang pejabat yang enggan disebut namanya mengatakan rincian kesepakatan masih dalam tahap negosiasi dan belum ada dokumen resmi. Ia menyebut dana tersebut rencananya akan digunakan sesuai arahan Presiden Trump.
Pasar saham Hong Kong mencatatkan penguatan 0,4 persen dengan indeks Hang Seng di level 25.490,45, sementara Shanghai Composite justru turun 0,2 persen. Bursa Taiwan naik 0,3 persen.
Di sisi lain, CK Hutchison, konglomerat asal Hong Kong yang tengah menjual aset pelabuhan di Terusan Panama, mengindikasikan kemungkinan menggandeng investor asal China. Langkah ini dinilai dapat menyenangkan Beijing, namun berpotensi memicu sorotan dari AS karena konteks geopolitik yang sensitif. Saham CK Hutchison turun 0,6 persen di Hong Kong.
Dari Asia lainnya, indeks Kospi Korea Selatan nyaris tak bergerak di posisi 3.195,49, sementara S&P/ASX 200 Australia naik 0,3 persen ke level 8.688,40. Indeks Sensex India turun tipis 0,1 persen. Pasar Thailand tutup karena libur nasional.
Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG menguat signifikan selama sepekan terakhir dengan mencatat kenaikan sebesar 3,17 persen dan aliran dana asing masuk sebesar Rp413 miliar di pasar reguler.
Di Wall Street, indeks S&P 500 menguat 0,4 persen ke 6.388,64 pada Jumat lalu, mencetak rekor kelima dalam sepekan. Dow Jones naik 0,5 persen ke 44.901,92, dan Nasdaq bertambah 0,2 persen ke posisi 21.108,32, juga menorehkan rekor tertinggi.
Salah satu emiten yang mencetak lonjakan besar adalah Deckers—produsen sepatu Ugg dan Hoka—yang sahamnya terbang 11,3 persen setelah melaporkan laba dan pendapatan kuartalan yang jauh melampaui ekspektasi analis. Pertumbuhan terkuat terjadi di luar pasar AS, dengan lonjakan pendapatan hampir 50 persen.
Sebaliknya, Intel mencatatkan kinerja mengecewakan. Saham raksasa chip tersebut anjlok 8,5 persen usai melaporkan kerugian pada kuartal terakhir, berbanding terbalik dengan proyeksi laba dari analis.
Perusahaan juga mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja massal dan pemangkasan belanja, dalam upaya menyelamatkan bisnisnya. Intel yang dahulu menjadi pelopor Silicon Valley kini tertinggal dari para pesaing seperti Nvidia dan AMD, khususnya dalam persaingan chip untuk kecerdasan buatan (AI).
Tekanan terhadap korporasi untuk mencetak pertumbuhan laba yang solid semakin besar, seiring kenaikan harga saham yang terus menembus rekor. Investor berharap Trump dapat meredakan ketegangan dagang dengan berbagai negara demi mencegah resesi dan lonjakan inflasi. Setelah meneken kesepakatan dengan Jepang dan Filipina, tenggat dagang berikutnya ditetapkan pada Jumat, 1 Agustus.
Selain isu dagang, pelaku pasar juga menanti arah kebijakan suku bunga dari The Fed. Trump kembali mendesak bank sentral AS untuk menurunkan suku bunga, yang menurutnya bisa menghemat anggaran pembayaran utang negara.
Namun Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan masih menunggu data ekonomi lanjutan, terutama terkait dampak tarif terhadap inflasi dan pertumbuhan, sebelum mengambil keputusan. Sebagian besar pelaku pasar memperkirakan The Fed baru akan kembali memangkas suku bunga pada September.
Di pasar energi, harga minyak mentah AS naik 24 sen ke level USD65,40 per barel. Minyak Brent sebagai acuan global juga naik 24 sen menjadi USD67,90 per barel.
Sementara itu, nilai tukar dolar AS menguat tipis menjadi 147,72 yen, dari sebelumnya 147,71 yen. Euro sedikit melemah ke USD1,1755 dari sebelumnya USD1,1758.(*)