KABARBURSA.COM – Euforia kesepakatan tarif antara Amerika Serikat dan Jepang mulai memudar di bursa Asia. Hal ini membuat sebagian besar indeks saham di kawasan ini bergerak turun pada perdagangan Selasa, 29 Juli 2025. Penurunan itu terjadi meski Presiden Donald Trump baru saja mengumumkan tarif baru yang lebih ringan terhadap produk Jepang, disusul kesepakatan serupa dengan Uni Eropa.
Dilansir dari AP, indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,7 persen ke level 40.725,23, sementara indeks S&P/ASX 200 Australia melemah 0,3 persen menjadi 8.670,50. Kospi Korea Selatan nyaris stagnan di posisi 3.212,59 setelah sempat terkoreksi di awal sesi.
Lalu indeks Hang Seng Hong Kong terjerembab 1,1 persen, sedangkan indeks Shanghai Composite ikut melemah 0,3 persen. Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka menguat 0,11 persen atau menanjak 8 poin ke level 7.623.
Sejumlah analis menyebutkan pelaku pasar kini lebih mencermati arah pembicaraan perdagangan antara AS dan China. Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng tengah menggelar pertemuan di Swedia. Meski belum ada pernyataan konkret, Bessent memperkirakan perundingan tersebut bakal memperpanjang level tarif yang berlaku saat ini.
“Tarif saat ini tidak hanya menjadi alat menyeimbangkan neraca ekonomi, tapi sudah tertanam dalam dinamika geopolitik,” kata Tan Boon Heng dari Departemen Keuangan Asia dan Oseania di Mizuho Bank dalam sebuah catatan.
Pekan lalu, Trump mengumumkan kerangka kerja perdagangan dengan Jepang, menetapkan tarif 15 persen atas produk impor Negeri Sakura. Angka ini jauh lebih rendah dibanding ancaman tarif 25 persen sebelumnya. Trump juga mengklaim Jepang berkomitmen untuk menginvestasikan USD550 miliar ke AS dan membuka akses lebih besar untuk mobil serta beras dari Amerika. Namun, rincian kesepakatan tersebut masih belum jelas.
Dari sisi Wall Street, indeks saham AS bergerak datar pada perdagangan Senin (28/7). S&P 500 menguat tipis kurang dari 0,1 persen ke level tertinggi baru di 6.389,77 — memecahkan rekor harian untuk keenam kalinya berturut-turut. Indeks Dow Jones turun 0,1 persen ke 44.837,56, sementara Nasdaq naik 0,3 persen ke rekor baru di 21.178,58.
Salah satu pendorong Nasdaq adalah lonjakan saham Tesla sebesar 3 persen, setelah CEO Elon Musk mengumumkan kesepakatan senilai lebih dari USD16,5 miliar dengan Samsung Electronics untuk pengadaan chip kendaraan listrik. Saham Samsung di bursa Korea langsung melonjak 6,8 persen. Saham-saham di sektor chip dan kecerdasan buatan (AI) pun melanjutkan tren positif pekan lalu, setelah Alphabet menyatakan akan meningkatkan investasi chip AI hingga USD85 miliar tahun ini.
Saham Advanced Micro Devices (AMD) naik 4,3 persen, sementara Super Micro Computer melonjak 10,2 persen. Namun, pelemahan saham Revvity sebesar 8,3 persen menahan laju penguatan indeks. Perusahaan di bidang life sciences ini melaporkan laba yang lebih tinggi dari perkiraan analis, tetapi proyeksi laba tahunannya mengecewakan.
Para investor kini menantikan laporan keuangan dari ratusan perusahaan AS, termasuk hampir sepertiga dari anggota indeks S&P 500. Pasar berharap ada pertumbuhan laba riil yang menopang lonjakan harga saham selama beberapa bulan terakhir. Banyak yang menilai bahwa reli pasar saat ini rawan koreksi jika tidak didukung oleh pertumbuhan fundamental yang kuat.
Dari pasar komoditas, harga minyak mentah AS naik tipis 1 sen menjadi USD66,72 per barel. Brent, acuan global, juga menguat 6 sen ke level USD70,10 per barel. Sementara itu, nilai tukar dolar AS menguat tipis ke 148,56 yen Jepang, dari sebelumnya 148,54. Euro sedikit naik menjadi USD1,1600 dari USD1,1593.(*)