Logo
>

Bursa Asia Merunduk, Bayang-bayang Tarif Trump Terus Menekan

Ancaman tarif baru dari Donald Trump membuat bursa saham Asia dan harga minyak dunia melemah jelang tenggat kebijakan pada 9 Juli mendatang.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Bursa Asia Merunduk, Bayang-bayang Tarif Trump Terus Menekan
Bursa Asia melemah dihantui ancaman tarif Trump. Minyak ikut terpeleset, investor menanti keputusan Washington jelang tenggat 9 Juli. Foto: KabarBursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Bursa saham Asia melemah pada awal pekan ini atau Senin, 7 Juli 2025, karena dipicu manuver agresif pemerintahan Donald Trump yang kembali mengancam negara mitra dagang dengan lonjakan tarif. Deadline 9 Juli mendatang menjadi penanda berakhirnya masa tenggang 90 hari atas tarif timbal balik Presiden AS tersebut, mendorong investor berspekulasi atas skenario terburuk.

    Dilansir dari AP di Jakarta, Senin, Indeks Nikkei 225 Jepang turun 0,5 persen ke posisi 39.628,41. Di Hong Kong, indeks Hang Seng melemah 0,4 persen ke 23.824,18. Sementara itu, KOSPI Korea Selatan terkoreksi tipis 0,1 persen dan indeks Shanghai turun 0,2 persen. Australia juga tak luput dari tekanan, dengan ASX 200 ambles 0,3 persen ke level 8.576.

    Beda halnya di Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG membuka awal pekan dengan catatan positif. Pada sesi pembukaan Senin pagi, IHSG naik 0,14 persen atau bertambah 9 poin ke posisi 6.874.

    Data RTI Business menunjukkan, sebanyak 179 saham langsung menghijau saat bel pembukaan berdentang. Sebaliknya, 95 saham tertekan dan 277 lainnya belum bergerak dari posisi sebelumnya.

    Aktivitas pasar terbilang ramai dengan volume perdagangan mencapai 128,19 juta saham. Nilai transaksi di awal sesi tercatat sebesar Rp75,21 miliar.

    Sinyal tekanan global juga datang dari pasar minyak. Harga minyak mentah acuan AS anjlok USD66,08 per barel (sekitar Rp1,07 juta) atau turun 92 sen, sementara Brent terpangkas 96 sen menjadi USD67,65 (sekitar Rp1,10 juta). Penurunan ini terjadi setelah OPEC+ sepakat meningkatkan produksi sebesar 548.000 barel per hari mulai Agustus, mempercepat laju pasokan di tengah ketidakpastian geopolitik pasca-serangan AS dan Israel terhadap Iran.

    “Pasar akan tetap volatil hingga tenggat 9 Juli, ketika masa penangguhan tarif berakhir bagi negara-negara non-China,” tulis Nomura Group dalam catatannya.

    Mereka menambahkan, prospek jangka pendek sangat bergantung pada seberapa luas cakupan surat peringatan dari Trump, tingkat tarif yang diberlakukan, serta tanggal efektif implementasinya.

    Jika penetapan tarif ditunda ke tanggal yang lebih jauh, masih terbuka ruang negosiasi menit akhir yang dapat menyelamatkan pasar dari kepanikan lebih lanjut. Namun sejauh ini, sentimen tetap was-was.

    “Semua mata tertuju ke Washington. Jalan di depan tak jelas, tapi penuh risiko,” kata Stephen Innes, mitra pengelola di SPI Asset Management.

    Di tengah ketidakpastian itu, data tenaga kerja AS justru menunjukkan performa lebih kuat dari perkiraan analis. Pada Jumat pekan lalu, S&P 500 menguat 0,8 persen dan mencetak rekor tertinggi untuk keempat kalinya dalam lima hari. Dow Jones bertambah 344 poin (0,8 persen), sedangkan Nasdaq naik 1 persen.

    Sementara itu, dolar AS menguat terhadap yen ke posisi 144,77 dari sebelumnya 144,44. Euro sedikit melemah ke USD1,1772 (sekitar Rp19.187) dari USD1,1779.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).