KABARBURSA.COM – Harga saham PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) masih tertahan di kisaran Rp600 per lembar, meski mayoritas analis memberi rekomendasi beli dengan target rata-rata Rp818.
Di tengah tekanan pasar, perseroan mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) senilai maksimal Rp200 miliar yang akan berlangsung mulai 4 September hingga 3 Desember 2025.
Dalam keterbukaan informasi, manajemen TOWR menyebutkan buyback akan menggunakan dana internal perusahaan.
Jumlah saham yang dibeli kembali diperkirakan sekitar 296 juta lembar atau 0,5 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Tujuan utama langkah ini adalah menjaga stabilitas harga saham di tengah volatilitas pasar.
Perseroan menunjuk PT BCA Sekuritas sebagai perantara pelaksana transaksi.
Manajemen menegaskan, program buyback tidak akan memberikan dampak material terhadap pendapatan maupun kegiatan usaha, namun diharapkan bisa memberikan fleksibilitas dalam mencapai struktur permodalan yang lebih efisien.
Dampak ke EPS TOWR
Buyback juga diproyeksikan berpengaruh pada laba per saham (EPS). Berdasarkan proyeksi manajemen, EPS TOWR diperkirakan meningkat dari 33,17 menjadi 33,37 setelah buyback, meski kenaikannya relatif tipis.
Perusahaan menekankan, pelaksanaan buyback ini tidak akan mengganggu kebutuhan modal kerja dan tetap memperhatikan kondisi keuangan jangka panjang.
Sementara itu, pada perdagangan Kamis, 5 September 2025, saham TOWR ditutup menguat tipis 0,84 persen di level Rp600.
Harga sempat bergerak dari Rp595 hingga Rp610 dengan nilai transaksi mencapai Rp23,65 miliar.
Volume perdagangan tercatat 393 ribu lot, menunjukkan likuiditas saham masih cukup terjaga.
Meski demikian, harga saham TOWR masih jauh di bawah target analis. Konsensus 27 analis menempatkan rata-rata target di Rp818, dengan estimasi terendah Rp575 dan tertinggi Rp1.150.
Dari total analis tersebut, 21 merekomendasikan beli, enam menyarankan tahan, dan tidak ada yang merekomendasikan jual.
Secara fundamental, pendapatan TOWR diperkirakan mencapai Rp13,20 triliun pada 2025, naik dari Rp12,73 triliun pada 2024, dengan proyeksi laba bersih Rp3,43 triliun. (*)