KABARBURSA.COM-Cadangan devisa Indonesia pada Februari 2024 diperkirakan akan mengalami penyusutan lebih lanjut. Proyeksi penurunan cadangan devisa ini sejalan dengan penurunan yang terjadi pada Januari 2024, di mana cadangan devisa turun sebesar 0,87persen menjadi US$ 145,1 miliar.
Ekonom Makro Ekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky, menyatakan bahwa cadangan devisa diperkirakan akan mengalami penurunan tipis lagi di bulan Februari 2024, berkisar antara US$ 142 miliar hingga US$ 144 miliar. "Hal ini disebabkan oleh kemungkinan penurunan surplus perdagangan akibat melemahnya permintaan global," jelasnya Rabu 6 Maret 2024.
Meskipun demikian, Riefky memproyeksikan bahwa cadangan devisa diprediksi akan kembali meningkat di kisaran US$ 150 miliar hingga US$ 155 miliar sepanjang tahun ini. Menurutnya, hal ini akan didorong oleh prospek kenaikan harga komoditas seperti minyak sawit mentah (CPO).
Kepala Ekonom Bank Pertama Josua Pardede, juga memperkirakan bahwa cadangan devisa akan cenderung melemah terbatas pada bulan Februari 2024, meskipun terjadi aliran dana masuk di pasar keuangan Indonesia.
Dari analisisnya, total aliran dana masuk bersih di pasar saham dan obligasi mencapai US$ 345 juta. Di pasar saham, aliran masuk bersih tercatat sebesar US$ 646 juta. Namun, di pasar obligasi, investor asing mencatatkan aliran keluar sebesar US$ 302 juta.
Pardede menjelaskan bahwa penurunan cadangan devisa pada bulan Februari 2024 dipengaruhi oleh jatuh tempo salah satu obligasi valas, yaitu RI0224 pada pertengahan Februari, dengan total nilai sebesar US$ 474 juta. "Kami memperkirakan bahwa cadangan devisa pada bulan Februari 2024 akan mengalami penurunan terbatas sebesar US$ 0,5 miliar hingga US$ 1 miliar, menuju kisaran US$ 144 miliar hingga US$ 145 miliar," ucapnya.
Di sisi lain, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual, menyatakan bahwa masih ada potensi kenaikan cadangan devisa pada bulan Februari karena adanya surplus pada ekspor.
Sumual menambahkan bahwa aliran dana asing, terutama dari ekuitas, masih kuat sepanjang tahun ini, sekitar Rp 17 triliun, meskipun dari sisi obligasi pemerintah, terdapat kecenderungan keluar sebesar Rp 8 triliun.
Untuk tahun ini, David memproyeksikan bahwa cadangan devisa akan terus menguat dengan pertimbangan The Fed mulai menurunkan suku bunga. Ini dianggap positif untuk pasar keuangan dalam negeri, dengan kisaran proyeksi antara US$ 145 miliar hingga US$ 150 miliar, tandasnya.