KABARBURSA.COM - Cadangan devisa Indonesia terus mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena belum ada kepastian dari Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, mengenai penurunan suku bunga acuannya.
Staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya pada semester II 2024, khususnya pada Juni 2024 mendatang.
Prediksi Myrdal menyatakan bahwa pada bulan Juni 2024, ketika The Fed bersiap untuk menurunkan suku bunga, cadangan devisa Indonesia kemungkinan akan berada di sekitar angka US$ 138,7 miliar. Namun, setelah pemangkasan suku bunga oleh The Fed, Myrdal memperkirakan adanya arus modal masuk baik di pasar keuangan maupun sektor riil.
"Dampak ini diharapkan akan mengangkat cadangan Indonesia menjadi sekitar US$ 151,5 miliar pada akhir tahun 2024," ujarnya dikutip Minggu 7 April 2024.
Meskipun cadangan devisa Indonesia mengalami penurunan, Myrdal mencatat bahwa saat terjadi aksi jual besar-besaran, investor cenderung melakukan pembelian aset saat harga turun, dipicu oleh kondisi fundamental yang masih solid dengan tingkat pengembalian yang tinggi di Indonesia.
Ia juga memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah akan tetap stabil di sekitar level resisten Rp 15,962 per dolar AS, selama neraca dagang Indonesia masih surplus dan berada di atas US$ 600 juta per bulan.
Selain itu, defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan akan tetap di bawah 1,5 persen terhadap PDB, dan pertumbuhan ekonomi serta inflasi masih dalam kisaran yang terjaga, masing-masing sekitar 5 persen dan di bawah 3,5 persen year on year (yoy).
Pada Maret 2024, cadangan devisa Indonesia melanjutkan tren penurunan. Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2024 turun menjadi US$ 140,4 miliar dari posisi sebesar US$ 144,0 miliar pada akhir Februari 2024.
Penurunan cadangan devisa tersebut dipandang sebagai reaksi yang wajar atas intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah volatilitas pasar global. Aksi profit taking investor global di pasar emerging markets juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi penurunan ini, terutama ketidakpastian terkait prospek penurunan suku bunga The Fed yang menguatkan dolar AS secara global.
Sementara itu, kondisi outflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 26,47 triliun, sementara pasar saham mencatatkan inflow sebesar US$ 505,61 juta selama bulan Maret 2024.