Logo
>

Cari Cuan? Intip Proyek Migas dan Energi ENRG 2025

Saham ENRG diperdagangkan dengan price-to-earnings ratio (PER) hanya 4 kali dan price-to-book value (PBV) 0,40 kali, angka yang secara teknikal menempatkannya di jajaran saham undervalued.

Ditulis oleh Yunila Wati
Cari Cuan? Intip Proyek Migas dan Energi ENRG 2025
Ilustrasi PT Energi Mega Persada Tbk atau ENRG.

KABARBURSA.COM - Saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) menutup perdagangan pekan ini di level Rp198 per lembar, tak berubah dari sesi sebelumnya. Meski terlihat stagnan di permukaan, data fundamental yang menyertainya justru mengundang minat lebih dalam. 

Valuasi saham ENRG yang saat ini diperdagangkan di kisaran PER 4,14 kali dan PBV 0,40 kali menjadi sorotan utama para investor yang sedang mencari saham energi murah dengan potensi undervalued tahun 2025. 

Kombinasi ini kerap kali menjadi sinyal bahwa saham tersebut masih dihargai di bawah nilai wajarnya, terutama bila disandingkan dengan prospek jangka menengah hingga panjang dari sektor energi fosil yang masih memainkan peran penting di Indonesia.

Dari sisi likuiditas, saham ENRG menunjukkan pergerakan yang sehat. Volume perdagangan hari ini mencapai 22,41 juta saham dengan nilai transaksi sebesar Rp4,51 miliar dan frekuensi mencapai 1.897 kali. Ini menandakan bahwa minat pasar terhadap saham ini cukup aktif, meskipun harga belum banyak bergerak. 

Rata-rata harga saham ENRG hari ini tercatat di Rp201,10 dengan rentang pergerakan harian antara 198 hingga 206. Data ini memperlihatkan area konsolidasi yang cukup stabil, dan bisa menjadi peluang akumulasi bagi investor jangka panjang. 

Terlebih, ketika saham dengan PBV di bawah 1 kali seperti ENRG masih menyimpan potensi pemulihan, banyak yang mulai meliriknya sebagai saham lapis dua sektor energi dengan valuasi diskon dan potensi pertumbuhan kinerja 2025.

Kapitalisasi pasar ENRG saat ini berada di level Rp4,91 triliun, menjadikannya sebagai salah satu emiten sektor energi dengan bobot menengah yang tetap relevan di tengah volatilitas harga minyak global. Di tengah tren transisi energi yang kian ramai dibicarakan dan fluktuasi tajam harga komoditas, ENRG masih memiliki daya tarik tersendiri. 

Bagi investor yang mengincar emiten berbasis energi fosil namun memiliki valuasi rendah serta likuiditas yang cukup terjaga, prospek saham ENRG 2025 untuk investasi jangka menengah layak diperhitungkan. Namun seperti biasa, kuncinya tetap ada pada kedisiplinan dalam memantau kinerja keuangan dan proyek strategis perusahaan dalam beberapa kuartal ke depan.

Saham Migas Undervalued, Keunggulannya?

PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) tengah menjadi perbincangan hangat di kalangan pelaku pasar, khususnya bagi investor yang sedang membidik saham energi dengan valuasi terdiskon dan prospek pemulihan di 2025. 

Saat ini, saham ENRG diperdagangkan dengan price-to-earnings ratio (PER) hanya 4 kali dan price-to-book value (PBV) 0,40 kali, angka yang secara teknikal menempatkannya di jajaran saham undervalued. Dengan earnings yield menyentuh 24,67 persen, wajar bila saham ENRG disebut-sebut sebagai salah satu saham energi termurah di BEI yang berpotensi rebound pada 2025.

Dari sisi kinerja keuangan, ENRG membukukan laba bersih TTM sebesar Rp1,21 triliun, dengan margin laba bersih kuartalan mencapai 15,34 persen. Return on equity (ROE) berada di level 9,79 persen, sementara return on assets (ROA) sebesar 4,62 persen, cukup menggambarkan efisiensi kinerja di tengah tekanan biaya dan fluktuasi harga energi global. 

EBITDA TTM perusahaan berada di kisaran Rp4,1 triliun, dengan rasio EV/EBITDA hanya 2,21 kali, yang mengindikasikan saham ini masih diperdagangkan jauh di bawah nilai potensi cash flow-nya. Ditambah lagi, PEG ratio yang rendah di angka 0,28 memperkuat sinyal bahwa saham ENRG saat ini masih sangat layak dikoleksi bagi investor jangka menengah yang mengejar pertumbuhan nilai saham.

Namun tak bisa dimungkiri, tantangan ENRG juga tidak ringan. Perusahaan mencatatkan free cash flow negatif sebesar Rp257 miliar akibat tekanan dari belanja modal yang cukup besar (Rp4,3 triliun). Selain itu, posisi utang juga perlu dicermati. Total liabilitas mencapai Rp15 triliun, dengan current ratio hanya 0,59 dan quick ratio 0,49. 

Ini artinya, perusahaan masih perlu memperkuat modal kerja agar bisa lebih leluasa menghadapi kewajiban jangka pendek. Meski demikian, likuiditas pasar untuk saham ini tetap terjaga, didukung oleh kapitalisasi pasar sebesar Rp4,91 triliun dan volume perdagangan yang aktif.

Melihat harga sahamnya yang saat ini bertahan di kisaran Rp198 dengan performa 5 tahun yang melonjak 296 persen, ENRG jelas punya daya tarik historis. Meski kinerja jangka pendek sempat loyo, saham ini tetap berpeluang naik bila perusahaan bisa memperbaiki struktur utang dan membalikkan arus kas menjadi positif. 

Jadi bagi investor yang tengah mencari saham migas undervalued dengan potensi pemulihan di tengah transisi energi nasional 2025, ENRG adalah kandidat yang layak untuk dimasukkan ke dalam watchlist. Tentu dengan catatan tetap cermat memantau kinerja kuartalan dan arah kebijakan manajemen ke depan.

Inovasi 2025

PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), emiten energi yang berada di bawah naungan Grup Bakrie, tengah memanaskan mesin bisnisnya sepanjang 2025.

Di tengah sorotan pasar terhadap emiten migas yang efisien dan agresif, ENRG mengalokasikan belanja modal hingga USD170 juta untuk menjalankan sejumlah proyek energi strategis. 

Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa proyek energi PT Energi Mega Persada 2025 bukan hanya soal mempertahankan kinerja, melainkan memperluas cakupan operasional secara signifikan, baik di hulu migas maupun dalam mendukung agenda transisi energi nasional.

Fokus utama ENRG tahun ini adalah peningkatan produksi minyak dan gas bumi sekitar 10–15 persen dibandingkan 2024. Target ini didorong oleh optimalisasi dari blok-blok utama yang sudah eksisting seperti Bentu dan Malacca, serta pengembangan lebih lanjut atas aset-aset baru hasil akuisisi, termasuk Blok Sengkang, Siak, dan Kampar. 

Selain memperkuat basis produksi, perusahaan juga melanjutkan eksplorasi aktif di Blok Gebang yang ditargetkan mulai memproduksi migas pada semester kedua 2026. Langkah-langkah ini sekaligus mempertegas posisi ENRG sebagai salah satu emiten migas Indonesia dengan proyek eksplorasi dan pengembangan paling agresif di 2025.

Tak hanya bermain di jalur konvensional, ENRG juga merambah proyek-proyek yang selaras dengan arah global menuju energi bersih. Bersama anak usahanya, PT Pema Global Energi (PGE), perusahaan menyiapkan pengembangan proyek Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) di Lapangan Arun, Aceh. Lokasi ini bahkan disebut sebagai salah satu titik penyimpanan karbon paling potensial di Asia Tenggara, dengan kapasitas mendekati 16 triliun kaki kubik (TCF). 

Proyek ini diharapkan menjadi tonggak kontribusi ENRG dalam mendukung agenda transisi energi Indonesia menuju net zero emission 2060, sekaligus membuka peluang komersialisasi teknologi karbon ke depan.

Di samping strategi organik, ENRG juga membuka pintu akuisisi terhadap aset migas baru yang sudah berproduksi. Ini merupakan bagian dari ekspansi anorganik yang ditargetkan mampu menjaga pertumbuhan produksi tahunan secara berkelanjutan. 

Dalam kombinasi tersebut - optimalisasi aset lama, eksplorasi blok baru, proyek CCS/CCUS, dan potensi akuisisi - terlihat jelas bahwa ENRG tengah menyusun fondasi kuat untuk menjadi perusahaan migas nasional berbasis efisiensi dan keberlanjutan di 2025 dan seterusnya.

Bagi investor yang mencermati arah jangka menengah sektor energi, langkah-langkah strategis ENRG tahun ini bisa menjadi indikasi menarik. Dengan keberanian mengeksekusi proyek-proyek besar dan ketertarikan terhadap inovasi karbon, ENRG tak lagi hanya sekadar bermain di pasar komoditas, tetapi juga menunjukkan kesiapannya menjawab tantangan zaman baru energi.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79