KABARBURSA.COM- Manajemen PT Cisadane Sawit Raya Tbk (Perseroan) (CSRA) telah mengumumkan rencana pembelian kembali (buy back) saham. Corporate Secretary CSRA, Iqbal Prastowo menyampaikan perkiraan dana untuk pembelian kembali saham sebanyak-banyaknya adalah Rp90 miliar. Angka ini tidak termasuk biaya prantara perdagangan efek dan biaya lainnya yang terkait dengan pembelian kembali saham.
"Perkiraan jumlah lembar saham yang akan dibeli kembali kurang lebih sebesar 4,4 persen atau kurang lebih sebanyak 90 juta lembar saham dari total lembar saham yang telah dikeluarkan oleh Perseroan," ungkap Iqba dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin, 15 September 2025.
Iqbal menyebut jumlah maksimum saham yang dapat dibeli kembali tetap mempertahatikan jumlah saham free float perseroan.
"Dan tidak akan lebih rendah dari 20 persen dari jumlah saham tercatat sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku," ungkapnya.
Iqbal menuturkan, pelaksanaan buyback saham merupakan salah satu bentuk usaha CSRA untuk mendukung stabilitas pasar modal, meningkatkan nilai pemegang saham, dan kinerja saham Perseroan.
"Sehingga akan memberikan fleksibilitas yang besar kepada Perseroan dalam mengelola modal untuk mencapai strukutur permodalan yang lebih efisien," tutur dia.
Perseroan berharap langkah buyback saham ini bisa menjaga stabilitas harga saham agar lebih mencerminkan kinerja Perseroan. Adapun manajemen CSRA menyampaikan periode jadwal buyback dimulai pada 16 September hingga 15 Desember 2025.
"Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menjaga keharmonisan antara kondisi pasar dan fundamental Perseroan, serta menjaga kepercayaan para pemangku kepentingan dalam usaha Perseroan mendukung pertumbuhan berkelanjutan," pungkas Iqbal.
Industri Kelapa Sawit Cerah, CSRA Siapkan Langkah Ini
PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) mencanangkan beberapa strategi menyambut prediksi gemilangnya prospek industri kelapa sawit di Indonesia.
Seperti diketahui, industri kelapa sawit memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia, berkontribusi pada ketahanan pangan, energi, dan ekonomi. Namun, Manajemen CSRA mengungkap, saat ini industri kelapa sawit Indonesia menghadapi berbagai tantangan dan peluang yang mempengaruhi kinerjanya.
"Secara keseluruhan, industri kelapa sawit Indonesia pada tahun 2025 menunjukkan prospek yang cerah dengan peluang pertumbuhan yang signifikan," tulis manajemen CSRA dalam keterangannya, Senin, 24 Maret 2025.
Namun disebutkan, tantangan seperti kebijakan energi domestik, ketatnya persaingan global, dan kebutuhan akan inovasi teknologi harus dihadapi untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan.
Manajemen CSRA memperkirakan sektor perkebunan sawit Indonesia akan mengalami pertumbuhan pesat pada tahun 2025, didorong oleh kenaikan harga CPO diatas 7,2 persen menjadi MYR 4.500 per ton dan terus tumbuh.
Selain itu, produksi CPO diproyeksikan tumbuh sebesar 3,9 persen, terutama setelah berakhirnya fenomena El Nino pada Mei 2024 lalu.
Peluang itu pun bakal dimanfaatkan oleh CSRA untuk mempercepat ekspansi perusahaan, ekspansi anorganik, dan investasi strategis.
Direktur Keuangan & Pengembangan Strategis CSRA Seman Sendjaja mengatakan, perusahaan telah mengalokasikan anggaran untuk belanja modal (Capex) sebesar Rp100 miliar, di antaranya ialah 50 persen digunakan untuk menuntaskan pembangunan pabrik kelapa sawit ketiga di kabupaten Banyuasin yang di rencanakan mulai beroperasi pada Juli 2025.
"Dan 50 persen sisanya untuk pembayaran ganti rugi tanam tumbuh (GRTT) dan penanaman areal baru di wilayah operasional region Sumatera Selatan," ujar dia dalam keterangan tertulisnya dikutip, Senin, 24 Maret 2025.
Seman melanjutkan, pihaknya juga telah menerapkan strategi untuk meninjau peluang dalam mengakuisisi lahan baru, dengan prioritas dekat dengan area perkebunan Perseroan yang sudah ada agar mudah mengintegrasikan operasional CSRA.
Dia melihat, kini perusahaan memiliki pertumbuhan yang kuat, dengan fokus pada memulihkan margin bruto Perusahaan. Untuk mendukung pencapaian tujuan pendapatan jangka panjang, katanya, CSRA akan meningkatkan investasi di pabrik dan mekanisasi.
"Perusahaan juga memprioritaskan penciptaan arus kas yang kuat seiring dengan langkah-langkah pengembangan strategis yang sedang dijalankan oleh Perusahaan," tuturnya.
Menurut dia, pengembangan tersebut mencakup ekspansi operasional, peningkatan kapasitas produksi, serta adopsi teknologi baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.