KABARBURSA.COM – PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO), produsen kakao dan cokelat, resmi mengumumkan rencana aksi korporasi berupa Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu II (PMHMETD II) senilai maksimal Rp266,95 miliar.
Perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2,67 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp100 per saham.
Manajemen COCO dalam prospektus tambahan menyebut setiap pemegang satu saham lama berhak memperoleh tiga HMETD yang dapat digunakan untuk membeli saham baru.
Periode perdagangan dan pelaksanaan HMETD ditetapkan pada 14–20 Oktober 2025, sementara pencatatan saham hasil rights issue akan dilakukan di Bursa Efek Indonesia.
Mahogany Global Investment Pte. Ltd, pemegang saham pengendali dengan kepemilikan 61,12 persen atau 543,8 juta saham, telah menyatakan kesanggupan penuh untuk melaksanakan seluruh haknya.
Selain itu, Mahogany juga bertindak sebagai pembeli siaga untuk menyerap sisa saham baru hingga maksimal 868,47 juta lembar.
Jika seluruh saham baru terserap, struktur modal ditempatkan dan disetor penuh COCO akan meningkat dari 889,86 juta saham menjadi 3,56 miliar saham.
Namun, apabila hanya Mahogany dan PT Inter Jaya Corpora (pemegang 5,69 persen saham) yang mengeksekusi HMETD, maka kepemilikan publik dapat terdilusi signifikan hingga tersisa 8,72 persen.
COCO merinci dana hasil rights issue akan difokuskan pada belanja modal sekitar Rp85 miliar untuk pembelian mesin-mesin produksi midstream seperti roasting, grinding, refining, cocoa powder line, hingga laboratorium.
Investasi ini ditujukan untuk memperluas diversifikasi usaha dari downstream ke midstream cocoa products, mencakup cocoa butter, cocoa mass, hingga cocoa powder.
Selain itu, sekitar Rp40 miliar akan dialokasikan untuk mendukung fasilitas produksi existing melalui pembelian dan relokasi mesin, pembangunan ruang pendingin, serta implementasi sistem ERP guna memperkuat infrastruktur teknologi informasi.
Sementara sisanya akan digunakan sebagai modal kerja, termasuk pembelian bahan baku, biaya tenaga kerja, riset, serta pembayaran utang usaha.
Manajemen menegaskan, pengembangan lini midstream akan memperluas rantai nilai COCO sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan setengah jadi impor.
Dengan adanya fasilitas baru, perseroan berharap dapat meningkatkan daya saing harga, memperkuat kontrol kualitas, serta membuka peluang ekspor produk kakao olahan ke pasar global.
“Diversifikasi ini diharapkan membuat COCO lebih kompetitif di pasar dalam negeri dan mampu memperluas penetrasi ke pasar ekspor bernilai tambah,” tulis manajemen dalam prospektus.
Manajemen mengingatkan risiko utama yang dihadapi perseroan adalah ketersediaan bahan baku kakao, sementara risiko tambahan mencakup kontaminasi saat produksi, persaingan usaha, dan ketergantungan pada pelanggan utama.
Meski kinerja keuangan COCO masih mencatatkan rugi bersih Rp45,79 miliar pada kuartal I 2025, manajemen menilai rights issue ini dapat memperbaiki fundamental perusahaan dalam jangka menengah melalui penguatan modal dan diversifikasi usaha. (*)