Logo
>

CPO Naik, Sentimen Global dan Kebijakan Dorong Pemulihan Harga

Prediksi menyebutkan bahwa ekspor sawit Indonesia ke Uni Eropa bakal terdongkrak pada 2026

Ditulis oleh Pramirvan Datu
CPO Naik, Sentimen Global dan Kebijakan Dorong Pemulihan Harga
Ilustrasi industri sawit. Foto: dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Harga minyak sawit berjangka di Malaysia kembali menanjak pada Kamis, mencetak kemenangan beruntun dua sesi. Arah positif ini didorong oleh dorongan harga minyak kedelai, lonjakan ekspor, serta penangguhan aturan anti-deforestasi Uni Eropa selama satu tahun.

    Kontrak CPO bulan Desember di Bursa Malaysia Derivatives Exchange melonjak 40 ringgit (0,91  persen) menjadi 4.419 ringgit/ton (USD 1.049,15) pada sesi tengah hari. Laporan Reuters di Kuala Lumpur mencatat momentum tersebut.

    Menurut David Ng, trader di Iceberg X Sdn Bhd, penguatan “soyoil” dan performa ekspor yang solid menjadi pendorong utama. Data AmSpec Agri Malaysia menegaskan hal ini: ekspor sawit Malaysia selama 1–25 September naik 11,3  persen dibanding periode sama bulan sebelumnya. Intertek Testing Services juga akan merilis estimasi serupa hari ini.

    Penangguhan penerapan Regulasi Deforestasi Uni Eropa (EUDR) menjadi katalis krusial. Uni Eropa pada 23 September mengumumkan penundaan regulasi yang sebelumnya akan melarang impor komoditas—termasuk CPO—yang terkait deforestasi. Keputusan ini memberi ruang bernapas bagi eksportir sawit dan memperkuat sentimen pasar, menurut Ng.

    Prediksi menyebutkan bahwa ekspor sawit Indonesia ke Uni Eropa bakal terdongkrak pada 2026, didukung perjanjian perdagangan bilateral, seperti diungkap sumber dari asosiasi industri Indonesia.

    Sementara itu, pergerakan harga komoditas global turut memperkuat dinamika. Minyak kedelai di Dalian melonjak 1,24 persen, kontrak sawit terkait menguat 1,59 persen. Di Chicago Board of Trade, harga kedelai naik 0,44  persen. CPO pun cenderung mengikuti jejak minyak nabati lain dalam persaingan pangsa pasar global.

    Namun, harga minyak mentah melemah di sesi Asia, setelah sebelumnya menyentuh level tertinggi dalam tujuh minggu. Aksi ambil untung dan ketidakpastian pasokan serta permintaan menjadi penyebab utama penurunan. Kondisi ini membuat CPO relatif kurang menarik sebagai bahan baku biodiesel.

    Ringgit Malaysia melemah 0,19  persen terhadap dolar AS, menjadikan CPO lebih murah bagi pembeli dengan mata uang asing. Secara teknikal, analis Reuters Wang Tao memproyeksikan harga CPO bisa menanjak ke kisaran 4.457–4.492 ringgit/ton dalam waktu dekat.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.