Logo
>

CTRA Diprediksi Untung Usai BI Rate Dipangkas, Intip Kinerja Sahamnya

Ditulis oleh Hutama Prayoga
CTRA Diprediksi Untung Usai BI Rate Dipangkas, Intip Kinerja Sahamnya

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dikatakan bakal diuntungkan setelah adanya pemotongan suku bunga acuan atau BI Rate. Hal tersebut dikarenakan pemangkasan suku bunga akan membuat bunga kredit menurun. Lalu, bagaimana kinerja saham emiten CTRA?

    Berdasarkan data yang dihimpun KabarBursa.com dari Stockbit pada Sabtu, 21 September 2024, kinerja CTRA dalam sepekan mengalami kenaikan dengan catatan 1.91 persen. Hal ini berbanding terbalik dengan capaian selama satu bulan terakhir yang mencatat performa 0.75 persen.

    Dalam kurun waktu TTM (Trailing Twelve Months), nilai rasio Return On Equity yang dicatatkan CTRA sebesar 10.21 persen. Angka ini menunjukkan perusahaan sukses memanfaatkan modal yang dipunya dalam mendatangkan laba.

    Sementara dari sisi current ratio, CTRA memiliki nilai rasio sebesae 2.18, yang menandakan jika perusahaan bisa membayar kewajiban jangka pendek menggunakan aset lancar.

    Adapun CTRA mampu meraup net income sebesar Rp546 miliar pada kuartal II 2024. Angka ini tumbuh dibanding tahun lalu dalam periode yang sama, yakni Rp366 miliar.

    Pendapatan bersih CTRA pada tahun ini diproyeksikan menyentuh Rp2,05 triliun, naik dibanding tahun lalu senilai Rp1,8 triliun.

    Untuk neraca keuangan, CTRA memiliki aset lancar sebesar Rp27,3 triliun pada kuartal II 2024. Angka ini naik dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp24,1 triliun.

    CTRA Diuntungkan jika Suku Bunga Acuan Turun

    PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dinilai bisa diuntungkan ketika suku bunga acuan atau BI rate mengalami penurunan.

    Head of Invesment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina mengatakan penjualan marketing sales CTRA mayoritas berasal dari kredit pemilikan rumah (KPR).

    “CTRA mungkin akan menjadi perusahaan yang paling dapat manfaat dengan penurunan suku bunga, karena sekitar 50-60 persen dari penjualan marketing salesnya CTRA itu kan dari KPR,” ujarnya dalam acara ‘Media Day’ yang diselenggarakan Mirae Asset Sekuritas, di Jakarta, Kamis, 12 September 2024.

    Selain itu, Martha menyebut target pasar dari CTRA ialah kelas menengah ke bawah. Hal ini berbeda dengan emiten-emiten besar lainnya seperti PANI, BSDE, PWON, dan SMRA yang memiliki target pasar kelas menengah ke bawah.

    “Jadi CTRA yang menengah ke bawah akan sangat relate dengan penurunan suku bunga,” kata dia.

    Di sisi lain, Martha memandang lima emiten properti terbesar seperti CTRA, PANI, BSDE, PWON, dan SMRA memiliki daya tarik masing-masing.

    Menurut dia, untuk investor yang cenderung menginginkan growth atau keuntungan, bisa memilih PANI.

    “Sementara untuk yang lebih konservatif dan valuasinya lebih murah, kita sarankan ke BSDE,” ucapnya.

    Harga Properti Tumbuh Terbatas

    Diberitakan sebelumnya, Survei Harga Properti Residensial (SHPR) mencatat peningkatan terbatas di kuartal II 2024. Berdasarkan survei yang dirilis Bank Indonesia (BI), SHPR yang meningkat terbatas terlihat dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) sebesar 1,76 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

    Adapun angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan periode sebelumnya di kuartal I 2024 sebesar 1,89 persen yoy. Di sisi lain, penjualan properti residensial di pasar primer tercatat tumbuh sebesar 7,30 persen yoy, melambat dibandingkan penjualan triwulan sebelumnya sebesar 31,16 persen yoy.

    “Perlambatan penjualan rumah primer tersebut terjadi pada seluruh tipe rumah, terutama pada rumah tipe kecil,” kata Departemen Komunikasi sekaligus Asisten Gubernur BI, Erwin Haryono, dalam keterangannya Jum’at, 16 Agustus 2024.

    Dari sisi pembiayaan, kata Erwin, hasil survei menunjukkan pembiayaan pembangunan properti residensial terutama bersumber dari dana internal pengembang dengan pangsa sebesar 74,69 persen.

    Sementara dari sisi konsumen, BI mencatat pembelian rumah primer mayoritas dilakukan melalui skema pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), dengan pangsa sebesar 75,52 persen dari total pembiayaan.

    Dorong Pertumbuhan Ekonomi

    Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan bahwa keputusan penurunan suku bunga (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen tersebut konsisten dengan rendahnya prakiraan inflasi pada tahun 2024 dan 2025 dalam sasaran 2,5±1 persen.

    “Penurunan BI Rate telah sesuai dengan stabilitas nilai tukar rupiah, perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi,” kata Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu, 18 September 2024.

    BI juga menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6,75 persen.

    Selain itu, Perry menyebutkan, bahwa BI juga terus memantau peluang untuk menurunkan suku bunga kebijakan dengan mempertimbangkan proyeksi inflasi yang tetap rendah, nilai tukar rupiah yang stabil dan cenderung menguat, serta kebutuhan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

    Kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran juga difokuskan pada dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Pelonggaran kebijakan makroprudensial tetap dijalankan guna mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk sektor UMKM dan ekonomi hijau, dengan tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian.

    Kebijakan sistem pembayaran pun diarahkan untuk berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan, khususnya di sektor perdagangan dan UMKM, dengan memperkuat infrastruktur, struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas penerimaan digitalisasi sistem pembayaran.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.