KABARBURSA.COM - Nilai pasar seluruh kripto turun drastis pada hari Minggu, 4 Agustus 2024 kemarin mengalami penurunan hingga USD270 miliar atau sekitar Rp4.347 triliun dalam waktu 24 jam. Penurunan ini terjadi karena investor secara masif menjual aset-aset berisiko seperti Bitcoin dan Ether.
Berdasarkan data CoinGecko, Senin, 5 Agustus 2024, menunjukkan Bitcoin turun hingga 11 persen dan Ether turun 21 persen selama 24 jam. Hal ini membuat nilai keseluruhan kripto anjlok sekitar USD270 miliar.
Saat ini, ekuitas di pasar Asia-Pasifik sedang mengalami penurunan. Nikkei 225 Jepang turun hingga 7 persen, yang merupakan lanjutan dari kerugian yang dimulai pekan lalu. Penurunan ini terjadi setelah Bank of Japan (BoJ) mengumumkan rencananya untuk meningkatkan suku bunga acuannya ke level tertinggi dalam 16 tahun.
Di Amerika Serikat (AS), Nasdaq mengalami penurunan signifikan sebesar 3,4 persen minggu lalu, memasuki wilayah koreksi dan menandai tiga minggu terburuk bagi indeks yang banyak berisi saham teknologi sejak September 2022. Saham Amazon dan Nvidia turut berkontribusi terhadap penurunan tersebut.
“Penurunan saham minggu lalu sebagian besar terkait dengan laba perusahaan yang mengecewakan, laporan pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan, tingkat pengangguran yang lebih tinggi dari yang diharapkan, dan penurunan dalam sektor manufaktur,” kata CoinGecko.
Di tengah kondisi tersebut, Federal Reserve AS (The Fed) memilih untuk mempertahankan suku bunga acuannya tetap stabil dan tidak menjanjikan penurunan suku bunga pada bulan September. Suku bunga yang lebih rendah cenderung berkorelasi dengan kinerja yang lebih baik untuk aset berisiko.
Bitcoin Merosot ke Level USD54 Ribu
Sementara itu, harga Bitcoin telah mencapai level terendah sejak Februari 2024. Mata uang kripto terbesar di dunia ini diperdagangkan sekitar USD54.000 atau sekitar Rp869,4 juta. Meski demikian, harganya masih mencatatkan kenaikan hampir 23 persen tahun ini.
Sementara, harga ether, token asli yang mendukung blockchain ethereum, turun menjadi sekitar USD2.300 atau sekitar Rp37,03 juta, dan telah menghapus keuntungannya untuk tahun ini. Sedangkan, token BNB Binance mengalami penurunan lebih dari 15 persen, dan Solana diperdagangkan 10 persen lebih rendah.
Kondisi buruk pasar kripto diperkirakan akan segera dirasakan oleh investor yang lebih luas. Ini terjadi setelah Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menyetujui dana yang diperdagangkan di bursa spot baru, atau ETF bitcoin spot, untuk bitcoin dan ether.
ETF telah melihat ratusan juta dolar AS mengalir ke koin tersebut. pada, Jumat, 2 Agustus lalu, Morgan Stanley akan segera mengizinkan 15.000 penasihan keuangannya untuk menawarkan ETF Bitcoin kepada kliennya.
Ini merupakan langkah pertama di antara bank-bank besar Wall Street untuk mengadopsi kripto ke dalam portofolio investasinya.
Tantangan Baru Bitcoin
Jaringan Bitcoin (BTC) saat ini sedang menghadapi tantangan besar karena adanya penurunan daya komputaso (hashrate) dan pendapatan penambangan yang signifikan.
Setelah mencapai puncak pada 667 exahash per detik (EH/s) pada 25 Juli, hashrate jaringan turun menjadi 629 EH/s pada 4 Agustus 2024.
Penurunan ini disebabkan oleh sejumlah hal utama, mulai dari penurunan hashrate hingga aktivitas transaksi.
Penurunan Hashrate dan Pendapatan Penambangan
Pada Agustus 2024, pendapatan harian per petahash per detik (PH/s), yang disebut hashprice, turun ke level terendah sepanjang masa sebesar USD42,78 per PH/s. Peningkatan kesulitan penambangan membuat aktivitas penambangan menjadi kurang menguntungkan. Terutama, karena turunnya harga Bitcoin di bawah level USD61.000, padahal beberapa hari sebelumnya telah meraih USD70.000.
Karena penurunan profitabilitas ini, sekitar 48 EH/s daya komputasi keluar dari jaringan sejak akhir Juli, menunjukkan berkurangnya daya komputasi yang digunakan untuk mengamankan dan memverifikasi transaksi Bitcoin.
Sementara itu, pada Juli 2024, pendapatan biaya transaksi Bitcoin juga menurun drastis, dengan penurunan sebesar 75 persen dibandingkan bulan Juni.
Sejak 5 Juli, biaya transaksi rata-rata berada di bawah USD1,60 per transaksi, dengan biaya transfer rata-rata saat ini sebesar 7,7 satoshi per byte virtual (sats/vB).
Menurut data dari Mempool.space, sebagian besar transaksi diproses dengan biaya antara 1-4 sats/vB, dengan beberapa transfer bahkan kurang dari USD1.
Meskipun biaya lebih rendah, aktivitas transaksi tetap kuat. Jaringan mencatat lebih dari 800.000 transaksi yang dikonfirmasi per hari pada beberapa kesempatan sejak 21 Juli, dan jumlah transaksi yang dikonfirmasi per hari tetap di atas 445.000.
Perkembangan ini menimbulkan tantangan besar bagi penambang Bitcoin, yang menghadapi penurunan pendapatan di tengah meningkatnya biaya operasional.
Kendati demikian, seiring jaringan Bitcoin terus berkembang, maka ketahanan para penambang dan ekosistem yang lebih luas akan diuji. Situasi saat ini menyoroti sifat pasar kripto yang berubah-ubah dan kebutuhan adaptasi yang terus menerus oleh para peserta industri ini. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.