Logo
>

Dampak Konflik Timteng Mengerikan bagi Perekonomian RI

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Dampak Konflik Timteng Mengerikan bagi Perekonomian RI

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Konflik berkepanjangan di Timur Tengah (Timteng) dikhawatirkan akan berdampak mengerikan bagi perekonomian Indonesia.

    Karena itu, konflik di Timur Tengah, dalam hal ini antara Israel dan Palestina, harus dicegah demi mengantisipasi potensi buruk terhadap perekonomian global.

    Pengamat Konflik Timur Tengah dan Diplomasi Indonesia, Masyrofah mengatakan, Indonesia menjadi negara yang bisa terkena dampaknya akibat konflik di Timur Tengah. Hal ini dikarenakan Indonesia negara pengimpor minyak dari Timur Tengah.

    "Ini menjadikan titik poin bahwa isu Palestina bukan isu yang harus berlarut-larut lagi, harus segera diselesaikan," ujarnya dalam dialog bertema 'Menakar Dampak Konflik Timur Tengah bagi Indonesia', kemarin.

    Masyrofah melihat, penyelesaian konflik tidak hanya meringankan penderitaan masyarakat Palestina, tetapi juga untuk mencegah dampak ekonomi global yang lebih luas.

    Dia pun berharap, Indonesia bisa berperan dengan menggunakan pengaruh diplomatiknya untuk mendorong dialog dan perundingan damai antara pihak-pihak yang berkonflik.

    Salah satunya diplomasi Indonesia yang konsisten mendorong 'Solusi Dua Negara' atau Two State Solutions antara Israel dan Palestina menjadi jalan keluar terbaik untuk mencegah konflik yang berlarut-larut.

    "Two State Solutions menjadi salah satu solusi, sehingga pada akhirnya konflik ini bisa diselesaikan," jelas dia.

    Masyrofah menyebut, konflik di Timur Tengah juga bisa mengganggu pasokan barang dan jasa, yang pada akhirnya berimbas pada kenaikan harga produk dan inflasi.

    Dia memandang, kini terdapat momentum penyelesaian konflik Israel-Palestina setelah Palestina diberi pengakuan oleh tiga negara Eropa yaitu Norwegia, Irlandia, dan Spanyol.

    "Tiga negara Eropa sudah mengakui negara Palestina, ini jadi momentum bahwa isu Palestina ini harus segera diselesaikan, tidak boleh berlarut-larut lagi," katanya.

    Namun, Masyrofah ingin upaya diplomasi harus dibarengi dengan langkah-langkah konkret untuk mencegah dampak buruk ekonomi yang lebih luas. Hal ini termasuk diversifikasi sumber energi, memperkuat ketahanan pangan, dan mendorong perdagangan dan investasi antar negara.

    "Jadi menjaga kestabilan ekonomi Indonesia sangat penting, karena dinamika geopolitik di Timur Tengah berdampak langsung ke Indonesia," pungkasnya.

    Indonesia sendiri secara konsisten menggaungkan aksi damai dalam konflik Timur Tengah. Hal ini dilakukan agar perekonomian dalam negeri stabil, usai kondisi kembali menegang setelah Israel melakukan serangan ke Rafah, Palestina pada 26 Mei 2024 lalu.

    Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Abdul Kadir Jailani, mengatakan konflik di Timteng saat ini memiliki potensi cukup besar mempengaruhi perekonomian nasional.

    “Kita tahu, apabila konflik ini berlanjut dan dampaknya terhadap dinamika pasar minyak, dapat menghalangi supply chains di Laut Merah, tentunya juga mempengaruhi nilai tukar,” ujar Abdul di acara yang sama.

    Abdul menuturkan apabila konflik di Timteng berkembang menjadi konflik tingkat regional ataupun tingkat kawasan, kemungkinan besar dampaknya akan sangat besar. “Tidak hanya mengenai supply saja, dampaknya juga akan mempengaruhi sektor moneter dan sebagainya,” tuturnya.

    Abdul menegaskan Indonesia memiliki kepentingan untuk mengelola krisis di Timteng. Dia bilang, hal ini bukan hanya persoalan solidaritas, tapi juga untuk melindungi kepentingan nasional.

    Menurut dia, Indonesia telah melakukan diplomasi untuk mengelola krisis tersebut, salah satunya adalah mendorong berhentinya kekerasan di Timteng, khususnya di Gaza. “Karena bagi kita berhentinya kekerasan itu akan menimbulkan deklarasi keadaan yang  akan berdampak positif,” jelas.

    Lanjut Abdul, Indonesia akan terus memberi bantuan kemanusiaan untuk warga di Gaza.  Dan yang terakhir, Indonesia akan memulai kembali pembicaraan damai antara Israel dan Palestina.

    Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro & Keuangan Kemenko Perekonomian, Ferry Irawan menyatakan perekonomian Indonesia masih stabil meski ada konflik di Timteng.

    “Sampai saat ini kinerja ekonomi atau mata uang kita itu masih cukup bagus,” kata Ferry.

    Dari berbagai indikator nilai tukar misalnya, kata Ferry, Indonesia masih lebih baik dengan depresiasi yang terjadi di sejumlah negara di dunia. “Kalau kita lihat sampai saat ini, misalnya yang paling tinggi depresiasinya itu Jepang minus 10,13 persen, kemudian ada Turki yang 8,65 persen,” ucapnya.

    Konflik di Timteng memang sangat berpengaruh terhadap ekonomi, terutama dari harga minyak. Seperti misalnya eskalasi ketegangan di Timteng beberapa waktu lalu sempat mengerek harga minyak naik karena Israel menolak usulan gencatan senjata untuk Jalur Gaza.

    Kabinet perang Israel menolak proposal gencatan senjata yang disetujui oleh Hamas. Negara Yahudi ini bersumpah untuk melanjutkan operasi militer di Rafah, sebuah kota besar di Gaza.

    Akibatnya, harga patokan global Brent mendekati angka USD84 per barel setelah mengalami kenaikan sebesar 0,5 persen pada hari Senin, 6 Mei 2024, sedangkan harga West Texas Intermediate (WTI) juga mendekati angka USD79.

    Kemudian selang beberapan hari kemudian, tepatnya pada Senin, 13 Mei 2024 pukul 11.30 WIB, harga minyak jenis WTI turun sebesar 0,17 persen menjadi USD78,069. Sementara harga minyak Brent juga mengalami penurunan sebesar 0,29 persen menjadi USD82,55 per barel.

    Analis dari Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer menyatakan bahwa sentimen utama yang menyebabkan penurunan harga minyak adalah meredanya konflik di Timteng dan fundamental pasar yang semakin menurun.

    “Penurunan harga minyak yang cukup signifikan dapat diantisipasi karena konflik-konflik yang sebelumnya mempengaruhi pasokan minyak kini mereda. Hal ini diharapkan akan berdampak positif pada daya beli di masa mendatang, karena investor dapat memanfaatkan penurunan harga minyak ini untuk investasi,” jelas dia.

    “Meskipun begitu, kita perlu ingat bahwa tren harga saat ini masih menunjukkan kecenderungan penurunan, dipengaruhi oleh penurunan daya beli dan penguatan nilai tukar dolar AS,” ujar Fischer dalam risetnya, Senin, 13 Mei 2024.

    Meski demikian, Fischer memprediksi bahwa minggu ini akan memberikan peluang yang cukup baik untuk penurunan harga minyak, terutama bagi para investor yang tertarik pada minyak jenis WTI. (yog/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.