Logo
>

Dana IPO EMAS untuk Bayar Utang dan Modal Kerja, Begini Analisanya: Samakah dengan Yupi?

Prospektus menunjukkan pendapatan perusahaan turun pada periode tiga bulan yang berakhir 31 Maret 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya

Ditulis oleh Desty Luthfiani
Dana IPO EMAS untuk Bayar Utang dan Modal Kerja, Begini Analisanya: Samakah dengan Yupi?
Hall Bursa Efek Indonesia. Foto: Dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) segera melantai di Bursa Efek Indonesia pada 23 September 2025 dengan harga penawaran Rp1.800 hingga Rp3.020 per saham. Masa penawaran umum dijadwalkan pada 17 sampai 19 September, penjatahan efek pada 19 September, distribusi saham pada 22 September, dan pencatatan perdana pada 23 September 2025. 

    Prospektus menunjukkan pendapatan perusahaan turun pada periode tiga bulan yang berakhir 31 Maret 2025 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dana hasil IPO sebagian besar akan digunakan untuk pelunasan utang dan modal kerja, sehingga investor mempertanyakan apakah saham ini akan mengikuti jejak IPO YUPI yang sempat melemah setelah debut di bursa.

    Berdasarkan prospektus, seluruh dana hasil penawaran umum perdana saham setelah dikurangi biaya emisi akan digunakan untuk beberapa hal. Sekitar 328,4 miliar rupiah akan disalurkan secara bertahap oleh perseroan dalam bentuk uang muka setoran modal kepada PBT untuk membiayai modal kerja seperti pembelian bahan baku utama, biaya listrik, dan biaya karyawan. 

    Dana yang sama juga akan diberikan dalam bentuk pinjaman kepada PETS untuk keperluan modal kerja serupa dengan jatuh tempo fasilitas lima tahun sejak tanggal perjanjian. Sisanya akan digunakan untuk pembayaran lebih awal kepada MCG sesuai perjanjian utang piutang senilai 260 juta dolar Amerika Serikat. Prospektus juga menjelaskan progres pembangunan fasilitas pengolahan PBT meningkat dari 49 persen pada 31 Maret 2025 menjadi 67 persen pada 30 Juni 2025 dengan target 98 persen pada 31 Desember 2025. PETS telah melakukan penambangan namun belum melakukan penjualan atau operasi komersial karena infrastruktur tambang masih dibangun dan ditargetkan selesai Oktober 2025.

    Dalam laporan keuangan yang sama, tercatat rugi usaha, rugi sebelum pajak, rugi periode berjalan, serta rugi komprehensif tahun berjalan yang menunjukkan tekanan pada kinerja. Rasio keuangan juga menunjukkan liabilitas lebih tinggi dibanding ekuitas, rasio lancar rendah, dan interest coverage ratio terbatas. Rasio pertumbuhan kerugian komprehensif periode berjalan pada 31 Maret 2025 dibandingkan 2024 juga menunjukkan penurunan signifikan, menandakan risiko finansial yang perlu dicermati.

    Menanggapi data tersebut, analis pasar modal Traderindo Wahyu Laksono menekankan pentingnya kewaspadaan. “Harga penawaran yang dibuka cukup tinggi yaitu di kisaran Rp1.800 hingga Rp3.020 memang menjadi salah satu daya tarik sekaligus tanda tanya bagi calon investor,” ujarnya Wahyu kepada KabarBursa.com pada Rabu, 17 September 2025.

    Berdasarkan laporan keuangan, pendapatan EMAS memang turun pada periode tiga bulan yang berakhir 31 Maret 2025, sementara dana IPO difokuskan untuk melunasi utang. 

    “Meskipun pelunasan utang bisa mengurangi beban bunga dan memperbaiki struktur permodalan, penggunaannya secara dominan untuk tujuan ini sering kali menimbulkan pertanyaan,” tambahnya.

    Soal potensi nasib saham EMAS apakah akan sama seperti YUPI yang melantai dengan harga tinggi di kisaran Rp2.390 setelah IPO malah terus turun dan saat ini berada di Rp1.625, Wahyu menilai belum bisa dipastikan. 

    “Setiap perusahaan punya fundamental, kondisi pasar, dan sentimen investor yang berbeda,” katanya. Namun ia mengakui pelajaran kasus IPO lain tetap relevan. Pergerakan harga saham pasca IPO sangat dipengaruhi sentimen pasar, fundamental perusahaan, dan valuasi. 

    Jika pasar menilai harga IPO EMAS terlalu mahal atau risikonya tinggi, ada kemungkinan harga saham mengalami tekanan jual setelah IPO sehingga harganya bisa turun mirip seperti IPO overvalued lainnya. 

    “Meski begitu saham tetap bisa berbalik arah jika manajemen berhasil menunjukkan perbaikan kinerja setelah IPO,” ujarnya. 

    Investor yang berani mengambil risiko bisa melihat ini sebagai peluang tetapi harus sangat berhati-hati.

    Mengenai pandangan bahwa IPO adalah langkah terakhir penyelamatan perusahaan, Wahyu menyebut pandangan itu memang sering terdengar dan dalam beberapa kasus benar adanya. “Untuk EMAS penggunaan dana IPO untuk melunasi utang bisa diartikan sebagai upaya memperbaiki struktur keuangan yang mungkin kurang sehat. Tapi ini juga bisa jadi strategi manajemen risiko,” jelasnya. 

    Dengan melunasi utang jangka panjang, perusahaan dapat mengurangi beban bunga dan memperkuat pondasi keuangan sehingga kinerja keuangan di masa depan berpotensi lebih stabil. “Jadi ini bisa dilihat baik sebagai upaya penyelamatan maupun sebagai langkah strategis,” katanya.

    Wahyu memberi beberapa saran untuk investor menyikapi IPO EMAS ini. Ia menekankan pentingnya analisis mendalam, bukan hanya melihat harga pembukaan yang tinggi. Investor harus mempelajari prospektus secara menyeluruh termasuk laporan keuangan, manajemen risiko, dan rencana bisnis. Ia juga mengingatkan risiko investasi di saham IPO yang fundamentalnya mirip EMAS yakni pendapatan turun dan dana IPO dipakai melunasi utang relatif tinggi sehingga investor harus siap menghadapi fluktuasi tajam, bahkan penurunan harga pasca IPO. “Jangan FOMO, jangan terburu-buru membeli hanya karena takut ketinggalan,” ujarnya.

    Mengenai pertanyaan apakah EMAS worth it untuk investasi jangka panjang, Wahyu menegaskan ini sangat tergantung pada profil risiko investor. Investasi jangka panjang pada perusahaan seperti EMAS akan sangat spekulatif pada fase awal. “Kami harus melihat apakah manajemen bisa menunjukkan perbaikan kinerja secara konsisten setelah IPO. Pantau terus laporan keuangan kuartalan berikutnya. Jika perusahaan berhasil membalikkan tren penurunan pendapatan dan laba maka saham ini bisa menjadi menarik,” katanya. 

    Bagi investor konservatif, Wahyu menyarankan lebih bijaksana menunggu beberapa kuartal setelah IPO untuk melihat kinerja EMAS konsisten positif sebelum memutuskan masuk. Secara keseluruhan meskipun ada beberapa poin yang mengkhawatirkan seperti penurunan pendapatan dan penggunaan dana IPO untuk melunasi utang tidak bisa langsung disimpulkan bahwa EMAS akan gagal. "Namun sebagai investor kita harus ekstra hati-hati dan melakukan riset mandiri yang kuat sebelum memutuskan untuk membeli saham ini baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang,” ujar Wahyu.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".