KABARBURSA.COM – PT Superbank Indonesia Tbk mengungkapkan arah penggunaan dana hasil penawaran umum perdana saham atau IPO yang difokuskan untuk mempercepat ekspansi bisnis berbasis inklusi keuangan dan penguatan teknologi digital.
Perseroan mengalokasikan sekitar 70 persen dana IPO sebagai modal kerja untuk mendorong penyaluran kredit ke segmen underbanked, khususnya sektor rill dan UMKM, sementara 30 persen sisanya dialokasikan untuk belanja modal teknologi, termasuk pengembangan produk, payment system, serta penguatan infrastruktur teknologi informasi dan cyber security.
Selain itu, manajemen juga menyatakan kinerja keuangan perseroan mulai menunjukkan titik balik positif, seiring persetujuan Rencana Bisnis Bank atau RBB oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Direktur Keuangan Superbank, Melissa Hendrawati, mengatakan perseroan tidak menargetkan profitabilitas sesaat, melainkan pertumbuhan yang berkesinambungan dengan bertumpu pada kekuatan ekosistem.
“RBB kami so far sudah diterima di OJK. Kami sebagai bank yang sangat mengandalkan ekosistem dan kami bukan cuma pengen sekali profitable, kami pengennya sustainable,” kata Melissa di Gedung BEI, Jakarta pada Rabu, 17 Desember 2025.
Ia mengungkapkan, posisi laba bersih setelah pajak atau Net Profit After Tax Superbank telah mencatatkan hasil positif pada Maret 2025. Capaian tersebut menjadi fondasi bagi pertumbuhan kinerja sepanjang tahun ini.
“Di posisi Maret, NPAT kami sudah positif,” ujarnya.
Melissa menyebutkan, ke depan strategi pertumbuhan akan bertumpu pada peningkatan dana pihak ketiga guna menopang ekspansi kredit secara berkelanjutan.
“Tahun depan kita akan terus mengandalkan kenaikan DPK untuk menopang kenaikan kredit kita,” katanya.
Dari sisi penggunaan dana, Melissa menegaskan sebagian besar dialokasikan untuk mendorong penyaluran kredit ke sektor-sektor yang selama ini belum terlayani optimal oleh industri perbankan.
“70 persen dari dana akan digunakan sebagai modal kerja untuk memperkuat penyaluran kredit ke segmen underbanked, sektor rill dan UMKM,” ujar Melissa.
Menurut dia, segmen underbanked di Indonesia masih sangat besar dan belum tergarap maksimal, sehingga menjadi sumber pertumbuhan utama Superbank ke depan.
“Area itu akan menjadi fokus pertumbuhan utama Superbank,” katanya.
Sementara itu, sekitar 30 persen dana dialokasikan untuk belanja modal, sejalan dengan karakter Superbank sebagai bank digital yang bertumpu pada teknologi dan kecerdasan buatan.
“30 persen dana akan dialokasikan untuk belanja modal, termasuk pengembangan produk, pendanaan, pembiayaan, payment system, memperkuat infrastruktur teknologi informasi, sistem operasional, dan investasi jangka panjang,” ujar Melissa.
Ia menambahkan, investasi tersebut diarahkan agar Superbank tetap berada di garis depan dalam pemanfaatan AI, data analytics, dan cyber security.
“Sehingga kami akan terus terdepan dari segi AI, data analytics, dan cyber,” katanya.
Melissa juga menekankan bahwa ekspansi Superbank tidak hanya berorientasi pada produk perbankan, tetapi juga membawa misi inklusi keuangan yang kuat di Indonesia.
“Kami masuk ke Indonesia bukan cuma memberikan produk perbankan, tapi financial inclusion itu sesuatu yang benar-benar mendalam di Superbank,” ujarnya.
Menurut dia, semangat tersebut tercermin dari keterlibatan dan rasa memiliki para karyawan yang ikut membangun Superbank sejak awal.
“Banyak dari mereka yang memulai perjuangan ini dari awal dan benar-benar merasa memilikinya,” kata Melissa.
Dari sisi operasional, Melissa mengungkapkan sejak peluncuran aplikasi digital pada Juni 2024, Superbank telah melayani lebih dari 5 juta nasabah. Namun, perseroan menilai kualitas pertumbuhan lebih penting dibandingkan sekadar jumlah pengguna.
“Yang kami lihat bukan cuma jumlah nasabah, tapi engagement-nya,” ujarnya.
Engagement tersebut tercermin dari rata-rata transaksi harian yang telah melampaui 1 juta transaksi per hari dan terus menunjukkan tren peningkatan.
“Rata-rata transaksi harian sudah melebihi 1 juta dan tumbuh lebih dari 40 persen pada kuartal ketiga 2025 dibandingkan periode sebelumnya,” kata Melissa.
Ia menilai pertumbuhan transaksi tersebut mencerminkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap layanan Superbank.
“Itu mencerminkan kepercayaan dari masyarakat,” ujarnya.
Dari sisi kinerja keuangan, Melissa menyebut sinergi bisnis Superbank terus memberikan hasil positif hingga Oktober 2025. Perseroan mencatat laba sebelum pajak sebesar Rp105 miliar.
“Superbank mengumumkan laba sebelum pajak sebesar Rp105 miliar,” katanya.
Kinerja tersebut didorong oleh pertumbuhan signifikan pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income yang melonjak 123 persen secara tahunan menjadi Rp1,3 triliun.
“Pendapatan bunga naik 123 persen year on year menjadi Rp1,3 triliun,” ujar Melissa.
Selain itu, dana pihak ketiga juga mencatat pertumbuhan agresif. Hingga Oktober 2025, Dana Pihak Ketiga (DPK) Superbank meningkat 168 persen secara tahunan menjadi Rp10,6 triliun.
“DPK naik 168 persen year on year menjadi Rp10,6 triliun,” kata Melissa.
Manajemen menyatakan akan terus memperbarui kinerja keuangan secara berkala kepada publik. Data lanjutan diproyeksikan akan dirilis secara bersamaan dalam waktu dekat.(*)