KABARBURSA.COM - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan berat selama sepekan terakhir, mencatatkan penurunan 7,83 persen ke level 6.270,597.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), kapitalisasi pasar mengalami penyusutan sebesar 7,68 persen menjadi Rp10.880 triliun dari Rp11.786 triliun pada pekan sebelumnya.
Sementara itu, investor asing mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp2,91 triliun dalam sehari, dengan total dana asing yang keluar sepanjang tahun ini mencapai Rp21,90 triliun.
Kondisi ini digadang-gadang berkaitan dengan gerakan menarik dana secara massal dari bank-bank Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) imbas peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara
Menanggapi hal ini, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan bahwa pemulihan kepercayaan pasar terhadap saham BUMN membutuhkan waktu dan tidak bisa dilakukan secara instan.
"Kita tidak bisa melawan persepsi yang hari ini, seakan-akan yang tadi, mem-benchmarking Danantara dengan Sovereign Wealth Fund (SWF) nggak bagus," ujar Erick saat ditemui di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, 1 Maret 2025.
Kendati dia tetap percaya diri bahwa Danantara dapat memberikan sentimen positif bagi pergerakan IHSG, meskipun prosesnya membutuhkan waktu.
"Harusnya bisa, tapi perlu waktu," katanya
Untuk diketahui, Danantara menaungi setidaknya tujuh BUMN jumbo, yang tiga di antaranya merupakan himpunan bank milik negara (Himbara) yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI.
Pada perdagangan Jumat 28 Februari 2025, saham perbankan yang termasuk dalam portofolio Danantara mengalami tekanan. BMRI turun 1,93 persen ke level 4.570, BBNI anjlok 7,14 persen ke 4.030, sementara BBRI melemah 6,61 persen ke 3.390.
BEI Anjlok 7,83 Persen Sepekan
Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan sejumlah data perdagangan saham selama sepekan terakhir atau pada periode 24-28 Februari 2025 ditutup bervariasi. Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad, mengatakan peningkatan tertinggi terjadi pada rata-rata volume transaksi harian bursa pekan ini.
"Yaitu sebesar 21,62 persen menjadi 22,36 miliar lembar saham dari 18,38 miliar lembar saham pada pekan sebelumnya," ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat, 28 Februari 2025.
Kautsar mengatakan peningkatan turut dialami oleh rata-rata nilai transaksi harian bursa yang mencapai 16,19 persen sehingga menjadi Rp13,69 triliun dari Rp11,78 triliun pada pekan sebelumnya.
Namun, rata-rata frekuensi transaksi harian bursa pekan ini mengalami penurunan sebesar 4,52 persen, menjadi 1,18 juta kali transaksi dari 1,23 juta kali transaksi pada pekan lalu.
"Kapitalisasi pasar bursa pekan ini mengalami perubahan sebesar 7,68 persen menjadi Rp10.880 dari Rp11.786 triliun pada sepekan sebelumnya," katanya.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pekan ini mengalami penurunan hingga sebesar 7,83 persen ke level 6.270,597 dari 6.803,001 pada pekan lalu.
"Investor asing hari ini (kemarin) mencatatkan nilai jual bersih Rp2,91triliun dan sepanjang tahun 2025 ini, investor asing mencatatkan nilai jual bersih Rp21,90 triliun," pungkasnya.
Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan pelemahan IHSG ini memperpanjang tren yang telah berlangsung selama dua pekan terakhir.
Menurutnya, sentimen negatif semakin kuat setelah MSCI (Morgan Stanley Capital International) menurunkan peringkat Indonesia dari Equalweight menjadi Underweight, yang berimbas pada derasnya arus modal asing keluar dari pasar saham domestik.
"Total rebalancing MSCI Indonesia mencapai Rp1,9 triliun atau sekitar USD120 juta, memicu aksi jual masif dan meningkatkan kekhawatiran investor," ujar dia dalam risetnya kepada Kabarbursa.com dikutip, Sabtu, 1 Maret 2025.
Hendra memandang target bottom IHSG diproyeksikan berada di kisaran 6.000–6.100 jika tekanan ini terus berlanjut. Bahkan, kata dia, tidak menutup kemungkinan IHSG menembus di bawah level psikologis 6.000.
Dijelaskan dia, minimnya stimulus dari regulator fiskal dan moneter membuat investor semakin waspada terhadap prospek pasar. Indikator Fear & Greed Index di Amerika Serikat menunjukkan angka 18/100 (Extreme Fear), menandakan tingkat pesimisme pasar yang sangat tinggi.
"Sementara itu, rupiah terus melemah dan mendekati Rp16.550 per USD, menambah tekanan bagi IHSG," katanya. (*)