Logo
>

Dapat Kontrak Emas Baru, HRTA Membuka Pekan dengan Stabil

Ditulis oleh Yunila Wati
Dapat Kontrak Emas Baru, HRTA Membuka Pekan dengan Stabil
Ilustrasi emas produksi HRTA. Foto: Dok HRTA

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Hartadinata Abadi Tbk atau HRTA mengawali pekan dengan bergerak stabil di level Rp500. Padahal, sepanjang pekan kemarin saham anjlok hingga 4,76 persen atau setara dengan 25 poin.

    Sepertinya, kontrak jual beli emas yang baru saja diperoleh Hartadinata Abadi tidak menjadi sentimen positif bagi pergerakan saham.

    Diketahui, pada Senin, 10 Maret 2025, perseroan menandatangani kerja sama strategis dengan PT Emas Murni Abadi (EMA) dan PT Gorontalo Minerals (GM) untuk pemurnian serta jual beli emas sebanyak 5.711 kilogram per tahun. 

    Kesepakatan ini diyakini akan semakin memperkokoh dominasi HRTA di pasar emas nasional, sekaligus memberikan dorongan positif terhadap kinerja operasionalnya.

    Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Corporate Secretary HRTA Ong Deny, menjelaskan bahwa kerja sama ini bertujuan untuk mengembangkan bisnis semua pihak yang terlibat. 

    EMA, yang merupakan anak perusahaan HRTA, memiliki hubungan afiliasi langsung dengan perseroan, sementara GM tidak memiliki keterkaitan afiliasi maupun benturan kepentingan dengan HRTA berdasarkan regulasi pasar modal yang berlaku.

    Manajemen HRTA optimistis bahwa kesepakatan ini akan memberikan manfaat besar bagi perseroan, tidak hanya dalam bentuk ekspansi bisnis tetapi juga dalam meningkatkan efisiensi operasional. 

    Dengan semakin besarnya volume pemurnian dan perdagangan emas yang dikelola, HRTA berpotensi memperluas pangsa pasar serta memperkuat posisinya di industri logam mulia domestik.

    Sementara itu, pergerakan saham HRTA masih menunjukkan dinamika yang menarik. Pada perdagangan Senin, 10 Maret 2025, saham HRTA bertahan di harga Rp500 per lembar, dengan nilai transaksi mencapai Rp7,9 miliar dan volume perdagangan sebesar 16 juta lembar saham. 

    Meski dalam sepekan terakhir harga sahamnya terkoreksi 4,76 persen, dalam satu bulan terakhir HRTA berhasil mencatatkan kenaikan yang cukup signifikan sebesar 11,61 persen.

    Ke depan, kerja sama ini diharapkan menjadi katalis positif bagi HRTA untuk terus mengembangkan bisnisnya di sektor logam mulia. Dengan strategi yang tepat dan sinergi yang semakin kuat, perseroan berpeluang mencatatkan pertumbuhan yang lebih solid di masa mendatang.

    Kinerja Keuangan Kuat dan Solid

    HRTA mencatat pertumbuhan signifikan dalam pendapatan dan profitabilitasnya sepanjang tahun 2024. Dengan total pendapatan tahunan yang mencapai Rp17.721 miliar, perusahaan ini mengalami peningkatan yang cukup besar dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu Rp12.857 miliar pada tahun 2023. 

    Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan signifikan dalam pendapatan kuartal ketiga, yang mencapai Rp5.049 miliar dibandingkan dengan Rp3.156 miliar pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Pertumbuhan tahunan ini menunjukkan strategi bisnis yang efektif dalam menangkap peluang pasar.

    Dari sisi profitabilitas, margin laba kotor dalam kuartal terakhir tercatat sebesar 5,54 persen, sementara margin laba operasional mencapai 4,08 persen, dan margin laba bersih berada di angka 1,91 persen. 

    Meskipun margin laba bersih relatif kecil, tren kenaikan laba menunjukkan efisiensi operasional yang semakin baik. Peningkatan laba bersih tahunan sebesar 29,68 persen mengindikasikan bahwa perusahaan mampu meningkatkan pendapatannya dengan mempertahankan kontrol biaya yang ketat.

    Valuasi perusahaan menunjukkan bahwa sahamnya diperdagangkan dengan Price-to-Earnings (PE) ratio sebesar 5,72 berdasarkan pendapatan tahunan dan 6,62 berdasarkan pendapatan 12 bulan terakhir (TTM). Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan median PE ratio Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 7,65, yang menandakan bahwa saham ini relatif undervalued dibandingkan dengan pasar secara keseluruhan. 

    Selain itu, Price-to-Sales (P/S) ratio berada di angka 0,14, sementara Price-to-Book (P/B) ratio tercatat sebesar 1,05. Dengan rasio harga terhadap arus kas (P/CF) yang mencapai 159,94 dan rasio harga terhadap arus kas bebas (P/FCF) yang negatif (-38,42), terlihat bahwa perusahaan mengalami tantangan dalam menghasilkan arus kas yang stabil dari operasionalnya.

    Dari segi solvabilitas, perusahaan memiliki rasio lancar (current ratio) sebesar 1,95, yang menunjukkan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aset lancar yang tersedia. Namun, rasio cepat (quick ratio) hanya sebesar 0,60, yang menandakan bahwa likuiditas jangka pendek masih perlu diperbaiki karena sebagian besar aset lancar mungkin terkait dengan persediaan. 

    Rasio utang terhadap ekuitas (Debt-to-Equity Ratio) sebesar 1,40 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tingkat utang yang cukup tinggi dibandingkan ekuitasnya, dengan total kewajiban mencapai Rp3.271 miliar dari total aset sebesar Rp5.477 miliar. Meskipun tingkat utang tinggi, perusahaan masih dalam kondisi keuangan yang relatif sehat dengan skor Altman Z sebesar 5,54, yang menunjukkan risiko kebangkrutan yang rendah.

    Dalam hal efektivitas manajemen, Return on Assets (ROA) tercatat sebesar 6,35 persen, sementara Return on Equity (ROE) mencapai 15,82 persen, dan Return on Capital Employed (ROCE) berada di angka 25,95 persen. 

    Tingkat pengembalian ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan aset dan modalnya dengan cukup baik untuk menghasilkan laba. Selain itu, Return on Invested Capital (ROIC) sebesar 11,41 persen menunjukkan bahwa modal yang diinvestasikan dalam bisnis menghasilkan keuntungan yang cukup kompetitif.

    Dari perspektif operasional, perusahaan menunjukkan efisiensi dengan Days Sales Outstanding (DSO) sebesar 15,72 hari, Days Inventory (DI) sebesar 65,81 hari, dan Days Payables Outstanding (DPO) hanya 0,09 hari. 

    Hal ini menghasilkan siklus konversi kas (Cash Conversion Cycle) sebesar 81,44 hari, yang mengindikasikan kecepatan perusahaan dalam mengubah persediaan dan piutang menjadi kas.

    Dalam aspek dividen, perusahaan menunjukkan komitmen dalam memberikan imbal hasil kepada pemegang saham dengan pembayaran dividen sebesar 15,00 per lembar saham, menghasilkan dividend yield sebesar 3,00 persen. 

    Rasio pembayaran dividen (Payout Ratio) sebesar 17,16 persen menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki ruang untuk meningkatkan pembayaran dividen di masa mendatang jika pertumbuhan laba berlanjut.

    Secara keseluruhan, perusahaan menunjukkan pertumbuhan yang kuat dalam pendapatan dan profitabilitasnya, dengan valuasi yang relatif murah dibandingkan dengan pasar. 

    Meskipun menghadapi tantangan dalam likuiditas jangka pendek dan arus kas bebas, tingkat profitabilitas yang solid dan manajemen keuangan yang efektif memberikan prospek positif bagi pertumbuhan di masa mendatang. 

    Dengan posisi keuangan yang cukup stabil dan pertumbuhan laba yang konsisten, saham perusahaan ini dapat menjadi pilihan investasi menarik bagi para investor yang mencari kombinasi antara pertumbuhan dan valuasi yang kompetitif.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79