Logo
>

Dari Receh Jadi Buruan Asing – Fenomena Backdoor Listing yang Siap Mengguncang Pasar

Dari harga recehan Rp25, saham ini mendadak diperebutkan pasar, seiring menguatnya rumor backdoor listing oleh perusahaan raksasa global

Ditulis oleh Pramirvan Datu
Dari Receh Jadi Buruan Asing – Fenomena Backdoor Listing yang Siap Mengguncang Pasar
Hall Bursa Efek Indonesia. Foto: Dok KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Pasar modal Indonesia kembali diramaikan dengan fenomena langka yang membuat banyak mata investor tertuju pada satu nama, PT Diamond Citra Propertindo Tbk. dengan kode saham DADA. Dari harga recehan Rp25, saham ini mendadak diperebutkan pasar, seiring menguatnya rumor backdoor listing oleh perusahaan raksasa global.

    Backdoor listing atau reverse takeover adalah mekanisme ketika perusahaan besar yang belum melantai di bursa “menumpang” lewat perusahaan publik kecil yang sudah ada. Bagi awam, ibarat perusahaan raksasa masuk ke rumah kecil, lalu merenovasinya menjadi gedung pencakar langit. Inilah yang kini sedang ramai dikaitkan dengan DADA.

    Mengapa DADA Diperebutkan?

    Awalnya, harga saham DADA di kisaran Rp25 per lembar. Dengan book value sekitar Rp600 miliar, DADA terlihat biasa saja. Namun, pasar tahu sesuatu yang lebih besar tengah dipersiapkan.

    Perbandingan dengan Raksasa Jepang di bursa saham menurut Analis pasar modal & pakar saham Rendy Yefta seperti berikut:

    Harga Saham Asing (A) di Bursa Tokyo: ¥3.160 – ¥3.170 per lembar (kurs JPY/IDR saat ini: Rp110 – Rp111 per ¥1). Jika dikonversi, maka kisaran Rp347.600 - Rp351.870.

    Harga Saham Asing B di Bursa Tokyo: ¥4.290 – ¥4.332 per lembar (kurs JPY/IDR saat ini: Rp110 – Rp111 per ¥1). Jika dikonversi, maka kisaran Rp471.900 - Rp480.852. Jadi, harga saham asing per lembar dalam rupiah Rp472 ribu – Rp481 ribu.

    “Jika benar raksasa asing ini yang masuk, valuasi DADA akan berubah total. Dari saham receh, bisa jadi multibagger yang spektakuler,” ujar Michael Wijaya, analis pasar modal dan pendiri komunitas @ber_investasi.

    Bandingkan Valuasi: Saham Asing A (Tokyo): ±Rp350 ribu/lembar dan Saham Asing B (Tokyo): ±Rp475 ribu/lembar. DADA (Indonesia): Rp25 → target spekulatif pasca backdoor Rp14.000/lembar. Bahkan di Rp14.000 per lembar, DADA masih dianggap “murah” untuk ukuran investor global yang terbiasa membeli saham ratusan ribu rupiah.

    Analogi untuk Investor Lokal

    Bayangkan Anda punya tanah kecil seharga Rp25 juta. Tiba-tiba, developer kelas dunia datang, membeli tanah itu, dan membangun pusat perbelanjaan modern di atasnya. Apakah nilai tanah Anda tetap sama? Tentu tidak. Nilainya akan berlipat berkali-kali.

    Itulah potensi DADA. Dari Rp25 → Rp500 saja sudah 20x lipat. Dari Rp25 → Rp14.000, masih dianggap “receh” oleh asing.

    "Pasar tidak pernah berbohong. Lonjakan bid berjuta-juta lot, transaksi nego di harga tinggi, dan rumor masuknya investor asing kelas dunia menjadi sinyal kuat bahwa DADA sedang bersiap berubah dari “cacing” menjadi “naga” di bursa."

    Bagi investor lokal, DADA mungkin terlihat saham receh. Tapi bagi asing bermodal triliunan, ini adalah diskon luar biasa yang layak diperebutkan. Saham DADA adalah kesempatan langka untuk berada di awal sebuah transformasi besar.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Pramirvan Datu

    Pram panggilan akrabnya, jurnalis sudah terverifikasi dewan pers. Mengawali karirnya sejak tahun 2012 silam. Berkecimpung pewarta keuangan, perbankan, ekonomi makro dan mikro serta pasar modal.