KABARBURSA.COM – Dolar Amerika Serikat melemah pada Selasa, 24 Juni 2025, waktu Asia setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata penuh antara Iran dan Israel. Kabar ini langsung disambut euforia pasar dan memicu reli aset berisiko dari Asia hingga Eropa.
Trump mengklaim bahwa gencatan senjata “total dan menyeluruh” antara kedua negara akan segera berlaku demi mengakhiri konflik bersenjata yang telah berlangsung selama 12 hari. Pernyataan itu datang hanya berselang beberapa jam setelah kedua pihak saling ancam melancarkan serangan balasan.
Pihak Iran dan Qatar membenarkan bahwa Teheran telah menyetujui gencatan senjata. Sementara itu, stasiun TV Israel, Channel 12, melaporkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga menyetujui gencatan dengan syarat Iran menghentikan seluruh serangannya.
Mata uang yang sensitif terhadap risiko langsung terbang. Dolar Australia (Aussie) menguat 0,35 persen ke level USD0,6483, sedangkan dolar Selandia Baru (Kiwi) naik 0,37 persen ke USD0,5998.
“Ini jelas kabar positif bagi sentimen risiko,” ujar ahli strategi valas senior di National Australia Bank, Rodrigo Catril, dikutip dari Reuters di Jakarta, Selasa.
Meski demikian, ia menekankan pentingnya menunggu rincian lebih lanjut mengenai syarat-syarat gencatan dan kemungkinan kesepakatan damai jangka panjang.
Di sisi lain, dolar AS yang sebelumnya menguat karena permintaan aset safe haven justru tertekan usai kabar perdamaian tersebut mencuat. Terhadap yen Jepang, dolar turun 0,21 persen ke posisi 145,79. Euro naik 0,21 persen menjadi USD1,1602, sementara pound sterling juga naik 0,18 persen ke USD1,3551.
Komentar Trump itu disampaikan melalui platform Truth Social, tak lama setelah Iran meluncurkan serangan rudal ke pangkalan udara AS di Qatar. Serangan itu tidak menimbulkan korban dan dianggap Trump sebagai “respon yang lemah” terhadap serangan sebelumnya dari pihak Amerika.
Di tengah sentimen global yang lebih tenang, tekanan tambahan terhadap dolar juga datang dari pernyataan dovish pejabat The Fed, Michelle Bowman. Ia mengisyaratkan bahwa bank sentral sebaiknya mulai mempertimbangkan pemangkasan suku bunga. Gubernur The Fed lainnya, Christopher Waller, sebelumnya juga menyatakan bahwa penurunan suku bunga bisa dibahas dalam pertemuan bulan depan.
“Ada perbedaan pandangan yang makin tajam di jajaran The Fed menjelang testimoni Jerome Powell,” ujar Tony Sycamore, analis pasar di IG.
Sycamore menambahkan bahwa peluang pemangkasan suku bunga pada Juli masih diremehkan oleh pasar. “Seharusnya lebih tinggi dari itu,” katanya.
Menurut alat pemantau CME FedWatch, peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Juli kini mencapai 20 persen, naik dari 14,5 persen sehari sebelumnya. Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan menyampaikan testimoni di hadapan Kongres AS selama dua hari ke depan, dan pasar akan fokus penuh pada arah kebijakan suku bunga AS ke depan.(*)