KABARBURSA.COM - Dua emiten keramik ini sangat diuntungkan dengan adanya kemarau panjang yang terjadi di Indonesia. PT Cahaya Putra Asakeramik Tbk (CAKK) dan PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) meraup cuan dari cuaca yang sedang panas ini.
Geliat industri keramik semakin nampak saat musim kemarau panjang kali ini, Para pengrajin gerabah di Plered, Purwakarta, Jawa Barat, misalnya, cuaca panas yang menyengat justru menjadi sekutu terbaik mereka, mempercepat proses produksi dan meningkatkan pesanan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Di bawah terik matahari yang terus bersinar, produksi gerabah meningkat lebih dari 50 persen. Proses penjemuran yang biasanya memakan waktu berminggu-minggu saat musim hujan, kini bisa selesai hanya dalam waktu tiga hingga sepuluh hari. Ini memberikan angin segar bagi pengrajin seperti Iwan, yang kini bisa memenuhi permintaan pasar lebih cepat.
“Dalam seminggu, kami bisa mengirim dua truk gerabah ke Jakarta. Kalau biasanya butuh dua minggu hingga sebulan untuk pengeringan, sekarang hanya perlu tiga hari sebelum bisa langsung dibakar,” ujar Iwan dengan antusias.
Ketua Paguyuban Perajin Keramik Plered, Jajang, juga mengakui bahwa cuaca kemarau ini sangat membantu para pengrajin.
“Sekarang produksi bisa lima kali lebih cepat dibandingkan musim hujan. Pengiriman ke Jakarta, Bogor, bahkan luar Pulau Jawa juga meningkat pesat,” jelasnya.
Pemerintah setempat pun turut mendukung kemajuan industri keramik di Plered. Mereka mendorong peningkatan kualitas produk untuk memenuhi pasar ekspor yang semakin luas, terutama ke Timur Tengah. Sementara pasar domestik lebih mengutamakan produk gerabah konvensional seperti pot bunga, permintaan dari luar negeri cenderung pada produk hiasan interior dan eksterior rumah.
Menurut Camat Plered, Heri Anwar, kerajinan gerabah Plered sudah terkenal hingga mancanegara.
“Kami terus mendorong para pengrajin untuk meningkatkan produksi dan kualitas. Selain pasar domestik yang luas, kami juga sudah mengekspor ke negara-negara seperti Abu Dhabi, Singapura, dan Malaysia. Bahkan pemasaran melalui media sosial juga sangat membantu,” jelasnya.
Di tengah cuaca panas yang menyengat, para pengrajin gerabah di Plered justru semakin produktif. Dengan dukungan pemerintah dan permintaan yang terus meningkat, masa depan cerah tampaknya menanti industri keramik tradisional ini. Gerabah Plered, dengan keaslian dan kualitasnya, siap bersaing di pasar global.
Lalu, bagaimana pergerakan saham emiten keramik di Indonesia?
Pada perdagangan di akhir pekan ini, Jumat, 6 September 2024, saham CAKK turun tipis 0,69 persen atau -1 poin dan kini berada di level Rp144. Di perdagangan hari itu,saham voume perdagangan CAKK mencapai 279,300 lembar saham dengan jumlah perdagangan mencapai Rp2,02 miliar.
Sementara itu, saham ARNA juga mengalami penurunan perdagangan, yaitu 1,47 persen atau setara dengan -10 poin dan berada di level Rp670. ARNA memiliki volume perdagangan sebanyak 1,58 miliar dengan avg volume mencapai 4,94 miliar.
Meskipun pergerakan saham keduanya menurun tipis, hanya saja CAKK dan ARNA masih bisa meraup cuan di tengah gempuran impor keramik China dengan harga murah. Apalagi hingga saat ini penerapan Bea Masuk Anti-Dmping (BMAD) yang dijanjikan pemerintah belum juga diterapkan.
Derita Industri Keramik
Ketua Tim Kerja Pembina Industri Keramik dan Kaca Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Ashady Hanafie, pernah menjelaskan bahwa permasalaha mengenai kinerja industri keramik Tanah Air memang sudah berlangsung sejak lama. Diawali dengan kenaikan harga gas pada 2015 yang membuat kinerja industri keramik menurun pun dengan daya saing ynang rendah.
Kondisi inilah yang kemudian mendorong Kemenperin pada 2016 menerapkan hambatan perdagangan internasional melalui trade remedies, seperti pemberlakukan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMPT) dan BMAD).
Sayangnya kemudian pemerintah penerapkan Permendag Nomor 8 Tahun 2024 yang ternyata justru berdampak signifikan bagi pelaku industri dalam negeri. Banyak perusahaan yang mengalami kesulitan, bahkan terpaksa menutup operasinya, yang berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam jumlah besar.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, sempat menyampaikan kekhawatiran tersebut. "Dampak dari Permendag 8 sangat besar, banyak industri yang tutup dan terjadi banyak PHK," ujar Agus.
Presiden Jokowi merespons situasi ini dengan menggelar rapat terbatas untuk mencari solusi. Salah satu hasilnya adalah rencana penerbitan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) dan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD), yang bertujuan melindungi produk lokal dari serbuan barang impor murah.
"Alhamdulillah, dalam ratas tersebut Presiden menyetujui usulan kami untuk menetapkan BMTP dan BMAD, yang tentunya diharapkan dapat melindungi industri dalam negeri," jelas Agus.
Meski demikian, Agus menekankan bahwa BMTP dan BMAD hanyalah sebagian dari langkah strategis. Pemerintah telah memperpanjang kebijakan ini untuk produk kain dan keramik, namun masih ada produk lain yang membutuhkan perlindungan.
"Waktu kita terbatas untuk menghadapi barang impor murah dari negara tertentu, sehingga diperlukan tindakan cepat," tambahnya.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan industri lokal dapat bertahan dan bersaing di tengah tantangan global. Pemerintah terus berupaya menjaga keseimbangan antara kebijakan perdagangan dan perlindungan bagi industri dalam negeri.(*)