KABARBURSA.COM - Wall Street mengakhiri sesi dengan pergerakan bervariasi, namun dua indeks utama menguat. Sentimen positif muncul setelah data menunjukkan pertumbuhan industri jasa Amerika Serikat (AS) melambat pada bulan Maret. Namun, penguatan tersebut terbatas setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menunjukkan bahwa penurunan suku bunga belum akan terjadi dalam waktu dekat.
Pada Rabu 3 April 2024, indeks Dow Jones Industrial Average turun sebesar 43,1 poin, atau 0,11 persen, menjadi 39.127,14. Indeks S&P 500 naik sebanyak 5,68 poin, atau 0,11 persen, ke level 5.211,49, sementara Nasdaq Composite menguat sebesar 37,01 poin, atau 0,23 persen, mencapai 16.277,46.
Mayoritas sektoral pada indeks utama S&P 500 mengalami kenaikan, terutama di sektor energi, material, dan jasa komunikasi.
Dalam pidatonya, Powell kembali menegaskan bahwa The Fed akan menggunakan pendekatan yang hati-hati dalam menentukan kapan harus menurunkan suku bunga, mengingat kekuatan ekonomi AS yang berlanjut dan data inflasi yang baru-baru ini melebihi perkiraan.
Data dari Institute for Supply Management menunjukkan PMI non-manufaktur turun untuk bulan kedua berturut-turut, mencapai 51,4 pada bulan Maret. Angka ini menurun dari 52,6 pada bulan Februari, dan lebih lemah dari perkiraan analis.
Meskipun demikian, angka di atas 50 menunjukkan pertumbuhan dalam industri jasa, yang menjadi sektor utama dalam perekonomian AS. Ini menunjukkan bahwa meskipun pertumbuhan moderat, perekonomian AS masih berkembang.
Banyak pelaku pasar meragukan rencana penurunan suku bunga oleh bank sentral AS, terutama setelah data ekonomi yang kuat belakangan ini. Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, bahkan menyatakan bahwa penurunan suku bunga mungkin tidak akan terjadi hingga kuartal keempat tahun ini.
Dalam hal saham, Ulta Beauty mengalami penurunan sebesar 15,3 persen setelah memberikan perkiraan buruk pada konferensi industri. Saham perusahaan lain di sektor kecantikan, seperti e.l.f. Beauty dan Coty, juga merosot.
Selain itu, saham Intel turun 8,2 persen setelah mengumumkan kerugian operasional sebesar US$ 7 miliar untuk bisnis pengecorannya pada tahun 2023, melebihi kerugian sebelumnya yang dilaporkan.