KABARBURSA.COM - Saham perbankan sangat menarik dicermati saat The Fed memutuskan menurunkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin atau 0,5 persen menjadi 4,75-5 persen pada 18 September 2024. Langkah itu seiring dengan target untuk memperkuat ekonomi AS dan menggairahkan pasar tenaga kerja, seiring meredanya laju inflasi.
Ini merupakan penurunan suku bunga pertama kali yang dilakukan oleh The Fed dalam empat tahun terakhir, yang menandai berakhirnya era suku bunga tinggi setelah sebelumnya di 5,25-5,5 persen yang merupakan level tertinggi dalam dua dekade.
Keputusan ini dinilai sesuai harapan pasar, meskipun sedikit agresif, karena sebagian pelaku pasar meramal penurunan terjadi sebesar 0,25 persen.
Hal yang sama dilakukan oleh Bank Indonesia (BI), meskipun mendahului The Fed. BI menurunkan suku bunga acuan sebesar 0,25 persen dari 6,25 persen menjadi 6 persen. Langkah itu seiring tetap rendahnya perkiraan inflasi di 2024 dan 2025 yang diramal sesuai target 2,5+/- 1 persen, serta mendorong stabilitas rupiah.
Melihat hal ini, pengamat pasar modal Hendra Wardana, CTA, CSA, CIB mengatakan ada dua saham perbankan yang layak untuk diperhatikan, yaitu saham BMRI (PT Bank Mandiri (Persero) Tbk) dan BBTN (PT Bank Tabungan Negara Tbk).
"Kalau boleh disebutkan, saya bisa merekomendasikan dua saham perbankan yang secara fundamentalnya kuat dan layak untuk dibeli, yaitu Bank Mandiri dan BTN," kata Hendra kepada Kabarbursa.com, saat menjadi pembicara webinar "Suku Bunga Turun, Saatnya Jual atau Beli Saham?". Kamis, 26 September 2024.
Lalu, bagaimana fundamental dan analisis kinerja keuangan BMRI dan BBTN?
Bank Mandiri Tbk (BMRI)
Saham Bank Mandiri Tbk (BMRI) saat ini menjadi sorotan investor, terutama bagi mereka yang menerapkan strategi investasi ala Warren Buffett. Saham perbankan terbesar di Indonesia ini menunjukkan kinerja yang solid di tengah tantangan ekonomi global.
Laporan keuangan terbaru BMRI mencatat laba bersih (net income) TTM sebesar Rp56,379 miliar, meningkat 9.29 persen YoY. Pendapatan kuartal kedua 2024 tercatat naik sebesar 6.09 persen YoY, menunjukkan stabilitas pertumbuhan yang kuat. Dari segi profitabilitas, BMRI mencatat Net Profit Margin yang mengesankan di angka 35.80 persen, menandakan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan keuntungan yang tinggi.
Menurut para analis, valuasi saham BMRI juga terbilang menarik. Dengan Price to Earnings Ratio (PE Ratio) sebesar 11.75, saham ini dianggap murah jika dibandingkan dengan fundamental yang kuat dan prospek pertumbuhan jangka panjang. Meski demikian, rasio Price to Book Value (PBV) sebesar 2.61 sedikit lebih tinggi dari standar yang disukai oleh Buffett, namun tetap wajar untuk bank yang memiliki profitabilitas sebesar BMRI.
Manajemen utang BMRI juga menjadi salah satu faktor yang disoroti oleh para pengamat. Dengan Debt to Equity Ratio yang sangat rendah di 0.03 dan posisi kas bersih sebesar Rp16,860 miliar, BMRI menunjukkan pengelolaan keuangan yang sangat prudent. Kondisi ini memberikan keyakinan bahwa perusahaan mampu bertahan di tengah tekanan ekonomi sekaligus tetap membagikan dividen yang menarik dengan yield 4.99 persen.
"Bank Mandiri memiliki posisi yang kuat baik dari segi pertumbuhan maupun distribusi dividen. Investor jangka panjang yang mencari kombinasi stabilitas dan pertumbuhan akan menemukan BMRI sebagai pilihan yang solid," ujar Hendra.
Dengan solidnya kinerja dan valuasi yang menarik, BMRI menjadi salah satu pilihan saham yang layak dipertimbangkan oleh investor yang menerapkan pendekatan value investing ala Warren Buffett.
Bank Tabungan Negara (BBTN)
Saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) menarik perhatian investor dengan harga saham saat ini di Rp1,465. Meskipun mengalami penurunan harga sebesar 4.56 persen dalam seminggu terakhir, performa jangka panjang menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 19.59 persen dalam setahun.
Dalam analisis ini, kita akan menerapkan pendekatan investasi Warren Buffett yang menekankan pada pemahaman fundamental perusahaan, nilai intrinsik, dan potensi pertumbuhan jangka panjang.
Valuasi dan Rasio Keuangan
Current PE Ratio (TTM) yang jauh lebih rendah dibandingkan PE Ratio IHSG menunjukkan bahwa saham BBTN mungkin undervalued. Pertumbuhan laba yang lebih baik dibandingkan harga saham saat ini merupakan indikasi positif. Saham yang diperdagangkan di bawah nilai bukunya, menandakan potensi undervaluation. Sementara, Earning Yield sebesar 17,16 persen jauh lebih tinggi dari rata-rata yield obligasi, menunjukkan potensi imbal hasil yang menarik bagi investor.
Sementara, net profit margin sebesar 8,82 persen dan operating profit margin sebesar 10,50 persen menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba yang baik dari pendapatannya. Sedangkan ROE di atas 11,37 persen merupakan indikator penting dari kemampuan perusahaan untuk memberikan nilai kepada pemegang saham.
Pendapatan tahun berjalan (TTM) mencapai Rp29,717 miliar dengan pertumbuhan pendapatan kuartalan sebesar 6.19 persen. Meskipun terdapat penurunan laba bersih kuartalan sebesar 4.72 persen, pendapatan yang stabil dan meningkat menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki potensi untuk tumbuh di masa depan.
Dividend Yield 3.41 persen dengan rasio pembayaran dividen sebesar 23.31 persen menunjukkan bahwa perusahaan mampu membagikan laba kepada pemegang saham, memberikan imbal hasil yang menarik bagi investor jangka panjang
Meskipun BBTN menunjukkan sejumlah indikator fundamental yang positif, ada beberapa risiko yang perlu dipertimbangkan:
- Rasio Utang: Debt to Equity Ratio di 1.04 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang cukup tinggi. Hal ini bisa menjadi perhatian terutama dalam kondisi pasar yang tidak menentu.
- Kinerja Historis: Kinerja harga saham selama 5 tahun terakhir menunjukkan penurunan sebesar 29.67 persen, yang menunjukkan bahwa perusahaan mungkin telah menghadapi tantangan yang signifikan.
Berdasarkan analisis fundamental yang dilakukan, saham BBTN menunjukkan potensi untuk menjadi pilihan investasi yang menarik. Dengan PE Ratio yang rendah, dividen yang stabil, dan pertumbuhan pendapatan yang positif, saham ini memenuhi beberapa kriteria investasi Warren Buffett.
Meskipun ada risiko terkait utang dan kinerja historis, potensi pertumbuhan di masa depan dan valuasi yang menarik membuat BBTN layak untuk dipertimbangkan sebagai bagian dari portofolio investasi jangka panjang.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.